BAB 13

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jadi dari part 1-12 kan aku buat cerita full sudut pandang Fatimah. Nah sekarang aku buat dari sudut pandang aku (orang ketiga)

Pengumuman ini aku buat di awal karena biar kalian nggak bingung ya......

Oh ya. Ini mungkin 2-3 part aja. Selebihnya kembali ke sudut pandang Fatimah ataupun beberapa tokoh lain, Ali dan Anaya, contohnya. So, Naya juga berperan penting di antara Fatimah dan Ali.

Semoga tetap suka sama cerita aku:)

****

Beberapa minggu yang lalu pertemuannya dengan Fatimah membuat Daiyan meringis tak percaya. Pertemuannya dengan Fatimah adalah satu hal yang Daiyan harapkan. Namun, tidak dengan keadaan wanita itu. Daiyan tidak pernah menyangka sebelumnya akan dipertemukan kembali dengan keadaan Fatimah. Allah benar-benar tengah menguji kembali hatinya. Hati yang sudah ikhlas kini seolah tengah kembali diuji.

Daiyan tidak menaruh hati pada Fatimah. Daiyan hanya mencintai Fattana—kembaran Fatimah. Namun, setiap melihat Fatimah, maka Daiyan seperti melihat Fattana di sana. Ta'aruf dan rencana pernikahan yang sudah Daiyan dan Fattana rencanakan pun tak menjadi ridha Allah. Fattana lebih dulu kembali ke pangkuan Allah. Fattana bukan hanya meninggalkan kenangan dan senyuman yang selalu terukir jelas di ingatan Daiyan. Fattana juga meninggalkan satu organ tubuhnya pada Fatimah. Jelas itu membuat Daiyan melihat Fattana pada diri Fatimah. Hingga saat ini, detik ini pun Daiyan tak mungkin bisa menggantikan Fattana dengan wanita lain dari hatinya. Fattana terlalu indah di hidup Daiyan, seperti namanya pula.

Bagi Daiyan, Fattana adalah bidadari yang dirindukan surga. Solehahnya Fattana menggambarkan jika ia adalah bidadari yang sesungguhnya. Bahkan, di ujung maut pun ia masih sempat menyelesaikan lantunan surah Al-Mulk dan dipenutupan surah pula hidup Fattana berakhir. Daiyan hancur.

Daiyan tak lagi menjadi Daiyan. Daiyan kehilangan bidadarinya,  bidadari yang akan ia halalkan untuknya.

"Jaga selalu Fattana di surga-Mu Ya Allah..... Jaga pula hati hamba agar tak berharap pada selain Engkau." Daiyan mengusap wajahnya seiring menutup doa.

Di usianya yang sudah bisa menikah pun tak Daiyan hiraukan. Daiyan mencoba mencari kesibukan demi kesibukan untuk menutup jati dirinya. Mengambil pendidikan S3 ini adalah pilihannya.

Tok tok tok tok....

Ketukan kecil pada pintu kamarnya pun terdengar. Daiyan tahu itu siapa, karena di rumah ini Daiyan hanya tinggal berdua bersama Kenzo."

"Masuk Ken."

Pintu pun tergeser dan menampakkan Kenzo di sana. "Baru selesai salat, Bang?"

"Iya. Ada apa?"

"Hm, racikan obat herbal yang kemarin aku buatkan itu untuk wanita yang di ruangan tadi?"

Bahasa Indonesia yang Ken gunakan pun lebih lancar dan lebih baik dari sebelumnya. Ken memanglah bisa berbahasa Indonesia, hanya saja tidak terlalu lancar dan fasih.

Daiyan tersenyum dan mengangguk. "Dia tidak ingin minum obat dari rumah sakit. Berefek samping pada kehamilannya."

"Dia sudah memiliki suami?"

"Sudah."

Kedua bahu Ken turun. Semangatnya seolah hilang saat helaan napasnya terdengar pasrah.

Daiyan melirik sepupunya itu dengan tatapan heran. "Jangan bilang, kamu...."

"Already occurred. Feelings no one can deny."

