Taman bunga adalah tempat yang selalu mendamaikan bagi Fatimah. Menghirup aroma lavender terasa sangatlah Fatimah inginkan saat ini.
Biasanya Fatimah akan mengajak Naya untuk menemaninya duduk menatap sakura yang berjatuhan. Namun kali ini Fatimah tak membawa Naya sebab gadis itu alergi dengan bunga lavender. Padahal lavender itu wangi dan betapa indahnya lavender dengan warna ungunya.
Setiap tahunnya, jutaan wisatawan berkunjung ke kebun ini untuk menikmati keindahan bunga lavender. Beruntunglah Fatimah, sebab kali ini tak banyak orang yang berkunjung. Fatimah merasa kurang nyaman jika di tengah-tengah kerumunan manusia.
Selain bunga lavender, di kebun ini juga terdapat bunga-bunga lainnya yang tidak kalah bagusnya. Di kebun ini, kita dapat melihat tujuh jenis bunga berbagai warna yang menghiasi bukit, seperti lavender ungu, baby’s breath putih, poppies merah, catchflies merah muda and California poppies oranye. Musim terbaik untuk melihat bunga di kebun ini adalah sekitar pertengahan hingga akhir Juli. Dan ini belum masuk bulan Juli, jadi pantas saja masih sepi dan tidak sesak pengunjung. Beruntungnya sudah cukup banyak lavender yang berbunga.
"Fatimah?"
Fatimah yang tadinya hening menatap bunga-bunga pun kini menoleh ke samping kanan. Fatimah menatap datar kehadiran Ken dan ia pun sedikit bingung, dari mana Ken tahu namanya kalau bukan dari Daiyan.
"Do you come here often?" (Apakah kamu sering kesini?)Tanya Ken dengan mengembangkan bibirnya sempurna.
"Not. Hm, this is the first time." (tidak, ini untuk yang pertama). Jawab Fatimah jujur. Ya, memang Fatimah baru pertama kali tahu akan tempat ini. Tadinya Fatimah ingin pergi bersama Ali, hanya saja Fatimah tahu jika Ali ada meeting penting. Mau tak mau Fatimah memendam keinginannya, sebab ia tahu jika Fatimah mengatakan jika ia ingin ke kebun lavender Farm Tomita di daerah Hokkaido pasti Ali akan mengutamakan dirinya dan berujung meeting penting Ali pasti di-cancel. Namun, Fatimah pun meminta izin Ali terlebih dahulu agar tak menjadi dosa untuknya.
"Can I sit down?" Ken melirik lesehan yang Fatimah dudukin masih lebar.
"If I refuse?" Bukannya mempersilahkan, Fatimah malah kembali melontarkan pertanyaan yang membuat Ken tersenyum kecil dengan penuh kesopanan.
"It is okay. I just stood there." Jawab Ken.
Fatimah hanya mengangguk saja. Setidaknya Ken dapat menghargai penolakan atas permintaan Ken yang ingin duduk di dekatnya. Fatimah tak ingin nantinya berujung fitnah. Menjaga untuk memberi jarak lebih baik.
"Kamu dari tadi hanya duduk menatap hamparan pelataran bunga saja?" Tanya Ken dengan berbahasa Indonesia.
Tatapan datar Fatimah pada Ken menyorot heran. Dia...., bisa berbahasa Indonesia? "Bisa bahasa Indonesia?"
Ken mengangguk. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku jaket tebalnya. Ken merasakan cuaca yang kian dingin, menyesal tak memakai sarung tangan.
"Oh." Fatimah kembali menatap lurus pelataran lavender itu lagi.
Sedangkan Ken, ia menghela napas pelan. Fatimah bahkan sangat datar. Namun, kemarin saat ia bertemu dengan Fatimah di lobby rumah sakit, ia bahkan tampak manja dan menguasai pembicaraan jika bersama suaminya. Wajar saja, itu suaminya. Berbeda dengan Ken yang hanya orang asing.
"Belum nyoba ice cream di sini?" Tanya Ken.
"Belum."
Ken tersenyum. "Kamu harus mencoba soft-serve ice cream rasa lavender yang merupakan ciri khas Farm Tomita."
Fatimah sedikit jengah akan Ken. Kalau saja bukan Ken yang meracik obat-obatan untuknya, dan jika saja Ken bukan sepupu sosok Daiyan, Fatimah sudah melengos pergi begitu saja meninggalkan Ken. Apalagi, mengingat bagaimana cemburunya Ali pada Ken beberapa hari lalu di rumah sakit.
"Harus banget?" Tanya Fatimah malas.
"Harus. Karena saya yakin kamu suka. Rasanya benar-benar sangat khas, dan kamu tidak akan mendapatkan rasa seperti ini di kedai ice cream mana pun sepanjang kota Hokkaido."
"Terima kasih rekomendasinya."
Ken tersenyum dan mengangguk kecil. "Mau mencoba? Biar kupesankan."
"Saya akan memesan ice cream lavender itu kapan-kapan bersama suami saya."
Ken hanya tersenyum tanpa tahu harus mengatakan apa. Ia ingin mengajak Fatimah menikmati es krim di sana bersama. Tampaknya wanita yang Ken cintai benar-benar sangat mencintai suaminya karena Allah. "Ampuni hamba yang tetap mencintai Fatimah, Ya Allah..." Batin Ken melirih.
"Kamu mau—"
Drrrttt.... Drrrttt...
