Kode?

Tasila menjatuhkan bokongnya ke atas sofa sambil menghela nafas lelah. Ia pun melemaskan otot-otot tangan dan kakinya yang terasa tegang.

"Semoga dengan posisi kerja aku sebagai asistennya Bu Arin bisa semakin mempermudah penyelidikan. Aamiin."

Ting...

Atensinya teralihkan saat benda pipih di atas meja itu berbunyi. Tasila pun meraihnya dan membaca satu pesan masuk.

Bulik Huna

La jangan lupa dateng ya ke acara nikahannya Desi. Ini Budhe Marni Budhe pinjem HP nya Bulik Huna soalnya kamu blokir nomor Budhe.

Tasila mengerjapkan matanya membaca pesan itu. Memblokir katanya? Tasila pun buru-buru mengecek kontak WhatsApp Budhe nya.

"Astagfirullah bener aku blokir. Kapan aku ngeblokirnya ya? Kok aku kaya gak ngerasa?" Tasila menggaruk pelipisnya berusaha mengingat tapi tidak ada bayangan samasekali.

Tasila kembali meletakkan handphonenya ke atas meja dan mulai terdiam berfikir. Mengingat pertemuan terakhir mereka yang membuat luka di hati Tasila rasanya membuatnya sungkan untuk datang. Namun, jika mengingat Pakdhenya rasanya Ia tak enak hati jika tak datang.

Handphonenya kembali menampilkan notif.

Bulik Huna

Ajak juga suami kamu, keluarga besar kitakan belum kenal sama dia. Pakdhe titip salam, dia pengen banget kamu dateng sama suami kamu.

Tasila mengigit bibir bawahnya semakin merasa gundah. Ia tak yakin suaminya mau ikut pergi bersamanya. Laki-laki itu pasti masih merasa marah dengan kejadian tempo hari.

Pukul 20:00 Gezze pun pulang dari kantor. Tasila pun langsung menyambutnya dan membuatkannya kopi.

"Gimana hmm?" Tasila mendudukkan dirinya disamping sang suami.

"Ini bukti transaksi, foto tokonya udah Sidik print, batunya udah kita bungkus ini sebelum dan sesudah sama pecahan kaca," Gezze menunjukkan semua barang bukti.

"Mmm... Mas. Saya boleh ngomong sesuatu?"

Gezze menggerakkan satu alisnya menatap Tasila. "Ngomong apa?"

"Tadi Budhe chat saya pake nomornya Bulik Huna dia bilang saya disuruh dateng ke acara nikahannya Desi besok. Mas... Boleh ya, bagaimanapun mereka itu keluarga saya, saya gak bisa lepasin mereka apapun yang terjadi. Mereka juga nyuruh Mas buat dateng kesana, keluarga besar saya pengen tau Mas karenakan kita nikah gak ada resepsi." Tasila menunduk setelah mengatakan itu.

Gezze terdiam sejenak menimang-nimang keputusannya.

"Pertanyaan saya, kamu nyaman ketemu mereka lagi? Setelah mereka hampir menjual kamu?" Tasila mengigit bibir bawahnya mendengar pertanyaan sang suami.

"Saya udah maafin mereka. Lagian saya kesana demi Pakdhe, Pakdhe adik almarhum Papah. Saya cuma perlu melihat Pakdhe bukan yang lain," Gezze menghela nafas seraya meraih tangan kanan Tasila.

"Saya akan mengantar kamu. Tapi ingat, kamu tidak boleh meladeni ataupun mendengarkan omongan-omongan yang membuat kamu sakit hati,"

"Iya Mas. Makasih ya," Tasila tersenyum lembut.

"Sama-sama." Gezze mengelus pucuk kepala istrinya.

"Yaudah Mas saya ke kamar dulu ya mau bersihin seprai sebentar sama nyiapin baju tidur juga buat Mas. Kalo capek Mas udah reda cepetan mandi takut makin malem nanti makin dingin,"

"Iya sayang," Gezze dengan gemas mencubit hidung mancung istrinya.

"Saya ke kamar dulu." Tasila menunduk menyembunyikan ekspresi saltingnya seraya berjalan pergi.

Sesampainya di kamar Tasila tidak langsung membersihkannya melainkan Ia merebahkan tubuhnya terlebih dahulu dan guling-guling tidak jelas.

"Hufh... Tenang tenang." Tasila berusaha mengatur nafas dan degup jantungnya yang abnormal.

"Mas Gezze manis banget si..." Tasila memeluk bantal guling dengan erat.

"Eh, aku harus beres-beres." Tasila teringat tujuannya masuk kamar.

Ia pun langsung beranjak dari tempat tidur dan buru-buru membereskan kasur lalu beralih mengambil baju tidur untuk suaminya.

Tasila berdekhem seraya merapihkan hijabnya saat mendengar suara langkah kaki.

"Udah hmm?"

"Udah Mas," Tasila menampilkan senyuman tulusnya.

"Makasih ya. Saya emang suka kerapihan dan kamu ternyata orangnya rapih," dalam hati sejujurnya Tasila merasa tersipu dikatakan seperti itu oleh Gezze.

"Aku emm, saya emang suka beres-beres aja,"

"Aku, aku aja." Timpal Gezze sambil menjentikkan jarinya.

