Bab 19

Aku berdiri di depan sebuah rumah berlantai dua dengan halaman depan sepanjang sekitar 5 meter yang dipagari

dengan tanaman rambat dengan pintu dari kayu. Mirip dengan rumah idamanku. Assis membuka pintu kayu dan mempersilakan aku masuk. Aku masuk dengan kekaguman. Ini salah satu impianku, apakah ini jawaban doaku, meskipun aku tidak menikah dengan pria yang mencintaiku dan aku cintai, tapi ada hal-hal yang sesuai dengan harapan dan keinginan hatiku. Tidak semuanya harus sempurna, 100% seperti keinginanku, bukan? Ya, aku bisa berkata seperti itu sekarang, lihat saja nanti.

Aku tidak ingin merusak hari ini dengan pikiran-pikiran negatif dan rasa kekecewaan. Ini adalah pilihanku dan sekarang aku tidak bisa mundur lagi. Nikmati saja apa yang ada saat ini. Lagipula di hari pindahan seperti hari ini, banyak hal yang harus aku lakukan.

Aku akan mengelilingi setiap sudut rumah, mengambil beberapa foto dan video, setelah itu menata barang-barangku dan menyiapkan makan malam.

Rasa kagum memenuhiku ketika memasuki ruang pertama setelah ruang depan untuk tempat sepatu dan teman-temannya. Ruang tamu ini besar dan lapang, tidak banyak perabotan di atas lantai maupun di dinding, minimalis sesuai dengan yang aku impikan. Apakah ruang tamu di Swiss memang seperti ini? Bukankah di tempatku sebelumnya mirip seperti ini juga konsepnya? Mataku tidak berhenti menyapu setiap hal yang ada di dalam

ruangan ini. Sofa empuknya, meja sederhana di depannya dan karpet biru tua di bawahnya yang terlihat empuk. Aku berbalik dan melihat si sopir lewat, melalui kaca di pintu bagian atas. Sepertinya dia memasukkan koperku.

Dialah sopir yang menjemputku di bandara ketika aku pertama kali menginjakkan kaki di Swiss dan dialah yang akan mengantarkanku ke manapun aku harus pergi selama aku berada di Swiss. Aku tidak tahu namanya, lebih tepatnya, Assis tidak menyebutkan namanya. Katanya, cukup dipanggil Fahrer saja. Fahrer berarti pengemudi atau sopir dalam bahasa Jerman. Jangan katakan kalau Assis diambil dari Assistant? Aku tertawa.

“Keperluan Nyonya sudah disiapkan di setiap ruangan. Jika Nyonya memerlukan sesuatu, silakan telepon saya. Seminggu ini, Nyonya tidak memiliki kegiatan apapun. Nyonya bisa menikmati waktu luang Nyonya dan beristirahat.” Katanya panjang sambil tersenyum. “Nyonya memiliki pertanyaan?”

“Tidak.” jawabku tersenyum kepadanya. Ekor mataku menangkap Fahrer lewat ke arah pintu keluar.

“Baiklah. Selamat siang, Nyonya.” pamitnya menatapku masih tersenyum.

“Selamat siang. Hati-hati di jalan.” balasku juga tersenyum kepadanya.

“Baik, terima kasih, Nyonya.” Aku pun ditinggalkan sendirian di sini.

Dari kaca jendela berbingkai kayu berwarna cokelat, aku melihat mobil itu berlalu. Aku keluar dari ruang tamu dan menjelajah ke ruang di lantai bawah. Di samping ruang tamu ada ruang keluarga dengan sebuah televisi besar di dindingnya dan sebuah rak panjang di bawahnya berisi kaset dan pemutar video, mungkin Blueray player atau DVD player? DVD sudah ketinggalan zaman.

Di depan ruang keluarga terdapat ruang makan yang tersambung dengan dapur yang lengkap dengan mesin pencuci piring, microwave, kulkas dan oven listrik. Peralatan makan tertata rapi di dalam laci dan lemari di atas dan bawah. Berbagai makanan dan bumbu dapur terisi penuh di lemari di atas kompor, begitu juga kulkas dua pintu besar dilengkapi dengan air panas dan es batu di bagian luarnya.

