Mengagumi Cinta Dalam Doa

Assalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh....
Selamat datang di cerita aku lagi. Selama cerita ini berlangsung, aku harap para pembaca bisa memetik hikmahnya ya.
Semoga Allah meridhoi:)
****
Fatimah;
Ku tatap indah taman bunga yang memanjakan pandang. Warna-warni yang bervariasi itu membuatku tak mampu menahan senyuman. Sudah 1 jam aku duduk di sini, menatap bunga mawar yang sangat mempesona ini. Sendiri? Tidak, aku tidak sendiri. Aku bersama sahabatku, Naya. Hanya saja, saat ini dia tengah membelikan cemilan untuk kami makan.
Betapa indahnya Allah menciptakan dunia ini dengan sangat sempurna, hanya saja kebanyakan umat tak pandai merawat dan menjaga cipataan-Nya.
Ponselku bergetar, membuat pandangku beralih pada ponsel. Ku lihat, umi menelpon dan segera ku jawab panggilan itu.
"Assalamu'alaikum, Umi."
"Wa'alaikum salam. Kamu sudah pulang kuliah?"
"Sudah, Umi. Baru saja."
"Bagaimana ujianmu, Fatimah? Apa semua lancar?"
"Alhamdulillah, Allah mempermudah segalanya Umi."
"Syukurlah. Kamu bisa pulang bulan ini, kan?"
Aku sedikit berpikir, benar aku telah seleasai ujian akhir semester, tetapi bagaimana dengan pekerjaanku sebagai guru mengaji di sini?
"Ng... Fatimah akan pertimbangkan, Umi. Umi tahu kan, kalau Fatimah mengajar ngaji di sini?"
"Apa tidak bisa libur beberapa hari saja? Umi dan Abi sungguh merindukanmu."
Baiklah, aku juga merindukan umi dan abi. Tak apa jika aku liburkan satu pekan, bukan? "Baiklah Umi, Fatimah akan pulang."
"Alhamdulillah, semoga Allah meridhoi kepulangan kamu."
"Insya Allah, Umi."
****
Setelah salat Isya, aku kembali membaca buku untuk persiapan UAS kembali. Besok adalah ujian terakhir, aku sangat menaruh harapan pada Allah untuk mendapatkan hasil terbaik sesuai dengan apa yang telah aku perjuangkan selama ini.
Sangat berayukur, Allah selalu meridhoi setiap langkah dan perjalanan hidupku, hingga saat ini aku berada di negeri orang dengan berbekal beasiswa. Bukan kah, Allah sangat baik pada umat-Nya? Jangan pernah ragukan kebaikan Allah pada setiap hamba. Sungguh, hanya Allah-lah yang Maha Pengasih.
"Fatimah, aku pulang...."
Aku menoleh, saat melihat Naya yang baru memasuki pintu apartemen dan menutupnya.
"Aku bertemu dengan Mr. Ali di kafe. kamu tahu? Dia menitipkan ini padaku. Katanya ini untukmu."
Naya memberiku sebuah amplop berwarna biru muda, aku tak tahu apa isinya yang jelas itu surat. Pak Ali adalah dosen di fakultasku, bukan hanya muda, tetapi dia juga mempunyai rupa yang sangat tampan menawan. Siapapun yang melihatnya pasti akan menaruh hati, tetapi aku tidak. Entahlah, yang pasti aku tidak ingin menaruh hati pada hamba Allah untuk saat ini. Takut, nantinya malah setan yang melangkah dan menyesatkanku.
"Untuk apa Mr. Ali memberi ini?"
Naya mengedikkan bahu. "Baca saja, aku hanya menyampaikan amanah ini."
Ku helakan napas sejenak. Sebenarnya aku sudah tahu isi amplop itu.
Aku membuka amplop itu, ada sebuah kertas di sana. Kertas itu, kosong. Ya, kosong. Ku balik-balik, tetap kosong. Tak ada coretan apapun di sana.
"Kosong, Nay."
Naya yang baru menyalakan televisinya pun menoleh dengan alis kanan terangkat.
"Maksudnya?"
"Ini kosong lagi," ku tunjukkan selembar kertas dari Pak Ali sebelumnya.
"Bukankah selalu begitu?"
"Benar," ku letakkan surat beserta amplopnya di meja dan melanjutkan membaca buku-buku kembali. Mengabaikan surat tersebut.
Penasaran? Sungguh aku tidak penasaran maksud dari Mr. Ali mengirimkan selembar kertas putih tanpa noda itu untukku. Ini memang bukan pertama kalinya aku mendapatkan selembar kertas kosong itu, tetapi bedanya kali ini memakai amplop. Biasanya tidak. Biasanya kertas itu hanya memakai sebuah pita kecil ataupun pena berwarna yang berukuran sangat mungil.
****
Selesai kelas, aku segera melangkah keluar areal kampus. Ku putuskan untuk mampir sejenak ke Hokkaido University Library. Jika tengah sendirian tanpa Anaya, aku lebih suka menyendiri dengan membaca buku-buku di sana. Selain nyaman, di perpustakaan itu juga aku merasa mendapatkan satu pengalaman baru setiap berkunjung dari si penjaga perpustakaan.
