Bab 15

09.02 telepon di kamarku berdering. Resepsionis memberitahu ada jemputan untukku. Aku bergegas turun. Di depan lift kupencet angka 1, tapi liftnya tidak kunjung naik masih diam di lantai 1. Berapa banyak oramg yang naik di lantai 1? Satu detik terasa lama ketika seseorang sedang menunggu kedatanganmu.

Sopirnya berpakaian rapi, kemeja garis-garis cokelat lengan panjang dipadankan dengan celana kain hitam dan sepatu fantovel hitam. Umurnya sekitar 40-an, aku duga dari kumis tipisnya dan perutnya yang agak buncit. Saat mendekat, bau minyak rambut menusuk hidungku.

“Selamat pagi. Ibu Embun?” tanyanya sembari menatapku dengan tangan terkepal di bawah.

“Iya, benar.” kataku tersenyum.

“Mari, silakan. Mobilnya di depan.” Dia membukakan pintu depan hotel, aku merasa seperti seorang ratu. Lalu, diantarkan ke mobil hitam yang terparkir tepat di depan hotel. Dan lagi-lagi dia membukakan pintu mobil sambil berkata, “Silakan, Bu.” Iya, lagi-lagi dipanggil Ibu, meskipun sudah sering mendengarnya, aku tetap merasa kurang senang. Tapi. aku tahu itu bagian dari pekerjaannya.

Aku masuk ke dalam mobil yang entah apa lagi merknya dan duduk manis di kursi penumpang bagian belakang.

“Ke Plaza Indonesia ya, Bu.” Cara bicaranya seperti abang Grab saja. Ataukah ini Grab yang dipesan si pengacara? Mana mungkin abang Grab berpakaian serapi ini? Mungkin saja dia baru selesai wawancara kerja. Alasan yang asal-asalan.

Mobil melaju perlahan dan mulai cepat ketika memasuki jalan tol. 40 menit perjalanan ditempuh dalam diam. Ingin

rasanya aku memintanya menghidupkan musik di tape mobilnya, tapi tidak enakjuga rasanya. Mungkin dia sedang ingin berada dalam keheningan? Lagi-lagi alasan yang bodoh.

Plaza Indonesia tampak megah ketika aku mulai memasuki area parkirnya. Sopirnya memutuskan untuk memarkirkan mobil di basement, jadi aku bisa naik ke lantai dasar menggunakan lift. Ketika pintu lift terbuka, tampaklah sebuah toko dengan beberapa pembeli di dalamnya. Lift berada di dalam lorong di antara dua toko berdinding semen, hanya 1 toko di seberang yang terlihat. Aku melangkah keluar lift.

Tunggu, langkahku terhenti. Bagaimana aku akan membayar barang yang akan aku beli? Kalau tidak salah di dompetku hanya ada 3 lembar uang seratus ribu, 1 lembar lima puluh ribu dan beberapa lembar pecahan lebih kecil. Koin seratusan, lima ratusan dan seribuan banyak, bisa tidak dibayar pakai itu? Hahaha….

Tidak ada waktu untuk bercanda. Aku harus mengecek isi rekeningku. Aku membuka aplikasi mobile banking di ponselku. Masih lumayan isinya. Aman.

Ketika aku berbelok ke dalam area pertokoan, mataku menyapu merk-merk terkenal seperti Chanel, Gucci, Louis Vuitton, Rolex, …. Aku tidak melihat satupun toko bermerk Indonesia. Ini pasti mall dengan merk-merk internasional kelas atas. Kalau aku tahu akan ke Plaza Indonesia, pasti aku sudah bertanya ke Mbak Google semalam. Setidaknya aku tahu terlebih dahulu medannya sebelum bertempur.

Kenapa kamu terintimidasi, ini bukan pertama kalinya kamu ke mall, Embun. Santai saja. Lagipula kamu sudah

tahu barang apa saja yang akan kamu beli sebelum datang ke sini, kan? Barang-barang bermerk.

Pandanganku menyapu kiri, kanan, depan dan atasku mencari tulisan Balenciaga, toko di mana aku harus membeli jaketku, tapi tidak menemukannya. Tidak ingin membuang waktu, aku bertanya kepada seorang penjaga toko yang  berdiri di depanku. Mengira akan masuk ke dalam tokonya, dia berkata, “Selamat datang.”