Ucapan Ken terputus saat ponsel Fatimah bergetar. Tanpa Fatimah bilang siapa yang menelepon dirinya pun, ia tahu. Wajah Fatimah yang sejak tadi datar tanpa senyuman kini malah tersenyum pada ponsel yang bergetar. Siapa lagi jika bukan Ali, suami Fatimah.
"Wa'alaikum salam, Mas." Jawab Fatimah pada seberang telepon dengan tersenyum manis.
Ken yang melihat senyuman Fatimah pun ikut menyunggingkan bibirnya, meski bukan ia yang membuat senyuman itu terbit, Ken tetap bahagia.
"Iya Mas, masih di Farm Tomita ini." "Loh, kamu udah selesai meeting?" "Iya, Mas, aku tunggu ya. Hati-hati di jalan, Mas. Wa'alaikum salam."
Fatimah meletakkan kembali ponselnya. Kini Ken berani menebak dan pasti tebakannya benar, suami Fatimah menuju ke Farm Tomita.
"Ken, saya duluan ya. Suami saya sudah dekat juga."
Nah kan, benar. Apa tebakan Ken. "Ya sudah, saya juga sudah mau balik. Mari, Fatimah. Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam."
****
Dari ujung perkebunan lavender Farm Tomita ini, terlihat lelaki yang berdiri tegap mengenakan jas abu-abu yang membalut kemeja di tubuhnya senada dengan celana bahannya. Senyuman manis dan lambaian tangannya memberikan angin tak terhapuskan.
Di tempatnya berdiri, Fatimah tersenyum tersipu malu melihat Ali yang berjalan mendekati dirinya.
"Assalamualaikum, istriku."
Fatimah meraih tangan kanan Ali dan mencium punggung tangan suaminya. "Wa'alaikum salam, suamiku."
Ali terus mempertahankan senyumannya dan mengecup hangat puncak kepala Fatimah.
"Sudah menunggu lama, ya?"
Fatimah menggeleng pelan. "Nggak kok, Mas. Lagian, kamu kok tumben meeting-nya cepat banget?"
"Klien aku tadi, Mas usir dari kantor, Sayang."
Kedua bola mata Fatimah mendelik tak percaya. "Jahat ih!"
Tawa renyah Ali terdengar kala melihat ekspresi wanitanya tampak sangat menggemaskan.
"Oh ya, Sayang. Di sini ada ice cream rasa lavender. Kamu mau nyoba?" Ali menawarkan hal yang sama seperti apa yang Ken lakukan.
Ali tampaknya pun lebih paham dan mengenal tempat ini.
Anggukan Fatimah pun menjadi jawaban jika ia menginginkan es krim itu.
Tangan besar Ali menggeleng jemari lentik Fatimah yang terbalut sarung tangan untuk ia bawa ke kedai ice cream yang ada di sana.
****
"Saya mau pesan ice cream 1." Ujar Ali pada pelayan kedai ice cream tersebut.
Pelayan ice cream itu pun mengangguk dan tak lupa untuk memasang senyuman ramah. "Ditunggu sebentar ya."
Ali dan Fatimah pun mengangguk kecil saat pelayan ice cream meminta mereka untuk menunggu sebentar. Tak sampai 2 menit, pesanan mereka pun selesai.
"270 Yen untuk satu ice cream." Pelayan itu pun memberikan ice cream pesanan Ali tadi sekaligus menyebutkan harganya.
Fatimah terkejut dengan harga ice cream yang benar-benar sangat terjangkau.
"Ayo, Sayang." Ajak Ali.
Keduanya pun melangkah keluar kedai dan mencari tempat untuk keduanya duduk.
Ali memilih duduk di gazebo yang menyorot lurus pemandangan lavender di hadapannya untuk ia dan Fatimah duduki.
Bibir Fatimah tak menyurutkan senyum di bibirnya kala bersama Ali. Bahagianya terus tersirat, rasa sakit yang ia rasa sebelumnya pun menyurut.
"Kamu nggak nanya kenapa Mas pesan satu cone ice cream?" Tanya Ali.
Fatimah menggeleng. "Aku tahu alasan kamu memesan ice cream hanya satu cone, Mas." Tangan mungil itu pun menarik tangan Ali agar mendekatkan ice cream itu pada bibirnya dan Fatimah memakan ujung ice cream. Bibirnya mengembang kembali. "Kamu tak ingin melewatkan hal romantis seperti ini, kan?"
Tangan Fatimah ikut menggenggam cone ice cream dan mengarahkannya pada bibir Ali.
Ali terkekeh pelan. Selama hamil, Fatimah memang lebih peka pada keadaan dan maksud darinya. Fatimah juga menjadi sedikit manja pada Ali, tentu itu membuat Ali merasa bahagia bisa memanjakan Fatimah dengan apa yang ia miliki.
Ali memakan ujung ice cream itu yang sudah lebih dulu Fatimah lakukan. "Kamu jadi pekaan ya sekarang."
"Baby kita yang buat aku semakin peka, Mas."
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sweet Girl
co cuit.....
mestinya dikasih terjemahan klo ada bahasa asingnya.... jd saya jg bisa belajar.
2021-06-20
0
Ruby Talabiu
kerennn thor
2020-09-18
2
Riza Safitri
Kalau bisa sih bahasa asingnya di beri arti, kan g semua orang ngerti.
2020-09-17
6