Ku langkahkan kakiku memasuki perpustakaan. Seperti biasa, Yimo—penjaga perpustakaan itulah yang pertama kali menyapa dan tersenyum ramah padaku.
"Hi Fatimah."
"Hallo Yimo." Aku mendekati mejanya. Berhubung usia kami berbeda satu tahun, Yimo tak ingin aku beri panggilan kakak. Katanya dia lebih nyaman dengan panggilan nama saja.
"Are you still looking for that book?"
"Yes, I still need the book. Do you have it?"
"I order for you Fatimah. Maybe the weekend the book has arrived. "
Aku tersenyum dan amat berterima kasih pada Yimo. Tak ku sangka. Yimo akan dengan senang hati membantu aku mendapatkan buku itu.
"I'm very grateful to you Yimo. Thank you very much."
"It's okay, Fatimah. I was curious as to why you were looking for a book whose title is almost the same as your name. "
Aku hanya tersenyum tersipu. "That book is very special, Yimo. Ah yes, I want to look at old school books, is there?"
"Yes, there is. There is an 87 year book in the hallway."
"Then I'll go there first. Once again, I thank you, Yimo. "
Yimo terus mempertahankan senyumannya padaku. "You're welcome."
Aku berlalu menuju lorong J untuk mencari buku-buku tentang zaman 80-90an. Aku memang sangat suka membaca cerita-cerita terdahulu, rasanya seperti aku masuk ke dalam zaman itu.
Ku lihat lorong J itu, semua rak buku yang menjulang tinggi. Benar saja, banyak buku baru di sana. Tetapi, cukup sulit untuk aku menjangkau buku-buku di sana. Ku cari buku yang baru direkomendasikan oleh Yimo, ah, aku lupa bertanya di rak nomor berapa. Alhasil, aku mencarinya sendiri. Hingga hatiku tergugah pada satu judul buku. Letaknya cukup tinggi, sulit untuk aku mengambilnya. Sudah menjinjit, melompat masih tak juga ku dapatkan. Aku mengatur napas, membenarkan khimarku dan kembali berusaha mengambil lagi buku itu.
"Tidak baik seorang perempuan melompat seperti itu."
Sontok aku menggeser cepat saat mendengar suara lelaki yamg familier di telinga. Aku merunduk menjatuhkan pandang ke lantai. Takut untuk saling menatap hanya akan menimbulkan rasa dan setan ikut mengusik pula.
"Mr. Ali di sini juga?"
Bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah membantuku untuk mengambilkan buku yang ku inginkan dan diberikannya untukku.
"Terima kasih, Mr."
"Hm."
Dia pun pergi berlalu setelah berdehem begitu saja. Pertemuan tak sengaja dengan Pak Ali tidak membuatku penasaran untuk bertanya akan maksud selembar kertas kosong yang dia beri beberapa kali melalui Anaya.
****
Matahari tenggelam di ufuk barat, menenggelamkan sinarnya dan menggantikan tugasnya untuk menerangi bumi pada bulan. Aku yang sibuk pada koper dan beberapa pakaian di hadapanku. Lusa sudah aku akan kembali ke Indonesia, bertemu melepas segala kerinduan dengan yang tercinta. Umi dan abi.
Saat ingin menutup koper, ku dengar jelas ponselku bergetar di nakas. Segera ku lihat, nama Abi tertera jelas di sana.
"Assalamualaikum, Abi."
"Wa'alaikum salam."
"Abi sudah pulang kerja?"
"Sudah. Ah iya, bagaimana dengan ujian kamu, nak? Lancar?"
"Alhamdulillah, Allah memudahkan semuanya Abi."
"Jadi pulang lusa?"
Aku tersenyum tanpa abi ketahui. "Insya Allah jadi Abi, ini Fatimah sedang packing barang."
"Abi dan Umi jemput di bandara ya."
"Iya Abi...."
****
Selesai subuh, aku langsung membangunkan Naya. Dia masih tertidur dengan sangat lelap. Aku yakin, Naya pasti tengah kelelahan karena harus bekerja setelah pulang kuliah.
Naya adalah sahabatku, namun sayangnya dia bukanlah sahabat menuju surgaku. Perbedaan keyakinan membuatku dan Naya tidak bisa berjalan satu arah menuju surga Allah, tetapi Naya tetaplah sahabatku. Dia yang selalu mengingatkan bila aku melewatkan waktu salat. Kami saling menghargai dan menerima perbedaan untuk mencoba saling mengerti selama tinggal di negeri Sakura ini. Aku dan Naya tidak pernah saling mengkritik ataupun menegosiasikan tentang keyakinan kami.
Jika Allah mengizinkan, sungguh aku ingin Naya menjadi sahabat dunia dan akhiratku. Namun, itu bukan lagi kehendakku. Aku tak ingin memaksa Naya, sebab Naya pun begitu. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Kafirun ayat 6, yang berbunyi:
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ
Untukmu agamamu dan untukku agamaku.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
shakila
aduuhhhh q gk ngrti kaau bhs inggris hehehe
2021-03-16
0
Bedahatibe
baca n like n comment..lanjuttt
2021-02-24
0
Arum
pernah waktu kerja dlu ada teman baru masuk non muslim . kita yg muslim pulang kerja rame reme nyariin dia gereja sampai malem.
2020-12-31
1