Mataku tertumbuk ke tempat di pojok belakang  yang tidak aku perhatikan sebelumnya. Nook! Di pojok ada sebuah nook dengan meja di depannya. Kereeeen. Aku berlari dan duduk di nook, mataku menangkap pemandangan taman minimalis. Bagus sekali dan benar-benar nyaman. Ini akan menjadi tempat favoritku untuk makan dan membaca buku. Aku duduk berputar-putar dengan berbagai posisi, kakiku kuangkat, rebahan maupun duduk ala bos. Empuk sekali dudukannya, bantalnya juga.

Bangun, Embun, bangun, kamu bisa menikmatinya nanti, masih ada ruangan lain yang harus dilihat.

Di sampingnya ada sebuah ruang laundry dengan pencahayaan yang terang dari jendela di bagian ujung. Di pojok berderet dua mesin, mesin pencuci dan mesin pengering. Lalu ada rak-rak berisi deterjen dan peralatan mencuci lainnya. Di sampingnya ada gantungan baju untuk mengeringkan pakaian dan di depannya tempat menyetrika baju. Aku suka ruangan ini.

Di sampingnya ada sebuah pintu. Ketika aku membuka pintunya, sebuah lampu menyala dan sebuah tangga

menyambutku. Ruang bawah tanah. Oh, iya, bukankah rumah-rumah Swiss dilengkapi ruang bawah tanah untuk perlindungan jika terjadi perang? Tapi, kenapa aku tidak melihat ruang bawah tanah di rumah sebelumnya? Aku turun dan melihat bunker di dalamnya dan sebuah ruangan lain yang sepertinya berfungsi sebagai gudang yang

kosong melompong.

Aku kembali ke atas dan menuju pintu terakhir di lantai satu yang mengarah ke taman belakang. Halamannya cukup luas dengan rumput hijau terpotong rapi dan sebuah pondok kecil di pojok kanan belakang. Itu pasti gudang lainnya. Aku menapakkan kakiku di rumput yang lembab, hawa dingin menusukku, aku tidak mengenakan mantel. Ini hanya sebentar, aku tidak perlu memakainya. Aku hanya akan memeriksa pondok itu.

Pintu pondok kecil ini tertutup. Aku mengintip ke dalam tapi gelap, tidak bisa melihat apapun. Aku berbalik dan tampaklah rumah ini dari bagian belakang. Keren!!! Semua terlihat sempurna di mataku. Aku bersyukur ada di sini, tidak ingin memikirkan hal lainnya.

Setelah menutup pintu belakang, aku beranjak ke tangga yang tepat berada di antara ruang tamu dan ruang keluarga. Di depannya ada sebuah ruang yang aku lewatkan tadi. Aku membuka pintunya dan tampaklah sebuah kamar tidur. Ranjang terletak di tengah ruangan dan di sebelah kanan tempat tidur terdapat sebuah pintu yang mengarah ke kamar mandi dan toilet. Ini pasti kamar tamu.

Di sebelah kamar tidur, terdapat sebuah toilet kecil untuk tamu. Aku melangkahkan kakiku ke tangga dan menaikinya.

Penataan lantai dua kurang lebih sama seperti lantai pertama, hanya saja di bagian depan ada sebuah ruang terbuka dan sebuah balkon di depannya. Aku segera menuju ke tempat itu dan memandang dengan kagum. Balkonnya bagus sekali dengan pemandangan halaman depan dan jalan yang luar biasa. Tapi, di musim dingin seperti ini, aku tidak bisa bersantai di sini. Tunggu sebentar. Balkonnya tidak sepenuhnya balkon terbuka, ada kaca yang bisa ditarik menutup. Keren sekali.

Aku kembali ke dalam, ke ruang terbuka yang hanya berisi sebuah sofa dan meja. Di sampingnya terdapat sebuah ruang kerja yang berisi sebuah meja sederhana dan kursi beroda dan di sampingnya sebuah lemari berisi beberapa buku dan hiasan. Untuk apa mengisi ruangan ini? Apakah suamiku akan datang ke sini dan menggunakannya sebagai ruang kerja?