“Maaf, Balenciaga di sebelah mana, ya?” tanyaku tersenyum.

“Oh, Balenciaga,” tampak kekecewaan di wajahnya, “di sebelah sana, Kak.” sambungnya menunjuk sebuah toko di kejauhan di sebelah kirinya.

“Terima kasih.” Aku pun melangkah dan tiba di depan sebuah toko bertulisan 'Balenciaga'.

Aku masuk dan disambut seorang penjaga dengan, “Selamat datang. Mau cari apa, Bu?”

“Mau lihat-lihat dulu.” jawabku mempertahankan senyum di bibir dan mataku, lalu melangkah meninggalkannya di belakangku. Semoga saja dia tidak mengikutiku. Syukur dia tidak mengikutiku.

Aku berkeliling mencari jaket dan menemukannya di bagian belakang. Aku mencari jaket yang kira-kira bisa aku gunakan di Swiss di musim gugur ini. Bukankah Swiss lebih dingin karena dikelilingi pegunungan Alpen? Haruskah aku membeli jaket musim dingin yang agak tebal?

Mataku  tertumbuk pada sebuah jaket cokelat panjang di bagian atas. Aku meraihnya dan seperti biasa saat akan membeli pakaian, setelah melihat modelnya, aku melihat harganya. Rp.10.500.000. Apa? Mataku otomatis membesar. Aku sudah bisa membeli 100 jaket dengan uang sebanyak itu. Aku tidak mengenakan pakaian-pakaian mahal dan bermerk.

Kuletakkan jaket itu kembali ke tempatnya di bagian atas dan mencari yang lain. Ada satu jaket hitam di deretan kedua dari jaket cokelat tadi dengan model yang cukup menarik, sama panjang seperti yang sebelumnya. Tanganku langsung mencari tag harganya dan saat menemukannya, aku membaca dan meletakkannya kembali ke tempatnya. Rp. 9.800.000. Mahal. Sangat mahal

Beberapa jaket lainnya aku telusuri, lebih tepatnya melihat harganya. Tidak ada yang lebih murah dari Rp. 7. 000.000. Aku beranjak keluar dengan pertanyaan dari penjaga toko yang aku jawab dengan senyuman canggung..

Sekarang aku mencari toko di mana aku harus membeli sepatu, Tod’s. aku bahkan tidak pernah mendengar atau membaca merk ini di manapun. Tanpa arah aku berputar dan masih tidak menemukan toko yang aku cari, mungkin di lantai atas?

Setelah keluar dari Tod’s tanpa membeli apapun, aku masuk ke Tom Ford, toko di mana aku harus membeli tas. Tom Ford juga merk yang asing buatku. Yang aku tahu hanya Ford, merk mobil yang aku pernah lihat parkir di pinggir jalan.

Saat keluar dari Tom Ford, toko terakhir yang aku kunjungi, aku memutuskan untuk melihat-lihat toko yang harganya lebih murah dan membeli barang-barangnya di sana, tapi semuanya berharga super mahal. Bagaimana kalau aku membeli barang-barangnya di tempat yang menjual barang bekas saja? Harganya pasti jauh lebih murah. Bagaimana kalau aku beli online saja?

Tidak perlu. Sepatu ketsku masih layak dipakai, hanya perlu beli kaos kaki tebal. Tas, untuk apa beli tas? Jaket saja yang aku perlu untuk menahan hawa dingin saat tiba di sana. Sisanya bisa dibeli di sana, kan?

“Pak, ada mall lain di dekat sini?” tanyaku ketika hendak masuk ke dalam mobil.

“Maaf, Bu. Saya diarahkan hanya mengantar Ibu ke Plaza Indonesia lalu kembali ke hotel.” sanggahnya sopan.

Aku tidak bisa berbuat apa-apa. “Baiklah.”

Aku diantarkan kembali ke hotel. Ketika sedang menelusuri Maps mencari pusat perbelanjaan di sekitarku, teleponku bergetar dan terpampang nomor si pengacara di layar. Aku tidak pernah menyimpan nomor teleponnya, aku sudah menghapal nomor-nomornya, nomor cantik, mudah dihapal.