Tasila menggaruk tengkuknya kikuk.

"Boleh pake aku?"

"Boleh." Balas Gezze santai.

Tasila menunduk dan mengangguk-angguk.

"Ini bajunya kalo mau di pake. Aku keluar dulu Mas." Gezze menahan pergelangan tangan Tasila saat perempuan itu hendak pergi.

"Disini aja,"

"Loh, tapikan Mas mau ganti baju?" Tasila menatap Gezze bingung.

"Memangnya kenapa? Kamu boleh kok liat tubuh saya," Tasila meringis dan menunduk mendengar itu.

"Tapi Mas aku gak biasa," cicit Tasila sambil mengigit bibir bawahnya.

"Bukannya waktu pertama nikah kamu pernah liat perut saya? Kamu, kan yang mengganti perban?"

"I__iya si tapikan..."

'Itu waktu aku belum ada perasaan sama Mas jadi rasanya biasa-biasa aja. Tapi sekarang aku gak mampu hanya untuk sekedar melihat, mampunya sambil di raba__ astagfirullah hala'dzim kamu mikirin apa si La?'

Tasila menggelengkan kepalanya membuat Gezze merasa bingung.

"Tapikan apa?"

"Tapikan... Aku pengen ke WC iya ke WC kayanya aku agak diare gara-gara makan sambel," Gezze mengernyitkan dahinya mendengar itu.

"Makan sambel dimana? Perasaan kamu gak masak sambel?"

"Emm... Itu tadi aku jajan gorengan di depan pake sambel," Tasila berusaha tersenyum untuk meyakinkan suaminya.

"Yaudah sana jangan lupa minum obat dan, jangan di ulangi lagi beli gorengan, gak sehat!" Tasila mengangguk cepat.

"Iya Mas." Tasila pun buru-buru pergi keluar kamar.

Tasila menghela nafas saat dirinya sudah berada di dapur. Ia menatap pantulan dirinya di depan cermin dekat kamar mandi dengan wajah gelisahnya.

"Kayanya tadi itu kode deh. Tapi aku malu."

Tasila menyentuh pipinya yang terasa panas dan mulai menampakkan semburat merah.

"Duh gusti aku harus apa ya Allah?" Tasila menarik nafas dalam-dalam.

"Tapikan dosa ya nolak permintaan suami. Kalo aku dilaknat sampai pagi sama malaikat gimana?" Tasila bergidik ngeri.

Tasila pun melangkah masuk kedalam kamar mandi dan mulai menggosok giginya, mencuci mukanya dan menggunakan handbody untuk leher, tangan dan kakinya.

"Hufh... Aku udah gak bau, kan ya?" Tasila menciumi ketiaknya.

"Aduh..." Tasila yang hendak melangkah keluar pun menarik kaki kanannya kembali.

"Plis deh La, istri-istri orang gak ada yang seriweh kamu. Masa sama suami sendiri takut." Tasila menggeleng dan dengan cepat melangkahkan kakinya keluar.

Ia pun berjalan menuju kamarnya dengan gontai namun, saat sudah berada di depan pintu Ia mendadak nge-freez. Tangan gemetarnya berusaha membuka pintu dengan perlahan. Ia mengintip menggunakan satu matanya.

"Mas..." Tasila pun mulai melangkah masuk.

Senyuman hangat pun tercetak dari bibirnya saat melihat sang suami telah tertidur pulas sambil memeluk bantal guling.

"Kayanya Mas Gezze kecapean." Tasila pun mengataskan selimut yang Gezze kenakan hingga menutup sampai ke dadanya.

"Good night Mas." Tasila tersenyum sambil memperhatikan wajah tampan suaminya itu.

Ia teringat jika Gezze biasanya selalu mengucapkan good night sebelum tidur dan Ia sering kali tidak membalasnya.

Tasila merebahkan tubuhnya di samping Gezze dengan tangan kanan menumpu kepalanya dan atensinya memperhatikan wajah tidur suaminya dengan intens. Entah kenapa Ia rasanya belum puas menatap wajah tampan di depannya itu.

Sepertinya Tasila memang benar-benar sedang kasmaran. Jika saja Ia dan Gezze belum suami istri sudah pasti Tasila hanya bisa memikirkan laki-laki itu di benaknya saja namun, betapa beruntungnya Ia bisa menatap wajah orang yang disukainya sedekat ini.

Tasila yang merasa penasaran dengan lekuk ketampanan suaminya pun mendekatkan wajahnya hingga 3 cm. Ia memperhatikan alis, mata, hidung, dan mulut suaminya yang begitu sempurna itu.

Tubuh Tasila mengejut saat tiba-tiba Gezze membuka matanya.

"Kenapa Ta?" Gezze berbicara dengan suara serak basahnya.

"A__anu tadi ada nyamuk. Yaudah Mas tidur lagi nyamuknya udah pergi kok. Aku juga udah ngantuk." Tasila buru-buru mematikan lampu dan langsung memejamkan matanya dengan posisi membelakangi sang suami.

Gezze mengerutkan matanya sambil melirik ke arah sang istri sebelum akhirnya memejamkan mata dengan seulas senyuman penuh arti.

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

nyamukpun

2024-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!