Menerima Pernikahan

Tasila dibuat semakin was was malam ini. Niat baiknya membantu malah berakhir di tempat ini. Terjebak dalam kekangan seorang duda aneh yang katanya ingin menikahinya besok.

Sebenarnya Ia ingin kabur tapi dipikir-pikir Ia juga tidak tau harus tinggal dimana. Untuk menyewa kontrakan uangnya tidak cukup. Jadilah Tasila hanya bisa bersyukur mendapatkan kamar yang bisa dibilang cukup besar dan mewah ini.

Tasila memejamkan matanya beriringan dengan jatuhnya cairan bening yang sudah bergelimang itu. Keputusasaan kembali hadir di hatinya. Ia tidak mau merasakan ini namun kenapa keadaan seolah-olah selalu mendukungnya untuk merasakan perasaan ini?

"Astagfirullah hala'dzim." Tasila beristighfar untuk menenangkan hatinya.

Ia terus beristighfar sambil terisak-isak. Demi Allah ini sangat sakit! Tasila tidak kuat menahan kesedihannya. Bagaimana tidak, bayangan kebahagiaannya hilang dalam sekejap mata. Ekspektasinya direnggut dengan realita pahit ini.

Ia pikir hanya Dahlan yang mampu menerimanya tapi ternyata laki-laki itupun sama murkanya setelah tau masalalu Tasila sang sangat buruk itu.

Ia pikir buah kesabarannya menanti jodoh selama ini adalah hidup bahagia dan harmonis bersama laki-laki yang paham agama dan dapat mendukungnya di dunia dakwah namun, kenyataannya Ia malah dilamar oleh seorang duda yang sempat tersandung kasus KDRT.

Sudah begitu dadakan dan terpaksa. Dimana bahagia dan harmonisnya?

Tasila menatap telapak tangannya yang nampak pucat dan terasa dingin.

"Apakah kulit mulus ku ini akan terdapat banyak luka nantinya? Apakah penderitaan ku akan semakin bertambah dengan hadirnya laki-laki itu di hidup ku? Aku yang selama ini selalu merasakan sakit hati apakah harus satu paket dengan sakit fisik juga?" Tasila meringkuk untuk menenangkan dirinya.

****

"Saya terima nikah dan kawinnya Natasila Damara Fathin binti Almarhum Fahmi Julian dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai"

"Sah" sahut beberapa orang di sana.

Tasila menunduk dengan mata berkaca-kaca. Dirinya kini telah sah menjadi seorang istri dari Tuan Gezze Sky Regara. Tasila berusaha ikhlas walaupun berat.

Jujur, Tasila setengahnya salut dengan perjuangan Gezze. Laki-laki itu benar-benar menyiapkan segalanya dalam satu malam. Yah, walaupun Ia tau Gezze pasti bayar orang untuk melakukannya.

Tapi ada satu hal yang membuat Tasila bingung. Ia sama sekali tidak melihat kehadiran kedua orang tua Gezze ataupun adik, kakak, bibi, paman dan saudara-saudaranya. Disini hanya ada para asisten dan sekertarisnya saja.

"La, baik-baik disini ya. Pakdhe pulang dulu" Pakdhe nya menghampiri Tasila seraya memeluknya hangat.

Tasila pun membalas pelukan Pakdhenya sambil terisak tangis. Disini hanya Pakdhenya sajalah keluarganya yang masih mau bersikap baik kepadanya. Andai istri dan anaknya Pakdhe sebaik Pakdhenya ini pasti hidupnya akan lebih baik.

"Maaf ya nduk, Pakdhe gak bisa belain kamu kemarin." Tasila menggeleng pelan.

"Enggak papa kok Pakdhe ini bukan kesalahan Pakdhe."

"Pakdhe permisi. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" Tasila memperhatikan kepergian Pakdhenya yang kini berjalan ditemani oleh supir.

Yang datang hanyalah Pakdhe seorang karena Gezze hanya menyuruh supirnya untuk menjemput Pakdhenya saja bukan beserta istri dan anaknya yang munafik itu.

"Ah," Tasila refleks memejamkan matanya erat saat tiba-tiba Gezze mendekatinya dan mengangkat tangannya.

"Kenapa?" Gezze menggerakkan satu alisnya bingung. Tasila kembali membuka matanya dengan ekspresi meringisnya.

Ia pikir Gezze akan memukulnya ternyata laki-laki itu hanya ingin memasangkan kalung dilehernya. Entah kenapa Ia menjadi overthinking sendiri.

