BAB 19 - JANJI SEBELUM PERTARUNGAN

Jangan lupa like, vote dan komen agar author senang dan semangat terus buat update!

Selamat Membaca~

Zeha berbaring di ranjang, lantas menghembuskan napas kasar yang panjang. Pandangannya lurus ke depan, sementara pikirannya melayang kemana-mana.

[“Datanglah ke sini besok. Ada yang ingin aku lakukan denganmu.”]

Xavier mengatakan itu padanya tadi malam saat mereka bertemu di depan penginapan. Xavier memberikan secarik kertas kecil padanya, yang berisikan sebuah alamat.

Entah kenapa Zeha merasa sedikit gelisah. Mungkin saja karena rasa bersalahnya terhadap kematian sang nenek, membuatnya sedikit cemas untuk pertemuan mereka besok.

Zeha juga baru menyadari kalau sang nenek memiliki murid-murid yang hebat, tidak seperti dirinya. Xavier yang merupakan peringkat ke delapan dalam urutan sepuluh swordsman mage terkuat saja memiliki energi sihir sebanyak itu. Lalu bagaimana dengan murid yang lainnya? Pasti berkali-kali lipat lebih kuat dari dirinya. Hal itu jelas membuatnya rendah diri.

Zeha kembali menghela napas kasar. “Ada apa denganku? Kenapa aku sangat mudah merendahkan diriku sendiri ...?”

Dikarenakan statusnya yang rendah, maka hal itu juga mempengaruhi tingkat harga dirinya. Sejak dulu, dia sudah terbiasa ditindas oleh yang lebih kuat darinya. Karena itu dia sudah terbiasa merendah.

(Master butuh motivasi.)

Litch tiba-tiba membuka suara. Kalimatnya itu berhasil membuat Zeha tertawa. “Kau benar.”

Entah kenapa dia merasa kalau Litch selalu mengetahui apa yang dia rasakan. “Omong-omong, Litch. Apa kau dulu adalah seorang manusia?”

( ...tiba-tiba?)

“Aku hanya tiba-tiba penasaran tentang dirimu. Soalnya kau selalu berbicara seperti manusia pada umumnya.”

( ... )

“Apa kau benar-benar seorang manusia?”

(Aku bukan manusia ataupun Dewa. Aku hanyalah sebuah spirit yang diciptakan untuk menjaga peninggalan Dewa yang agung.)

“Apa maksudmu kekuatan ini?”

(Iya.)

“Apa aku boleh bertanya lagi? Kenapa Dewa menciptakan kekuatan ini dan menyimpannya di dalam dungeon?”

(Pertama, kekuatan ini bukanlah ciptaan sang Dewa, melainkan murni dari kekuatannya sendiri. Beliau menyalurkan seluruh kekuatannya ke dalam sepuluh fragments of eternal power, dan disebar ke berbagai dungeon. Tujuannya adalah untuk mencari sang pemilik baru yang akan mewarisi kekuatannya.)

Zeha masih tak mengerti. Keningnya berkerut karena mencoba sekuat tenaga untuk mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Litch. “Kenapa Dewa mencari seseorang untuk mewarisi kekuatannya?”

(Untuk menyelamatkan dunia.)

“Menyelamatkan... dunia? Apa maksudnya itu?”

( ...Saya tidak tahu kelanjutannya. Sebagian memori saya masih terkunci.)

Hembusan kasar keluar dari mulutnya. Zeha tampak lelah setelah mendengarkan penjelasan dari Litch. “Aku masih belum bisa mengerti sepenuhnya. Yang pasti kemunculan kekuatan ini pasti ada hubungannya dengan kemunculan portal dan monster.”

(Ternyata master bisa berpikir juga, ya?)

“Apa katamu?!” Zeha berteriak kesal. Dan seperti biasa, Litch mengabaikannya dan tidak berbicara lagi.

“Omong-omong, kenapa Putra Mahkota menyuruhku untuk mengunjungi kediamannya?”

-

-

-

Esoknya, Zeha sudah sampai di kediaman Putra Mahkota, Xavier Alexander. Ia langsung diantar ke tempat pelatihan oleh sang pelayan begitu sampai di sana. Seluruh tubuhnya mematung melihat Xavier yang tengah berlatih sendirian di tengah-tengah lapangan.

Zeha tak mengerti kenapa dia harus datang ke tempat ini. Tapi yang jelas, ia sekali lagi menyadari kalau kemampuan Xavier benar-benar luar biasa.

Xavier melayang di udara, dan di belakangnya terdapat belasan lingkaran sihir berwarna biru. Lalu dari bawah, muncul juga belasan lingkaran sihir berwarna merah.

Bongkahan es kecil muncul dari lingkaran sihir berwarna biru dan meluncur ke bawah. Sementara dari lingkaran sihir berwarna merah, muncul bola-bola api yang mengarah kepada Xavier.