Ken pun keluar dari kamar Daiyan. Membuat Daiyan menggeleng tak percaya. Ini bukan sepenuhnya kesalahan Ken. Ken juga baru tahu jika Fatimah memiliki suami.

Cinta pada pandangan pertama itu nyata. Daiyan paham. Ia pun merasakannya pada Fattana dulu. Pada Fattana yang saat itu masih remaja, bahkan usia Fattana saat itu masih 16 tahun dan sudah mampu membuat Daiyan jatuh hati.

"Ana, aku mencintaimu."

****

Bermanja ria adalah hal yang selalu Ali lakukan pada Fatimah. Seperti saat ini, Ali yang senantiasa mengusap dan mencium bahkan sesekali mendusel di perut Fatimah yang masih datar.

Fatimah pun terus memasang senyumannya melihat tingkah suaminya begitu. Tangannya pun terus membelai lembut kepala Ali.

"Mas pengin ngerasain baby kita nendang, Yang."

Mendengar ucapan Ali, Fatimah justru terkekeh kecil. "Belum bisa, Mas. Kan masih beberapa minggu."

Tawa Ali pun terdengar pula, ia mencium gemas perut Fatimah lagi.

"Kira-kira, baby kita nanti, cewek atau cowok ya, Mas?"

Ali mendongak, bibirnya tersenyum manis. Tangannya mengusap pipi Fatimah yang kini lebih terisi. "Apapun itu, Hawa ataupun Adam, aku akan sangat bersyukur jika anak dan istri aku sehat selalu. Percayalah, Allah tahu apa yang terbaik, Sayang."

"Aku bahagia, Mas."

"Mas pun begitu."

Ali mengganti posisinya menjadi duduk dan merapatkan tubuhnya pada Fatimah. Tangannya mengusap wajah cantik Fatimah, wajah cantik yang akan menemaninya di surga kelak. Ali tersenyum kala melihat rona di wajah Fatimah yang sudah seperti kepiting rebus. Sudah merasa sangat gemas Ali tak sanggup lagi menahan diri. Cup!

Deru napas Fatimah tertahan mendapati perlakuan Ali yang selalu membuatnya kian jatuh cinta. "Mas..., a—aku."

"Mas akan pelan, Sayang. Mas nggak akan sampai nyakitin baby kita."

Fatimah pun tersenyum kecil dan mengangguk menyetujui.

Ali melanjutkan kegiatannya pula dengan berhati-hati dan penuh cinta. Ali sangat mencintai Fatimah, sangat.

****

Cinta itu indah. Namun bisa juga cinta tersebut berubah menyakitkan, bahkan sangat sakit. Bukan tanpa alasan, pasti akarnya karena ghirah.

Al-Ghirah ataupun rasa cemburu merupakan fitrah dasar pada diri kaum hawa. oleh karenanya seorang muslimah harus menjaga fitrah ini agar tidak tercampuri oleh bisikan-bisikan setan. Dengan tali keimanan dan genggaman keimanan agar ghirah tersebut dapat berakhir menjadi baik serta memberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Cemburu itu wajar, artinya jika seseorang itu sangat cinta dan takut kehilangan. Namun, jika cemburu berlebihan pun tak baik, karena sesungguhnya tidak seorang pun lebih cemburu selain Allah.

Dalam hadist Rasul shalallaahu ‘alaihi wasallamlainnya diriwayatkan bahwa beliau bersabda, “Tidak seorang pun yang lebih pencemburu selain Allah. Karena itulah (kecemburuan-Nya), Allah mengharamkan segala perbuatan keji.”

Ada jenis cemburu yang dicintai Allah Ta’ala, adapula yang dibenci-Nya. Yang disukai, yaitu cemburu tatkala ada sangkaan atau tuduhan. Sedangkan yang dibenci, yaitu adalah yang tidak dilandasikeraguan. Dari situ pula Fatimah mencoba mengendalikan rasa cemburunya. Fatimah takut, sangat takut jika Allah membenci rasa cemburunya.

