Ketika aku harus dihadapkan dengan pilihan, maka memilih adalah salah satu hal yang amat sangat ku ragukan. Padahal, hidup bukan tentang pilihan, tetapi terpilih. Namun, saat ini sungguh aku tengah dilanda gelisah.
Abi, lelaki pertama yang mendapatkan cintaku. Kini abi telah menghadapkan 3 foto laki-laki di hadapanku. Laki-laki yang salah satunya kelak akan ku cintai. Aku mengenal dua diantaranya, bahkan sangat familier.
"Mereka telah mengkhitbahmu anakku. Sungguh, Abi sulit memutuskan mana yang terbaik untukmu, Fatimah. Ketiganya memiliki akhlakul Karimah yang baik, tahfidz dan ketiganya pula insya Allah bisa membimbingmu menuju surga, anakku."
"Tapi yang ini adalah dosen Fatimah, Abi." Ku tunjuk salah satu Foto berlatar biru yang terletak di atas meja itu.
Foto familier itu adalah foto Mr. Ali. Awalnya aku tak percaya jika beliau mengkhitbahku, bahkan saat ini saja beliau masih di Jepang.
"Ali sudah mengkhitbahmu satu hari setelah kamu berangkat ke Jepang, Fatimah. Saat itu Abimu ingin menerima, tetapi Umi menolak sebab tahu kamu memiliki banyak mimpi di sana. Namun, tiga bulan yang lalu, teman kecilmu, Hafidz datang ingin mengkhitbahmu pula. Dan tepat satu minggu lalu, Azzam menyusul dengan melakukan hal yang sama yaitu mengkhitbahmu."
Azzam. Mendengar nama terakhir yang umiku sebut, membuatku sedikit berpikir. Azzam, siapa dia? Apa aku mengenal dia sebelumnya?
"Umi, Abi..." Ku luncurkan sorot sedu berharap mencari pengertian. "Fatimah tahu menikah adalah suatu ibadah pelengkap ibadah lainnya. Tapi, untuk saat ini.... Bukan kah Fatimah masih terlalu muda?"
Abi dan Umi tersenyum padaku. Sorot mataku kembali melihat 3 foto di atas meja itu kembali. Lalu ku dengar abi kembali berucap. "Menikah itu bukan tentang usia yang menjadi pedoman, Fatimah. Di dalam menjalin rumah tangga, kamu tidak sendiri. Ada suami yang akan membimbingmu. Jangan jadikan usia sebagai alasan untuk menunda. Ingat nak, menikah adalah ibadah. Tidak baik jika kamu menundanya."
"Fatimah harus meyakinkan hati Fatimah dulu, Abi, Umi. Fatimah akan salat istikharah, meminta pada Allah untuk pilihan yang akan Allah sampaikan nanti. Fatimah yakin, pilihan Allah yang amat baik."
"Iya, nak. Apapun pilihan yang kamu katakan esok, Umi dan Abi pasti akan mendoakan yang terbaik."
****
"Astaghfirullah."
Aku terbangun dari mimpiku. Mimpi yang sepertinya adalah jawaban dari salatku. Aku masih sedikit merasa ragu, apa benar itu adalah mimpi dari jawaban? Atau itu hanya alibi setan yang ingin menyesatkan?
Ya, Allah. Jika itu adalah benar jawaban dari-Mu. Maka hamba akan memilihnya. Namun, jika itu bukanlah sebuah jawaban, tolong bantu hamba untuk segera meyakinkan. Batinku berkata lirih.
Dari mimpi itu, aku kembali berdoa, berharap jika itu benar adanya hadir sebagai jawaban atas ridho Allah.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui segalanya. Ku serahkan seluruhnya pada-Mu berharap apa yang terbaik untukku.
****
Pukul 8:15 aku dan umi sudah memasak makanan sebanyak ini. Kata umi, di rumah akan ada pengajian setelah kedatanganku di sambut keluarga besar, kini akan disambut dengan pengajian juga? Masya Allah.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam," jawabku dan umi bersamaan saat mendengar salam dari wanita setengah baya yang baru datang bersama anaknya. Aku sedikit menebak, jika usis anaknya Tante itu lebih sedikit di atasku. Aku pun segera mencium tangan keduanya dengan sopan.
"Aduh, ini pasti Fatimah, ya?"
Aku mengangguk sekali dengan tetap memasang senyuman.
"Cantik, ya, Mah."
"Iya. Masya Allah, bukan hanya paras, akhlak, ilmu dan tauladannya juga sangat cantik."
Bukan merasa terbang setelah dipuji, aku malah sedikit merasakan sakit di dada. Sebab, aku tak sesempurna itu.
