Jadi Suami Baik

"Kami pamit ya Pak Kyai, Bu Nyai. Terimakasih untuk jamuan nya, " pamit kedua pasutri itu.

"Iya. Sama-sama kapan-kapan main lagi yah,"

"Pasti Bu Nyai," Tasila tersenyum cerah.

"Ustadzah..." Segerombolan santriwati cilik berhambur memeluk Tasila dengan erat.

"Eh, masyaallah." Tasila tersenyum senang bisa melihat para muridnya lagi.

Anak-anak itu pun nampak bahagia dapat melihat Ustadzah kesayangan mereka lagi.

"Ustadzah kenapa pergi? Ngajar disini lagi yah plisss,"

"Iya Ustadzah ngajar disini lagi ya. Kami butus Ustadzah baik kaya Ustadzah Sila," bujuk anak-anak itu dengan ekspresi penuh harap.

Tasila membungkuk untuk menatap anak-anak itu lebih dekat. "Maaf ya nduk, Ustadzah gak bisa ngajar disini lagi. Jadi anak yang baik ya semuanya."

"Kenapa Ustadzah gak ngajar disini lagi? Ustadzah marah ya karena kami nakal?" Tasila membelai pipi santriwati yang berbicara itu.

"Enggak kok nduk, kalian semua murid-murid terbaik yang pernah Ustadzah temui. Kalian selalu bikin nyaman Ustadzah tapi, ini sudah menjadi keputusan Ustadzah untuk berhenti ngajar disini. Ustadzah harap kalian bisa faham ya,"

"Hmm... Ustadzah," rengek para santriwati itu dan kembali memeluk Tasila. 

Gezze memperhatikan interaksi sang istri dengan para muridnya. Hatinya terasa menghangat. Ia benar-benar yakin jika Damara 5 tahun lalu kini telah berubah menjadi sosok Tasila yang lembut dan penyayang.

"Kalian baik-baik disini ya. Ustadzah pulang dulu."

Para muridnya pun melambaikan tangan ke arah Tasila dengan raut sedih mereka.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsalam."

"Mari Pak Kyai, Bu Nyai." Kedua pasutri paruh baya itu pun membalas dengan anggukan.

Tasila dan Gezze pun melangkah pergi dari rumah Kyai Malik. Tak sengaja mereka berpapasan dengan Dahlan yang sepertinya baru saja selesai mengajar. Tasila nampak merasa tak nyaman dengan tatapan laki-laki itu yang menurutnya seperti memojokkannya.

Gezze yang mengetahui istrinya merasa tak nyaman pun langsung meraih tangan mungilnya dan menggandengnya hangat membuat Tasila menoleh ke arahnya. Gezze mengangguk dan mengisyaratkannya agar kembali melangkah. Tasila tersenyum tipis seraya keduanya berjalan melewati Dahlan.

Dahlan menoleh ke belakang dan entah kenapa merasa kesal melihat penyatuan tangan keduanya.

'Enggak! Saya gak boleh merasa cemburu!' Batin Dahlan.

****

Gezze mendatangi istrinya yang sedang fokus pada layar laptopnya sambil membawakan segelas minuman dingin.

"Ta, diminum dulu,"

"Makasih Mas," Tasila tersenyum lembut menatap sang suami.

"Sudah sampai mana hmm?"

"Ini Mas liat," Tasila menunjukkan hasil penelitiannya kepada Gezze.

"Ini siapa Ta?"

"Ini sepertinya orang suruhannya kakak Mas. Mereka bersembunyi disini untuk memulai aksi mereka melempar batu ke kantor Mas. Jelas saja tidak mudah terlihat karena mereka menggunakan setelan kostum mimikri,"

"Kamu hebat banget bisa teliti ke bagian ini padahal Sidik sendiri gak pernah bisa menemukan sosok orang yang telah beraksi melemparkan batu ke kantor cabang,"

"Kita hanya perlu menangkap orang ini setelah itu kita interogasi dan bawa dia ke pengadilan apabila dia masih belum mengakui sosok bos nya."

Tasila terkesiap saat tangannya tak sengaja tersentuh Gezze saat keduanya sama-sama akan meraih mouse . Keduanya pun saling memandang beberapa detik.

"Maaf." Gezze pun menarik tangannya kembali dengan sedikit canggung.

Tasila pun menyerahkan mouse tersebut kepada Gezze agar laki-laki itu bisa mengatur kehendaknya.

"Ini bukti transaksinya?" Tasila mengangguk.

"Ta..."

"Hmm?" Tasila terkejut saat tiba-tiba saja Gezze memeluknya hangat.

"Mas?" Tasila memiringkan kepalanya bingung.

"Saya mau jadi suami yang baik buat kamu. Tapi maaf saya tidak bisa bersikap romantis. Maaf juga gak bisa bikin kamu bahagia,"

Tasila pun membalas pelukan suaminya dan mengelus pundaknya lembut.

