BAB 16

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....

Gimana nih part kemarin? Wih wih wihhh.... Semoga selalu suka yaa.

Petik selalu hikmah dari cerita ini ya teman-teman.

****

Meskipun kebohongan di negeri kita ini sudah sedemikian sistemik, masih saja ada harapan untuk melakukan perubahan. Pertama, mulailah perubahan dari diri kita.

Setelah menikah, menjaga perasaan pasangan adalah tanggung jawab kita. Ada etika bertemu atau bahkan berteman dengan lawan jenis setelah menikah, agar pasangan tidak cemburu serta menjaga diri kita agar tidak terjerumus ke dalam perselingkuhan.

Etika yang harus dipatuhi saat berteman dengan lawan jenis yang sudah menikah salah satunya adalah tidak berduaan dengan lawan jenis. Maka Ali telah melupakan satu hal itu. Tidak seharusnya saat itu Ali hanya bertemu tanpa membawa supir ataupun teman kala bertemu wanita yang jelas haram baginya.

Ali berjanji pada dirinya sendiri, agar tak mengulang hal yang sama. Apalagi hingga menyakiti hati wanita yang ia cinta. Menyakiti hati Fatimah, sama saja Ali menyia-nyiakan kepercayaan Allah yang telah memberikan cinta Fatimah untuknya. Ali sangat salah saat ia telah membohongi Fatimah.

Sekali saja seseorang berbohong, maka ia harus mempersiapkan kebohongan berikutnya. Lantas, maka Satu kebohongan akan diikuti kebohongan-kebohongan lain. Ali pun menyadarinya. Ali sudah menutup satu kebohongan itu dengan kata-kata lainnya.

"Astaghfirullah..." Ali mengusap wajahnya kasar. Ia menyesal karena telah meminta penjelasan pada Fatimah kemarin kalau ia tahu akan berujung seperti ini. Tetapi, setidaknya Ali tahu luka apa yang Fatimah pendam darinya.

Dengan cepat, Ali menutup laptopnya dan melangkah ke kampus Fatimah untuk menyelesaikan semua kesalahpahaman ini. Ali tidak bisa sehari saja tak melihat senyum berseri milik Fatimah. Rasanya seperti ada yang aneh. Rasa cintanya pada Fatimah membuat Ali amat terbuai. Namun, cinta pada Allah-lah yang masih utama. Tanpa mencintai Allah, Ali tak mungkin mendapatkan berkah semasa hidupnya.

****

Seluruh pasang mahasiswa dan mahasiswi menyorot Ali dengan tatapan kagumnya. Tampan, solehah, lemah lembut dan dosen yang paling mudah dipahami setiap materinya adalah Ali. Ali termasuk dalam kategori dosen perfect.

Sebelum ke kampus, Ali lebih dulu menghubungi Fatimah. Hasilnya nihil, tak ada jawaban.

Ali sudah mencari ke kelas, kantin hingga perpustakaan. Tak ia temukan juga istrinya. Hingga kaki Ali terhenti kala ia melihat Fatimah dan Naya yang duduk memunggunginya dan berhadapan dengan seorang pria tak Ali kenal di taman gedung fakultas kedokteran.

Siapa dia? Kekasih Anaya, kah? Batin Ali bertanya pada angin.

Ali berjalan mendekat. Saat beberapa meter sayup-sayup Ali mendengar jika lelaki itu berkata, "minum obatmu meskipun sebutir, Fatimah."

Ah, Ali sampai melupakan satu hal. Tabung obat yang kemarin sempat ia temukan. Ali yakin, obat yang pria itu maksud pasti obat yang ada di dalam tabung kecil itu.

"Fatimah..."

Mendengar suara lelaki yang sudah ia tahu siapa, Fatimah pun membalikkan badannya, begitu pula dengan Naya.

"Kamu ngapain di sini, Mas? Bukannya hari ini nggak ada kelas kamu?" Tanya Fatimah dengan sangat lembut seperti tak ada perselisihan sebelumnya.

Ali mengulurkan tangannya. "Ikut aku, Sayang."

Anggukan Fatimah pun pertanda ia setuju. Sebelum beranjak ia pun pamit terlebih dahulu dengan Naya dan Daiyan yang sempat mengobrol dengannya tadi.

"Aku duluan ya Nay, Dokter Iyan. Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam." Jawab keduanya serentak.

Tatapan Daiyan tak beralih dari dua insan yang melangkah menjauh.

"Dokter suka sama Fatimah?"

Daiyan yang mendengar hal itu malah mengerutkan dahinya dengan alis kanan yang terangkat. Bibirnya kini malah menyunggingkan senyum dan menjawab, "Tidak."