"Kamu bisa panggil Tante dengan Tante Annis dan ini anak Tante, namanya Fathiya."
"Fatimah, Tante."
"Ayo-ayo silahkan duduk, sambil nunggu tamu yang lain." Umi pun memberi saran.
Aku berpikir jika tawaran umi pada tante Annis dan Kak Fathiya akan membuatku tak menerima pertanyaan lagi. Kenyataannya tidak. Tante Annis kembali bertanya, lebih tepatnya tentang kepribadian yang jelas aku merasa kurang nyaman. Aku adalah gadis introvert. Sudah cukup jelas bagaimana reaksi tak nyamanku, bukan?
Namun, aku kembali dibuat terkejut saat dia mengatakan, "Ali akan segera sampai di Indonesia." Jadi, Tante Annis adalah orang tua Mr. Ali? Dan Kak Fathiya ini adalah kakaknya?
Artinya....
****
Di temaram ini, aku terdiam bergulat dengan pikiranku yang tak habisnya. Setelah salat Isya umi telah memintaku untuk turun atas permintaan abi. Aku sudah tahu pembahasan apa yang menjadi topik utama.
Tak ada henti-hentinya aku berharap dan berdoa pada Allah. Sebab hanya Allah-lah tempat menaruh segala harap hama-Nya. Seperti dalam firman Allah surah Al-Insyirah:8,
وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ
Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.
Sungguh Ya Allah. Tiada selain Engkau, hamba hanya berharap jika semua adalah yang terbaik diantara keduanya yang baik.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk," ujarku saat mendengar ketukan pintu.
Pintu terbuka, sosok wanita paruh baya yang masuk ke dalam kamarku. Beliau adalah asisten rumah tangga di kediaman ini.
"Nak Fatimah sudah ditunggu Bapak dan Ibu di bawah."
"Iya, Mbok, Fatimah tahu. Hanya saja, Fatimah masih sedikit bimbang."
"Sudah salat istikharah?" Tanya Mbok Asih padaku.
Aku mengangguk.
Beliau pun tersenyum dan mengusap bahuku lembut. "Yakinlah, jika Allah sudah memberikan jawaban atas pilihan itu, nak. Mbok yakin, Insya Allah, itulah yang terbaik."
Ku peluk Mbok Asih. Benar, aku harus bisa meyakinkan jika pilihan itu adalah jawaban dari Allah.
****
Aku membalas tulus senyuman umi dan abi. Senyuman itu, tampak lebih tenang tanpa lelah.
Senyuman yang terbentuk di setiap sudut bibir umi dan abi adalah hal yang selalu menjadi penyemangatku.
"Bagaimana, anakku?"
Aku mengangguk kecil, umi dan abi langsung paham akan maksudku.
"Siapa yang Allah pilih untukmu, Fatimah?" Tanya umi penuh antusias.
Aku menahan jawaban itu. Tak lupa mengucapkan basmallah dalam hati terdalam. Semoga Allah meridhoi sepenuhnya tentang pilihan ini.
"Ali Khairy Kinaan."
Umi dan Abi semakin melebarkan senyumnya, binar bahagia dan pancaran auranya tampak jelas. Masya Allah. Apa jawaban ini sungguh membuat kedua orangtuaku bahagia?
"Alhamdulillah. Abi dan Umi yakin, Insya Allah, pilihan yang Allah beri akan menjadi ridho untuk kamu, nak."
"Amiin, Ya Allah."
"Abi akan segera menghubungi keluarga Ali. Lusa dia akan datang."
"Bukankah beliau masih di Jepang?" Tanyaku. Lagi pula, apa mungkin Mr. Ali akan ke Jakarta hanya untuk kepentingan atas jawabanku ini?
"Dia akan segera kembali, Fatimah."
Aku menghela napas sejenak dan mengangguk kecil. Aku tahu jika pekerjaan dosenku itu pasti sangat menumpuk. Lalu, bagaimana bisa ia datang lusa? ini tak sedang bercanda? Namun, entah kenapa, hatiku sangat yakin jika Pak Ali benar adanya akan datang secepatnya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
fa_zhra
saya sdh merasakan dahsyat nya shalat istikharah dan tahajud dlm menentukan perkara jodoh.sungguh dalam kebimbangan memang hanya allah tempat kita mengadu
2021-07-06
0
Sweet Girl
Masyaa Alloh.....
semua karena Alloh
2021-06-20
0
🌹Dina Yomaliana🌹
Hai kakak👋 aku datang lagi di cerita mu ya🥰😉 semangat terus up ceritanya🔥🔥🔥
2020-12-19
1