“Halo.” jawabku datar. Bukan dia saja yang bisa bersuara datar, aku juga bisa.

“Kenapa kamu tidak membeli apapun?” tanyanya dengan nada agak tinggi.

“Kenapa aku harus membeli sesuatu di sana?’ balasku ketus. Bagaimana dia mengetahuinya?

"Lakukan seperti yang diperintahkan. Sopir akan menjemputmu lagi.” Perintahnya yang kubalas dengan jengkel.

“Kamu saja sendiri yang ke sana. Aku akan membelinya di tempat lain.” Kututup telepon.

Tidak ada telepon masuk lagi. Tidak mungkin dia menyerah secepat itu. Apa yang akan dilakukannya? Mungkinkah dia sendiri yang akan membelinya? Atau dia yang akan menjemputku dan membawaku kembali ke Plaza Indonesia?

Saatnya makan siang, pantas saja perutku bernyanyi. Aku terlalu asyik bermain dengan Maps mencari toko yang bisa aku kunjungi. Aku memesan makan siang yang tiba setengah jam kemudian. Nasi dengan daging sapi cincang dan sayuran. Baru jam 1 siang, terlalu panas untuk keluar sekarang, sekitar jam 3 saja aku keluar.

Jam 2 ketika sedang menelusuri Mbak Google mencari tahu lebih banyak tentang bandara, di mana aku akan singgah besok, terdengar ketokan di pintu. Siapa? Hanya pelayan room service yang selalu mengetok pintuku, aku tidak pernah meminta kamarku dibersihkan.Jangan-jangan si pengacara.

Inilah gunanya lubang kecil di tengah pintu. Mataku kaget melihat si pengacara berdiri memandang lurus ke depan seolah dia bisa melihatku mengintip di lubang intip. Bukankah ini adalah salah satu dugaanku, kenapa saat melihatnya tetap saja aku terkejut?

Pintu terbuka, dia masuk dan meletakkan tiga kantong kertas besar di atas meja. Aku bisa menduga apa isinya.

“Lakukan seperti yang diminta.” katanya berbalik memandangku.

“Itu bukan permintaan, tapi perintah.” Aku duduk di sofa yang paling jauh darinya.

“Lakukan saja.” Terasa pandangannya menusukku, tapi aku tidak ingin melihatnya.

“Akulah yang memutuskan apa yang akan aku pakai.” Sergahku, kali ini menatapnya. “Dalam surat perjanjian tidak tertulis aku harus menuruti semua hal yang kamu atau calon suamiku katakan tentang barang-barang yang aku kenakan. Aku akan mengenakan apa yang membuatku nyaman.”

Dia diam, masih menatapku.

“Aku yang akan mengantar membeli keperluan yang lain.” katanya melangkah ke pintu.

“Aku bisa pergi sendiri.” bantahku.

Dia menarik napas panjang. “Tidak aman sendirian. Ayo.” Kata terakhir yang diucapkannya tidak setegas kata-kata perintah yang biasa dia katakan. Apakah dia melunak setelah kata-kataku tadi? Lembut juga dia.

Aku tidak ingin membantah lagi. Yang dikatakannya memang benar. Tidak aman seorang wanita bepergian sendirian di kota besar yang tidak dikenal. Di zaman sekarang, orang-orang yang berusaha menyakitimu untuk mendapatkan keuntungan bertebaran di mana-mana.

Kami meninggalkan hotel tanpa bicara. Hanya sekali dia berkata, jika dia akan mengantarkanku ke supermarket untuk membeli beberapa barang.

Terpopuler

Comments

Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)

Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)

menangis aq lihat harga jaget semahal itu, wkwkwk gaji ku setengah tahun kerja ada nggak sampai 😭😭😭😭😭

2024-04-20

2

Bilqies

Bilqies

aku mampir lagi Thor
mampir juga ya di karyaku
terima kasih 🙏

2024-04-27

1

Arvilia_Agustin

Arvilia_Agustin

Mahal-mahal sekali harga jacket nya

2024-05-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!