Bab 14

Dua minggu berlalu begitu cepat sejak aku meninggalkan pekerjaanku. Aku hanya bertahan seminggu di The Riotz, karena harus mengurus dokumen-dokumen di kampung halamanku.

Aku harus mengurus KTP dan kartu keluarga baru disebabkan adanya data yang salah yang baru aku ketahui belakangan ini. Awalnya aku berpikir akan memakan waktu yang lama, tapi kekuatan koneksi si pengacara melancarkan semuanya, selesai dalam sehari. Kurasa, dia telah mengurusnya terlebih dahulu dan tugasku hanya menukar KTP dan KK saja, tapi bahkan akta lahirku diperbaharui. Bukan datanya yang diperbaharui hanya cetakan di kertas baru saja. Memang sih akta lahirku sudah jelek kertasnya dimakan lembabnya tempat penyimpanan di rumahku.

Pasporku selesai dalam sehari juga. Sisanya aku habiskan untuk berkumpul dengan keluargaku. Namun, tidak

kuberitahu mereka kalau aku akan menikah. Bukankkah keberangkatanku adalah untuk mengurus pernikahan bukan untuk acara pernikahannya? Belum.

Si pengacara juga tidak berkomentar ketika aku mengatakan kalau aku belum dan tidak akan memberitahu keluargaku tentang pernikahanku. Jangan-jangan itu bagian dari rencanya? Haruskah aku beritahu saja? Tidak ada seorang pun yang tahu tentang keberangkatan dan perjanjian pernikahan ini. Beranikah aku? Bagaimana kalau

terjadi sesuatu?Haruskah aku memberitahu salah satu temanku? Satu saja. Ah, tidak apa-apa.

Nekad. Itulah yang mendasariku terus melangkah maju, sekarang sudah terlanjur, jangan berhenti sekarang.

Pengajuan visaku berjalan lumayan lancar. Aku mengikuti kursus online bahasa Jerman, jadi saat wawancara visa

berjalan dengan baik. Sekarang hanya menunggu keluar visa saja.

Sudah seminggu aku di Jakarta, tapi belum mengunjungi tempat lain selain kedutaan Swiss. Aku ingin ke Monas,

ke Kota Tua, aku ingin ke pantai, aku…

Trrrt… lamunanku terhenti oleh getaran ponsel di meja samping kursi.

Si pengacara.

“Halo.”

“Besok ambil visamu jam 11.”

“Ok.” ucapku yang tidak didengarnya keburu telepon ditutup.

Wah, visaku selesai, aku akan segera ke Swiss. Tiketku tertanggal 1 Oktober 19.00 dari CGK ke GVA, Geneva.

Aku akan tiba di Swiss tanggal 3 pagi setelah transit 2 kali di Singapura dan Muenchen.

Aku sangat bersemangat sekaligus was-was. Jangan kuatir, percayalah semua akan berjalan lancar, semua baik-baik saja sekarang dan nanti. Aku perlu memotivasi diriku sendiri agar optimis.

Jam 10 pagi aku sudah duduk manis menunggu di kedutaan Swiss. Ada 4 orang yang juga sedang duduk menunggu. Seorang pria sibuk memainkan ponselnya, seorang wanita dengan 2 orang anaknya yang blasteran sibuk berdebat tentang sesuatu dalam bahasa Jerman yang tidak aku mengerti dan seorang Bapak beruban yang duduk tenang memandang ke depan dan sekali-kali memandang ke pintu.

Jam 11.00 namaku dipanggil, aku mendapat visaku, visa Schengen double entry kunjungan ke kerabat atau teman untuk 90 hari. Visa ini memungkinkan aku untuk dua kali mengunjungi Swiss dalam kurun waktu 6 bulan. Kalau begitu, aku hanya akan mengurus persiapan pernikahan lalu kembali ke Indonesia dan kembali ke Swiss untuk acara pernikahannya, bukankah begitu? Makanya si pengacara tidak menyinggung tentang keluargaku.

11.10 aku berjalan menuju sebuah pohon rindang. Aku akan memesan Grab atau Gojek dari sana. Selama di Jakarta itulah moda transportasi yang aku gunakan.

Sebuah mobil hitam berhenti di depanku, jendelanya menurun terbuka dan tampaklah wajah si pengacara, “Naik.”

Aku membuka pintu penumpang samping sopir dan duduk tanpa bicara.

15 menit kemudian kami tiba disebuah restoran mewah bergaya barat. Aroma daging menusuk hidungku dan rasa

lapar memenuhi pikiranku menyebabkan perutku bergetar tanpa bunyi. Di daerah mana ini? Aku tidak tahu.

Seperti sebelumnya, dia memilih meja di pojok belakang. Restoran ini sepertinya menawarkan privasi karena ada

jarak yang cukup besar antar meja yang satu dengan lainnya dan di antara kursi-kursinya terdapat sekat kayu atau bambu yang bisa digeser.