"Masa sih? Saya kok ngerasa kalau dokter suka sama sahabat saya."

"Tidak, Anaya. Saya tak pernah menyimpan rasa suka pada Fatimah. Karena saya sudah mencintai wanita lain. Wanita yang selalu dirindukan oleh surga Allah." Bayangan senyum Fattana pun terlintas di benaknya.

Daiyan yakin jika Naya sepertinya tak tahu tentang Fattana—kembaran Fatimah. Ia yakin jika Fatimah tak ingin mengungkap kembali segala kenangan bersama Fattana, pasti akan sangat berat.

"Beruntung sekali wanita yang dokter cinta."

"Saya yang beruntung pernah mengenal dan mencintai dia."

"Tapi kenapa Dokter Daiyan belum menikah? Bukannya sudah ada yang dicinta?"

Helaan napas Daiyan terdengar berat. "Sayangnya Allah lebih mencintainya dan surga pun tak sabar menantinya. Ia lebih dulu kembali kepangkuan Allah."

Naya merutuk dirinya menyesal. Ia tak tahu jika wanita yang Daiyan cintai sudah tak ada di bumi. "Maaf dok. Saya bener nggak tau."

"It is okay. Yang penting kamu tidak lagi berpikir jika saya menaruh hati pada Fatimah."

****

Di lain tempat Ali dan Fatimah duduk di dalam mobil berdua terjebak dalam keheningan.

"Sayang?"

Fatimah menoleh pada Ali. "Kenapa, Mas?"

"Mas minta maaf, Sayang."

Fatimah mengembangkan bibirnya. "Aku udah nggak mau bahas hal itu, Mas. Aku nggak marah sama kamu. Aku hanya cemburu. Aku percaya sama kamu kalau dia adalah klien kamu."

Ali tak percaya akan apa yang baru saja ia dengar. Istrinya, wanita yang ia cinta, begitu luas hatinya. Tanpa menunggu lama, Ali langsung memeluk Fatimah. Air matanya mengalir begitu saja. Bukan karena ia cengeng ataupun lelaki lemah, tetapi Ali menangis karena ia sangat beruntung bisa memiliki istri seperti Fatimah. Ali selaku bersyukur dan berterima kasih kepada Allah atas apa yang sudah ia miliki saat ini.

"Mas janji nggak akan bohongi lagi, Sayang. Mas janji."

"Kamu tak perlu mengatakan janji sama aku Mas." Lirih Fatimah.

Pelukan Ali pun diurainya. Fatimah menatap intens manik hitam Ali. Bibirnya tetap tersenyum dengan sangat sempurna. "Aku takut Mas. Aku takut, jika aku memegang erat janji yang kamu ucapkan, nantinya malah ia yang akan melukai dan menyakiti aku, Mas. Janji kamu bahkan lebih tajam dari pedang, Mas."

Betapa dalamnya setiap kata yang terlontar dari bibir ranum Fatimah. Memang tak ada nada bentakan, tetapi Ali merasa begitu nyeri di dada kala mendengarnya. Ali tak pernah menyangka jika satu kebohongan yang ia lakukan tempo hari sangat menyakiti hati wanita yang sangat ia cinta.

"Buktikan lah, Mas. Sesungguhnya Allah tak menyukai suatu kebohongan."

Pada dasarnya berdusta termasuk perbuatan yang dilarang. Berbohong juga satu dari tiga ciri orang munafik. Allah menegaskan jika setiap indra yang kita miliki akan dimintai pertanggungjawabannya di sisi Allah. "... sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, akan diminta pertanggungjawabannya." QS al-Israa:36.

Perbuatan dusta juga pasti tercatat oleh Allah SWT. Sehingga, tak seorang pun dapat lari dari konsekuensinya.

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." QS Qaaf:18.

Batasan berbohong dalam rumah tangga, yaitu bohong yang tidak menggugurkan kewajiban pihak masing-masing. Al Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari mengatakan bahwa ulama sepakat jika yang dimaksud bohong antara suami-istri yang diperbolehkan, yakni bohong yang tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya.

****

Terpopuler

Comments

Ina Kurnia Cengceremen

Ina Kurnia Cengceremen

aku apresiasi sanagt dngan novel ini banyak ibroh terimakasih sudah memberi suguhan yg bermanfaat semoga Alloh selalu melindungi anda

2021-08-25

0

Iin

Iin

sy suka bget bca novel ini..byk hikmah yg bs sy ambil. jjkillah.

2020-09-17

1

Mian Lamtiur

Mian Lamtiur

suka bngt dngn nasehat2 yg berkesan tidak menggurui,mengingatkan lebih tepat nya...😊😊😊

2020-09-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!