Namun, demikianlah yang diinginkan dalam syariat agama yang mulia ini. Dengan ghirah ini kemuliaan mereka pun tetap terjaga dan akhlak mereka terpelihara. Namun, ketika cemburu itu ditanggalkan, maka bisa saja terjadilah apa yang tak pernah diharapkan. Fitnah dan kerusakan moral yang tak terkira pun menjadi nyata.

Hoekk!!!

Fatimah mengejabkan mata saat mendengar suara Ali yang seolah tengah memuntahkan sesuatu di toilet. Kaki Fatimah dengan segera melangkah mendekati suaminya.

Hoeeekkk...

"Mas.... kamu kenapa?" Fatimah yang bertanya pun kian merasa khawatir. Tangannya memijat tengkuak Ali.

Ali menggeleng pelan. Namun lagi-lagi ia terus berusaha mengeluarkan isi perutnya, anehnya tak ada yang keluar. Fatimah mengerutkan dahi saat menyadari jika suaminya mual-mual begini seperti yang Fatimah alami saat awal-awal minggu kehamilannya, morning sickness.

Helaan napas Ali pun terdengar. Wajahnya kian terlihat pucat pun dibasuh dengan air. Ali membalik tubuhnya dan tersenyum kecil pada Fatimah untuk memastikan istri cantiknya jika ia baik-baik saja. Ali tahu jika Fatimah sangat khawatir padanya.

"Kayanya aku morning sickness," lirih Ali memijat dahinya.

Dahi Fatimah mengerut bingung. "Aku yang hamil, kok kamu yang morning sickness, sih Mas?"

"Hm, kamu tahu tentang suami yang ngalamin morning sickness, Yang?"

Fatimah menggeleng.

Ali pun merangkul bahu istrinya dan membawa Fatimah keluar toilet. Tak bisa dipungkiri jika kepalanya benar-benar sangat pusing, bahkan pusingnya ini bukan main.

"Katanya kalau suami ngalamin morning sickness saat istrinya tengah hamil, artinya suami itu sangat-sangat mencintai istri dan calon babynya." Ali mengecup kepala Fatimah dan duduk di pinggiran sofa.

"Aku kira karena...., kegiatan tadi malam." Fatimah terkikik geli. Apalagi saat melihat wajah Ali yang menahan senyumnya, semakin tampak tampan dan menggemaskan.

Ali mendekatkan wajahnya pada Fatimah. Sedikit membuat Fatimah gencar, karena ia ada kelas pagi hari ini. "Mm—Mas... A—aku ada kelas pa—pagi."

"Hari ini kelas Mas, Sayang. Mas bisa aja batalkan kelas dan....kita di rumah, gimana?"

Fatimah mencoba menimbang perkataan suaminya. Ia ingin menolah, tapi Ali lebih dulu mengatakan, "ini permintaan suami kamu, Sayang. Tak baik menolak."

"Tapi...."

"Hanya di rumah. Nggak itu lagi."

"Kalau iya pun nggak apa-apa." Fatimah menahan senyumnya malu-malu.

Ali mencubit pipi Fatimah gemas. Pusingnya berkurang drastis saat melihat senyuman sang istri tercintanya. "Istri aku udah bisa godain suaminya, ya. Jadi pengin...."

"Pengin?"

"Cium aja." Ali menghujani wajah Fatimah dengan kecupannya.

Fatimah yang menerima kecupan Ali pun terkikik geli. Mereka pun akhirnya benar-benar mengurungkan niat untuk ke kampus. Memiluh berdiam diri di rumah untuk berdua bersama menuai cinta.

****

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

Thor.... jadi su'udzon.... jangan2 klo bener itu pebinornya, dia lagi hamil.
terus si Ali yg muntah2.

2021-06-20

0

Raihana Anisa

Raihana Anisa

jgan ada orng k3 thor bkin nyesek🤦🏻‍♀️

2020-09-15

2

♥️MAMUD DINARA🧸♥️

♥️MAMUD DINARA🧸♥️

percya sma authorr aja dechh
kisahh mereka hanya thoorr yg tau🤣

2020-09-14

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!