"Saya gak perlu keromantisan kok Mas. Mas selalu ada buat Saya aja, saya udah bersyukur banget. Makasih Mas,"

"Ta, saya yang harusnya berkata seperti itu. Makasih karena sudah menerima saya dalam keadaan ekonomi saya yang sudah merosot drastis ini,"

"Mas... Lepas dulu saya pengen masak. Mas laper, kan?"

Gezze pun melepaskan pelukannya dan menatap Tasila sambil mengangguk cepat.

"Saya mau bantu,"

"Enggak usah Mas,"

"Enggak! Pokonya saya mau bantu." Keukeh Gezze.

"Yaudah bantu makan aja," Tasila terkekeh pelan.

"Ih, kamu kayanya gak suka banget suaminya bantuin di dapur," Gezze mencebikan bibirnya kesal.

"Bukan gak suka Mas, tapi saya gak mau Mas capek,"

"Enggak saya gak capek. Ayo ah saya pengen masak bareng kamu," Gezze meraih tangan istrinya seraya beranjak dan menariknya agar istrinya itu ikut bangun.

"Iya-iya Mas. Jangan tarik-tarik ih," Gezze terkekeh seraya melepaskan tarikannya dan beralih merangkul pundak sang istri.

Keduanya pun mulai memotongi bahan-bahan mentah yang akan mereka masak. Kali ini Tasila akan memasak tempe tepung dan sayur sop.

"Ukhuk ukhuk..."

"Astagfirullah Mas,"

"Bak..." Gezze menampilkan wajahnya yang penuh dengan tepung kering.

Tasila pun tertawa melihat kelucuan suaminya, baru kali ini Gezze membuat lawakan didepannya. Melihat Tasila tertawa Gezze pun ikut tertawa kecil.

"Pelan-pelan makanya Mas."

Tasila pun mengarahkan tangannya untuk membersihkan tepung di wajah sang suami.

Tasila terdiam beberapa detik memperhatikan manik mata suaminya yang cukup indah itu. Warna mata khas Eropa itu entah kenapa tiba-tiba membuat jantungnya berdebar.

"Saya terlalu bersemangat masak bareng istri saya yang cantik ini," Tasila memundurkan kepalanya dengan dahi mengernyit.

"Ih, gombal!" Tasila dengan iseng mencubit perut suaminya gemas.

"Aduh, sakit s__sayang."

"Apa apa?" Tasila mendekatkan telinganya mendengar panggilan sayang yang Gezze lontarkan untuknya.

Gezze pun terdiam sambil mengatupkan bibirnya. Entah kenapa Ia merasa geli dan malu sendiri setelah melakukannya.

"Ih, mukanya merah lagi." ledek Tasila saat menyadari muka Gezze mendadak berubah.

Gezze pun menjatuhkan kepalanya pada pundak Tasila dan menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher sang istri.

"Mas..."

"Diem dulu." Tasila tersenyum dengan kekehan gemas.

Cup...

Tasila memejamkan matanya terkejut saat tiba-tiba Gezze mengangkat kepalanya dan dengan iseng mencium pipinya.

Sontak hal itu membuat degup jantung Tasila menjadi semakin tak stabil.

"Ih, mukanya merah juga," Gezze tertawa sambil menunjuk-nunjuk wajah istrinya yang ikut memerah akibat ciumannya tadi.

"Iiih Mas! Iseng banget si." Tasila mencebikan bibirnya dan menunduk malu.

Gezze pun tertawa puas melihat reaksi istrinya. Sedangkan yang di tertawai hanya tersenyum dengan bibir mengatup.

****

"Hufh..." Keduanya sama-sama menjatuhkan tubuh mereka ke atas kasur. Keduanya pun menoleh ke arah wajah masing-masing dan saling memandang dalam diam.

"Thank you for today. I'm happy next to you," ucap Gezze berbisik.

"Good night." Gezze mengarahkan tangannya untuk menyentuh pucuk kepala istrinya.

Tasila tersenyum lembut sambil memperhatikan wajah suaminya yang semakin hari semakin tampan saja dimatanya.

Wajah Gezze bukanlah tipikal tampan yang membosankan melainkan pahatan ketampanannya yang berpadu dengan lekuk manis yang wajah Gezze tampilkan membuat laki-laki itu semakin dipandang semakin terasa kesempurnaannya.

"Good night to." balas Tasila seraya memejamkan matanya.

Gezze tersenyum cukup lebar mendengar itu. Baru kali ini Tasila mau membalas ucapan selamat malamnya setelah sebelumnya hanya diam ataupun membalas dengan ketikan IYA. Gezze pun mematikan lampu sebelum akhirnya ikut memejamkan mata.

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

ciee... dahberani gandeng, rangkul, peluk, cium😘

2024-05-04

0

jaran goyang

jaran goyang

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣𝑘𝑝𝑛 𝑚𝑙𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑚 𝑛𝑦

2024-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!