Bab 4

Sudah enam hari dengan aktivitas yang sama, membosankan. Aku benar-benar harus keluar dari tempat ini. Tapi, selalu ada yang kutakutkan. Kalau aku memaksa diriku keluar sekarang tanpa pekerjaan baru, aku akan merasakan hal yang sama seperti beberapa tahun sebelumnya ketika aku tidak memiliki pekerjaan, tanpa penghasilan dan menumpang tinggal dan makan di rumah ibuku. Sangat memalukan.

Aku memang tidak memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang membanggakan dan tidak memiliki sebuah rumah atas namaku untuk ditinggali, tapi aku membayar biaya hidupku sendiri dan tidak membebani orang lain. Tidak membanggakan di mata orang lain, tapi membanggakan bagi diriku sendiri. Cukup membanggakan. Dan aku ingin

membuat diriku lebih bangga lagi, bukan membuat orang lain bangga, karena rasa kebanggan orang lain kepadaku tergantung dari ekspektasi mereka yang tinggi.

Akhir minggu juga, di hari sabtu yang ceria, yang kuhabiskan untuk bernyanyi sepanjang hari. Aku mengesampingkan pikiran-pikiran yang membebaniku untuk keluar dari tempat ini. Aku sibuk memikirkan baju untuk dipakai keluar besok, di hari Minggu, hari liburku.

Aku memutuskan memakai kemeja kotak putih merah muda dengan kulot hitam dan sepatu hitam putih dipadu tas kanvas hitam. Gaya yang sederhana. Aku tidak suka ribet dengan pakaianku, kecuali aku sedang ingin bergaya. Rambutku kucatok lurus dengan gelombang diujungnya. Dengan aat catok yang murah, aku tidak mengharapkan hasil yang selurus dan mengkilap seperti iklan shampoo di televisi. Ditambah rambutku yang susah ditata, hasilnya benar-benar standar dan dalam waktu beberapa jam, rambutku kembali tidak beraturan seperti sebelum dicatok, keras kepala seperti pemiliknya.

Sebenarnya aku sama sekali tidak tahu harus ke mana hari ini, tidak merencanakan apapun. Aku hanya akan berbelanja kebutuhan sehari-hariku nanti sore sebelum pulang. Lalu, sekarang aku akan ke mana? Aku lapar, tapi bingung akan makan apa, di mana. Dan aku sedang tidak ingin makan makanan khusus apapun. Aku hanya ingin jalan-jalan. Aku ingin ke pantai, mendengar suara ombak, mencium aroma asin laut, melihat birunya langit di atas perairan luas, duduk di tepi pantai, membenamkan kaki-kakiku di dalam pasir dan mungkin terlibat perbincangan ringan dengan teman pantai sehariku yang aku tidak tahu siapa. Aku tidak punya teman untuk ke pantai bersamaku.

Aku sedang berada di dalam bus menuju ke mall, tujuan yang tiba-tiba aku putuskan ketika ponselku terus bergetar. Nomor tidak dikenal, belum tersimpan di kontakku. Dari kode areanya seperti dari daerah Jawa. Pasti salah sambung.

“Halo, selamat siang.” kujawab dengan suara agak pelan, karena aku tidak ingin menjadi pusat perhatian penumpang bus yang lumayan banyak.

“Selamat siang. Benarkah ini dengan Ibu Embun Myeisha?” suara di seberang terdengar percaya diri dan tenang.

“Benar. Ini dengan siapa?”

Apakah ini call center bank untuk menawarkan asuransi atau kartu kredit?

“Saya Diana Laura dari perusahaan Semasu Abadi. Saya menelepon Ibu terkait lamaran Ibu sebagai Staf Administrasi. Bisakah Ibu hadir besok untuk wawancara di kantor kami jam 11 siang?” tanyanya tanpa basa-basi.

“Maaf Mbak, darimana Mbak melihat lamaran saya?” aku tidak yakin.

“Bukankah Ibu mengirimkan lamaran lewat situs Jobstreet?” suara di seberang sana tidak goyah sama sekali.

“Saya tidak pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan Mbak.” Aku mulai jengkel, tapi nada suaraku kuusahakan tetap biasal.

“Bisakah Ibu hadir besok? Kalau tidak, kami akan memberikan posisi ini untuk orang lain.” Mbak-mbak ini mau mengintimidasiku?

“Oh, iya, silakan.” jawabku tersenyum.

“Ibu tidak menginginkan posisi ini? Kalau Ibu menolak kali ini, Ibu tidak akan mendapat kesempatan lain lagi dan Ibu tidak bisa melamar di perusahaan kami lagi.” ujarnya dengan nada suara meninggi.

“Maaf, perusahaan di dunia bukan hanya perusahaan Mbak saja, masih ada banyak perusahaan lain. Silakan Mbak berikan untuk orang lain yang lebih membutuhkan. Selamat siang.” kataku kemudian menutup telepon.

Aku kemudian mencari nomor telepon tersebut di mesin pencari Google, dan ketemu. Nomor itu telah dilaporkan oleh beberapa orang sebagai nomor penipuan perekrutan pekerjaan. Aku juga mencari nama perusahaan yang ternyata benar-benar ada, tapi perusahaan bayangan.

Kenapa banyak yang mencari uang dengan cara yang tidak benar? Ini hanya salah satu modus penipuan. Internet membeberkan bahwa perusahaan-perusahaan penipu seperti perusahaan Semasu Abadi mencari korbannya dengan melihat data-data pencari kerja di portal-portal pencari kerja kemudian mengirimkan calon korbannya pesan di Whatsapp atau meneleponnya langsung seperti kasusku. Mereka mencari pencari kerja dari luar daerah sehingga mereka bisa meminta uang untuk membayar biaya pesawat untuk mengikuti wawancara.

Kenapa mereka mencari uang dari orang yang sedang dalam kesusahan? Dari orang-orang yang juga membutuhkan uang? Aku tidak bilang kalau seharusnya mereka mencari uang atau menipu orang kaya, ya. Hanya saja tidakkah mereka merasakan juga rasanya tidak memiliki uang untuk hidup sehari-hari? Mungkin mereka sudah tidak memiliki perasaan lagi. Tapi, bukankah motif mereka menipu bisa saja untuk menghidupi keluarga mereka? Bukankah mereka masih memiliki perasaan? Kalaupun mereka menipu untuk memuaskan keinginan diri mereka sendiri, bukankah itu juga masih memiliki perasaan?

Hari minggu yang berwarna.

Terpopuler

Comments

Bilqies

Bilqies

mampir yaa kak

2024-04-21

1

azizah sulaeman

azizah sulaeman

Hmm sederhana sekali /Smile/

2024-04-07

1

Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)

Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)

iya thor, hati2 sekarang banyak penipuan online, aku juga pernah kena, nangis sejadi-jadinya 😭😭😭

2024-04-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!