"E__emm enggak papa Pak." Tasila mendadak kikuk.

"Kamu suka sama modelnya?" Tasila menunduk untuk menatap kalung di lehernya yang tentunya terpasang mengganjal di jilbabnya.

"Alhamdulillah suka Pak." Tasila mengatupkan bibirnya dengan satu anggukan kecil.

Gezze tersenyum sekilas mendengar itu. Ia memandangi Tasila cukup lama walaupun perempuan itu hanya menunduk dan tak balik menatapnya.

Melihat seseorang datang Gezze pun langsung beranjak dari duduknya seraya berjalan menghampiri dan memeluk orang tersebut.

"Selamat ya Gezze. Istiqomah selalu sama agama kamu, apalagi sekarang sudah ada yang menemani langkah hijrah kamu"

"Aamiin, insyaallah Pak Kyai. Mari duduk Pak Kyai, Gus." Gezze mempersilahkan gurunya yang kini datang bersama putranya untuk duduk.

"Tasila, perkenalkan ini Pak Kyai Malik guru agama saya dan ini Gus Dahlan putranya" Gezze memperkenalkan dua orang yang baru duduk itu kepada istrinya.

Tasila menoleh berniat untuk menyapa namun, senyumnya langsung memudar saat atensinya tak sengaja bertemu dengan mata bulat Dahlan.

"Tasila?" Dahlan mengernyitkan dahinya melihat wajah yang sangat familiar di matanya.

Tasila menunduk kembali dengan perasaan campur aduk. Entah kenapa rasa sesak kembali terasa di dadanya.

"Jadi ini tabiat kamu? Setelah kamu gagal menikah dengan saya secepat ini kamu menikah dengan orang lain?"

"T__tidak seperti itu Gus, s__saya__"

"Apa niat terselubung kamu menikahi Mas Gezze ha? Saya tidak menyangka ternyata hati kamu selicik ini"

Tasila menunduk menyembunyikan air matanya yang sudah mengalir deras. Ucapan Dahlan benar-benar menusuk hatinya.

Walaupun yang dikatakan Dahlan sama sekali tidak benar namun, justru ketidak benaran itulah yang membuatnya sakit karena ketidakmampuannya untuk menjelaskan kebenaran.

"Apa yang anda katakan kepada istri saya?!" Gezze menatap Dahlan tajam dan berbicara dengan nada tinggi hingga membuat tubuh Tasila mengejut dan jantungnya semakin bergetar.

"Mas, saya berbicara apa adanya. Mas itu sedang dimanfaatkan oleh dia. Dia dahulu calon istri saya, baru kemarin saya membatalkan niat saya untuk menikahinya tapi hari ini dia tiba-tiba menikah dengan Mas." jelas Dahlan.

"Dia sekarang sudah menjadi istri saya bagaimanapun dia sebelumnya saya tidak peduli dan bukan hak kamu untuk menghakiminya!" Gezze menatap Dahlan sengit. Ia tidak peduli siapapun Dahlan jika dia berani bersikap tidak sopan, Gezze harus bersikap tegas kepadanya.

"Dia sudah tidak perawan Mas."

"Dahlan!" Kyai Malik menatap putranya tajam.

"Memang benar kok Abi,"

"Kamu tidak berhak membicarakan aib orang lain! Apalagi informasi yang kamu dapatkan belum jelas kebenarannya. Kamu mau terkena had qadzaf?" Dahlan menunduk tak berani menatap sang Abi yang sedang marah besar.

"Maaf Gezze, nak Sila. Kami permisi, Assalamu'alaikum." Kyai Malik yang merasa tidak enak hati pun memutuskan untuk beranjak dan pergi dari rumah Gezze diikuti oleh Dahlan.

"Wa'alaikumsalam." Jawab Gezze dan Tasila dengan suara gemetarnya.

Tasila menunduk berusaha menahan air matanya.

"Maaf Pak." Tasila terbangun dari duduknya seraya berlari pergi menuju kamar yang semalam Ia gunakan untuk tidur.

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

Zee kere
gus Dahlan bakal nyesel

2024-05-04

0

jaran goyang

jaran goyang

𝑧𝑒𝑒𝑒... 𝑘𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑒𝑛.... 𝑎𝑞 ℎ𝑟𝑝 𝑘𝑚 𝑏𝑠 𝑚𝑙𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑙𝑎

2024-05-04

0

jaran goyang

jaran goyang

𝑤ℎ𝑎𝑡....... 𝑔𝑚𝑛 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑚𝑢 𝑔𝑢𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑘 𝑛𝑦

2024-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!