Di depan ruang kerja ada sebuah ruang yang hampir kosong, hanya berisi kursi dan meja. Ruang apa ini? Aku keluar dan melangkah ke pintu terakhir yang berada di bagian belakang. Ini pasti kamar, bukan? Benar saja.

Kamar ini luas dengan sebuah ranjang king size di tengah kamar dan meja kecil di samping kanan dan kiri tempat tidur dan dua buah jendela kaca lebar di depan ranjang yang kerennya di tiap jendela terdapat nook. Dengan nyamannya aku duduk di nook. Aku mencoba keduanya.

Di sebelah kiri ranjang ada sebuah pintu, yang ternyata mengarah ke kloset baju. Wah, aku tidak ingin memiliki baju sebanyak ini. Di sampingnya ada sebuah kamar mandi besar lengkap dengan bathtub dan shower room sendiri. Keren sekali. Dari luar rumah ini kelihatannya biasa saja, tapi isinya luar biasa.

Koperku yang terletak di depan kamar aku masukkan, membukanya dan mengeluarkan isinya. Di mana aku harus meletakkan beberapa potong bajuku di dalam kloset sebesar ini? Aku membuka sebuah pintu dan menemukan kalau ruangnya sudah terisi. Tanganku membuka semua pintunya, kloset ini sudah setengah penuh dengan pakaian, tas, sepatu dan perhiasan. Apa-apaan ini? Mengapa ada baju berwarna oranye terang di sini? Siapa yang mau memakainya? Pilihan siapa ini? Jangan-jangan ini milik pemilik atau penyewa rumah ini sebelumnya?

Bukankah Assis bilang kalau keperluanku sudah tersedia? Pasti ini juga termasuk, selain isi dapur. Kalau begitu, kamar mandi juga? Benar saja. Di dalam lemari, ada beberapa sabun, shampoo dan peralatan mandi dari berbagai merek. Saking penasarannya, aku membuka lemari dan laci lemari di dalam kamarku. Laci meja rias sudah lengkap terisi dengan berbagai kosmetik dan parfum. Di dalam lemari samping tempat tidur ada beberapa buku. Kenapa tidak ditata di luar? Kenapa semuanya seperti disembunyikan di dalam?

Bagus juga, karena aku tidak suka melihat barang-barang berantakan di mana-mana, aku suka barang-barangku rapi tersimpan di dalam lemari. Jangan-jangan semua sengaja diatur seperti yang aku inginkan? Tapi, darimana siapapun yang mengatur ini mengetahuinya? Apa mungkin si pengacara memberitahu Assis? Apa aku pernah memberitahunya? Atau aku pernah mengatakan hal ini kepada Assis? Ataukah mereka membaca karakterku? Entahlah, tidak masalah.

Lagi-lagi perutku menginterupsi saat aku sedang beres-beres. Setiap kali turun dari pesawat, perutku seolah kosong. Aku turun dan membuka lemari lalu kulkas. Apa yang harus aku makan? Banyak pilihan. Aku ingin yang berkuah. Ada sebuah kantong kertas berisi makanan yang hanya perlu dihangatkan dengan ditambah air. Seperti mie instant saja.

Hari ini aku lewati dengan mengelilingi ruangan-ruangan di dalam ‘rumah’ baruku dua kali, mencerna setiap barang yang ada di dalamnya, tapi aku menghabiskan sore itu di nook dapur sambil memandang ke luar. Malamnya aku berendam di bak mandi dan tidur dengan sangat nyenyak. Hari pertama di rumah baru sebagai ibu rumah tangga yang menyenangkan.

Terpopuler

Comments

Bilqies

Bilqies

aku mampir lagi Thor /Smile/
mampir juga ya di karyaku

2024-05-08

1

dianasaur🦖

dianasaur🦖

mampir thor, mampir juga ya dikarya aku💜

2024-04-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!