Pelayan yang mengantarkan kami memberi kami 2 buku menu dan mencatat pesanan kami. Dan diapun berlalu

setelahnya.

Setelah di pelayan tidak terlihat mataku, si pengacara mengeluarkan map hitam seperti biasa dari dalam tasnya dan

menyerahkan kepadaku. Aku membukanya dan mengeluarkan isinya. Ada sebuah amplop cokelat berisi kertas-kertas. di sana tercantum detail tentang calon suamiku nanti, sedikit lebih detail dari sebelumnya dan rencana tinggalku di Swiss selama 2 bulan. Pernikahan akan berlangsung bulan Desember. Awal Desember aku akan kembali ke kampung halamanku, mengurus persiapan keberangkatan keluargaku dan kembali ke Swiss 2 minggu setelahnya.

Aku membaca detail tentang calon suamiku yang tertuang dalam 1 lembar kertas A4. Ini lebih ke informasi

berbentuk perintah yang didominasi kata-kata ‘jangan’, ‘tidak boleh’ dan ‘harus’. Bagaimana mungkin aku tidak boleh meminta bertemu dengan calon suamiku atau tidak menghubunginya sama sekali? Bagaimana nanti dia akan berkomunikasi dengan keluargaku kalau aku tidak mengenalnya? Apa yang harus kuceritakan kepada keluargaku tentangnya, tentang kami?

Aku membalik kertas dan terkejut melihat lembar paling akhir. Seorang pria menatapku dengan garangnya. Alisnya

sedikit berkerut membuat dua lipatan di atas hidungnya di antara alis. Mata sipit biru tuanya terkesan dingin dan tegas. Bibirnya lurus tidak menunjukkan senyum sedikitpun. Garis rahangnya kuat dengan rambut cokelat tua yang disisir rapi dibelah dua di samping kanan. Inikah dia?

Adku menatapnya lama dan tersadar ketika si pengacara berkata, “Berikan padaku.”

Mataku membesar menatap si pengacara, “Apa?” tanyaku seperti orang bodoh.

“Berikan halaman terakhir padaku. ”Perintahnya sambil mengulurkan tangan.

Terkejut aku merespon, “Kok?”

“Cepat.” Tangannya masih terulur.

Aku mundur menghindari jangkauannya. “Kenapa aku harus memberikan foto ini padamu?”

“Cukup melihatnya.”

“Aku perlu memilikinya,”

“Ingat saja.” Apa? Alasan yang tidak masuk akal.

“Aku perlu melihatnya sesering mungkin sehingga tidak melupakan wajahnya agar ketika bertemu…”

“Berikan.” perintah yang tidak bisa ditolak. Tak pernah sekalipun dia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya dariku.

Aku menarik napas panjang, mengeluarkan lembar terakhir, memandanginya beberapa detik, mencoba menghapal

setiap senti rupa calon suamiku dan menyerahkannya kepada si pengacara.

Sebelum dia memasukkannya kembali ke dalam sebuah map lain di dalam tasnya, aku berseru, “Bagaimana kalau aku foto?” tawarku tersenyum semanis mungkin mencoba meluluhkannya.

Dia memandangku datar dan tanpa berkata apapun memasukkan lembar foto itu ke dalam map di tasnya. Rupanya dia tidak mudah diluluhkan dengan aksi imut seperti pria Korea. Atau aku memang tidak imut?Atau dia tidak punya hati?

Dia mengantarkan aku kembali ke hotel setelah makan ringan. Canggung rasanya makan bersama dia yang sangat

menjunjung table manner. Aku masih lapar. Saat memasuki kamar, aku langsung menuju meja samping tempat tidur dan menekan angka 100, ekstensi ke restoran hotel.

30 menit kemudian, ruang kamarkusudah beraroma spaghetti dan pasta. Ada aroma khas yang dikeluarkan masakan Italia ini, entah apapun masakannya. Setelah makan, aku membuka dokumen yang diberikan. Aku penasaran membaca detail calon suamiku lagi. Ketika membuka lembar pertamanya, aku tercengang. Daftar kegiatanku sebelum berangkat. Bagaimana mungkin aku melewatkan lembar ini tadi?

Tadinya aku berniat menelepon si pengacara untuk menanyakan barang yang harus aku bawa, batal karena sudah

tercantum dengan jelas, ke mana aku harus pergi dan apa yang harus aku beli, bahkan beserta waktunya. Besok jam 9 pagi aku akan dijemput untuk berbelanja kebutuhanku selama di Swiss. Aku harus membeli jaket, sepatu dan tas dari merk-merk terkenal.

Terpopuler

Comments

Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)

Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)

Andai hidupku tiba2 ada mukjizat seperti itu hehe

2024-04-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!