Bab 6

Seminggu berlaludan aplikasi ini sungguh menguras energiku. Dari bangun pagi hingga tidur malam harinya, aku terus melihat-lihat isi aplikasi ini, mungkin saja ada yang menarik lewat, tapi, tidak ada yang benar-benar menarik perhatianku. Kembali ke pertama kali aku memakai aplikasi ini, aku mudah tertarik dengan profil yang menunjukkan ketampanan dan biodata yang maskulin. Setelah beberapa bulan, ternyata semua itu palsu. Makanya, sekarang aku tidak tergiur dengan profil-profil yang kelihatannya wah. Tapi, tetap saja terasa asyik untuk sekedar cuci mata. Mataku udah belekan, makanya harus dicuci, hehehe….

Dengan foto profil yang hanya satu dan agak buram, aku sudah berhasil mengumpulkan 40 ‘penggemar’ yang mengirimiku surat. Dan 34 di antaranya modus. 6 lagi masih abu-abu. Tapi, tidak ada yang benar-benar membuatku merasa ‘Mungkinkah dia?’

Seminggu lagi berjalan tanpa hasil dan aku mulai merasakan kebosanan yang memuncak. Berhenti saja deh, hanya membuang-buang waktu saja. Haruskah aku tutup akun ini, lagi? Tunggu sebentar lagi ah, setidaknya sampai sebulan.

4 hari lagi genap sebulan, ketika ada sebuah surat baru masuk dari seseorang yang tidak kelihatan jelas wajahnya, karena fotonya diambil dari samping. Yang kelihatan hanya sedikit bagian kiri wajahnya dengan rambut yang tertutup daun. Seperti foto yang diambil diam-diam oleh seorang penggemar rahasia.

Pria itu memiliki kulit putih bersih (kalau bukan editan), rambut hitam, hidung mancung dan memiliki postur tubuh  tegap layaknya pria maskulin. Tapi, apalah yang bisa diceritakan oleh sebuah foto? Foto itu tampak seperti diambil

dari jarak lima meter, dengan setengah badan bawahnya tertutup tembok dan setengah bagian atas tubuhnya tertutup pohon dengan dedaunan kecil lebat. Fotonya seperti potongan puzzle yang harus disatukan.

Yang menggangguku adalah isi pesannya.

“Kalau kamu ingin menikah, hubungi nomor ini.”

Di bagian bawah tercantum 12 angka nomor ponsel.

Percaya diri sekali orang ini. Tanpa perkenalan terlebih dahulu langsung menyodorkan nomor teleponnya, bahkan seolah mengancam. Siapa juga yang mau menikah dengan orang tidak dikenal yang sombong seperti dia?

Abaikan saja.

Setelah pekerjaanku selesai hari ini, aku merasa seluruh energiku terkuras, karena bersenang-senang dengan tertawa terbahak-bahak mendengar cerita-cerita rekan-rekan kerjaku. Para juru lawak hadir hari ini dan semua berkumpul setelah pekerjaan selesai.

Melihat kasur yang empuk di depanku, ingin sekali aku rebahan, tapi itu akan membuang banyak waktu. Aku meraih handuk dan masuk ke kamar mandi. Selesai mandi, aku merasa segar setelah air sedingin es mengguyurku. Tapi, ketika aku rebahan, kelopak mataku terasa seperti dibebani sebuah batu besar. Bisa-bisa aku ketiduran jam segini. Ini baru jam empat sore, kalau  aku ketiduran sekarang, nanti malam pasti susah tidur.

Bangun, duduk. Oh, ya jemuranku sudah kering.

Aku berdiri, berjalan menuju jemuran, mengangkat semua baju-bajuku yang kucuci sejak dua hari lalu, kembali ke ranjang dan melipatnya. Tidak sampai lima menit selesai melipat 8 potong baju.

Apa lagi yang bisa kukerjakan sekarang? Hmm….

Oh, ya celana pendekku ada yang sobek, eh, seragamku juga. Oke, ada kerjaan tambahan. Lima belas menit kemudian selesai. Sekarang apa?

Aku mengitari kamar mencari apa saja yang bisa dikerjakan. Di pojok atas kamar ada sarang laba-laba. Ah, kecil dan tidak terlalu kelihatan, bisa dikerjakan saat libur sekalian benah-benah kamar. Kubuka lemari di sebelah pintu masuk, benar-benar berantakan. Sudah pernah aku bereskan, tapi selalu kembali tidak rapi. Ah, tidak penting, lagipula tidak kelihatan kalau pintunya ditutup. Aku berjalan ke jendela di samping wastafel, eh, ada gelas kopiku kemarin sore. Nanti saja dicuci sekaligus dengan piring makan malamku.

Ada saja hal-hal kecil yang bisa dikerjakan, tapi aku berusaha keras mencari alasan untuk tidak melakukannya atau menundanya. Kebiasaan buruk.

Trrr… trrr… trrr….

Ponselku bergetar di atas meja. Bergetar tiga kali pendek, artinya ada pesan masuk dari salah satu aplikasi pencarian jodohku, entah yang mana.

Kuraih ponselku dan kembali berbaring di ranjang sambil mengangkat ponselku di depan wajah.

Pesan dari si pria lancang dan tidak sopan. Kenapa lagi dia? Mengancam soal pernikahan lagi?

Benar saja.

“Saya mempunyai penawaran untuk kamu.”

“Hubungi saya di nomor di atas.”

“Secepatnya atau kamu kehilangan kesempatan.”

Benar-benar orang yang tidak tahu malu atau nekad atau gila??

Aku tidak membalas pesan-pesan itu. Biarkan saja dia melihat kalau pesan-pesannya sudah kubaca dan tidak kubalas.

Kruyuuuukk…. Perutku mulai melakukan protes. Aku melangkah ke pintu keluar, membuka pintu dan menutupnya lagi setelah terbersit kalau betapa enaknya makan mie sore menjelang malam seperti ini. Aku menuju lemari es, mengeluarkan kubis napa, mengambil empat lembar, 4 buah cabe rawit, sebatang batang bawang dan sebutir telur. Aku menambahkan 2 siung bawang putih dan 2 siung bawang merah. Tak lupa mie instantnya.

Uhmm... dengan lahap aku menyantap mie ala diriku ditemani semangkuk nasi. Orang Indonesia kalau makan mie instan harus ditemani nasi, bukan. Hahaha…. Karbo + karbo = lezatos. Urusan sakit penyakit, terakhir, yang utama sekarang memanjakan lidah.

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

Cicil sampai sini dulu. 3 like buatmu. semangat

2024-04-18

1

Syiffitria

Syiffitria

semangat ka /Smile/

2024-04-23

1

Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)

Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)

Pede banget sih si laki2 itu wkwwkk

2024-04-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!