Bongkahan-bongkahan es dan bola-bola api saling bertabrakan dan menimbulkan ledakan yang sangat besar. Badai yang tercipta dari ledakan itu menyebabkan area di sekitar berantakan, tak terkecuali Zeha. Ia sampai harus menyilangkan kedua tangannya di depan karena takut badai debu itu mengenai wajahnya.

“Hebat ...!” Zeha sangat tercengang. Ia tak menyangka kalau benturan antar elemen sihir itu bisa menyebabkan ledakan sebesar ini.

Xavier mendarat dan langsung melangkah menghampiri Zeha. “Kau sudah datang?”

Zeha menurunkan kedua tangannya, lantas menjawab, “Iya ... Apa ada sesuatu yang ingin anda bahas dengan saya?”

“Apa kau membawa artefak itu?”

“Artefak?” Sesaat Zeha sempat kebingungan. Tapi setelahnya ia pun tersadar. “Ah, maksud anda White Sword?”

“Iya.”

“Aku membawanya, tapi ada apa?”

Sebelum menjawab, Xavier menarik pedangnya, lalu ia arahkan kepada Zeha. “Ayo bertarung.”

Zeha sukses terkejut. Setelah memperlihatkan kekuatan sebesar itu, dia mengajaknya bertarung? Zeha benar-benar tak habis pikir.

“Kurasa ada suatu kesalahpahaman di si—”

“Ini bukan kesalahpahaman.” Xavier menyela. Tatapan matanya semakin tajam dan dingin. “Ini sudah menjadi tradisi. Setiap guru menerima murid baru, kami akan mengujinya terlebih dahulu.”

“Mengujinya?” Zeha tak bisa berkata-kata. Ia tak tahu apakah situasi sekarang bisa dikatakan baik atau buruk.

Memang kesempatan bagus baginya bisa bertarung dengan salah satu swordsman mage terkuat di kekaisaran. Tapi dengan kemampuannya yang sekarang, tidak akan ada yang bisa dia pelajari dari pertarungan ini. Perbedaan kekuatan mereka sangat jauh!

“Sebelum saya menerima penawaran anda, tolong berjanji satu hal pada saya.” Zeha membuka suaranya.

“Apa?”

“Saya ingin anda mengajari saya bagaimana cara menciptakan berbagai objek sihir.”

Xavier sukses terkejut oleh perkataan Zeha barusan. Ekspresinya tampak seperti baru saja mendengar sesuatu yang tidak masuk akal.

“Kau bicara seolah belum pernah belajar sihir.”

“Itu benar.”

Sekali lagi, Xavier sukses terkejut. “Bagaimana bisa?! Kau itu adalah muridnya guru—!”

“Saya tidak bisa mengatakan alasannya, tapi itulah yang terjadi.” Zeha menyela dengan tajam. Ia tak mungkin menceritakan soal dirinya yang tidak bisa menggunakan sihir, lalu tiba-tiba menemukan sebuah kristal aneh yang memberinya kekuatan.

Rahang Xavier mengeras. Selama ini gurunya, atau sang nenek selalu mencari orang-orang berbakat untuk dijadikan murid pribadinya. Dia tak pernah sembarang memilih seorang murid. Mereka yang dilatih langsung oleh sang nenek akan menjadi swordsman mage yang sangat kuat.

Akan tetapi, bagaimana mungkin seseorang yang bahkan tidak tahu bagaimana cara menggunakan sihir dengan benar bisa menjadi muridnya? Xavier sungguh tak percaya akan hal itu.

Zeha tahu kalau hal ini akan terjadi padanya saat bertemu dengan salah satu murid sang nenek.

“Nenek menyuruhku untuk mengatakan ini padamu,” ucap Zeha tiba-tiba, membuat Xavier semakin waspada.

“Jangan terpaku pada hal-hal yang kau lihat saja. Coba lihat kembali dengan teliti ke sekeliling, maka kau akan menemukan berbagai hal yang menarik.”

Xavier sangat terkejut dan hatinya sukses terguncang. Matanya melebar, menatap tak percaya pada Zeha. Kata-kata itu, persis seperti yang ia dengar dari gurunya saat itu.

[“Menurutmu, bagaimana keadaan kekaisaran sekarang?”]

[“Biasa saja.”]

[“Kau ini ya. Dengar, Xavier. Jangan terpaku pada hal-hal yang kau lihat saja. Coba lihat kembali dengan teliti ke sekeliling, maka kau akan menemukan berbagai hal yang menarik.”]

Itu adalah percakapannya dengan sang nenek saat hari terakhir ia bertemu dengan sang nenek.

[“Dunia itu sangat menarik dan menakjubkan. Suatu hari nanti, kau akan menyadari ada banyak hal yang menarik di sekelilingmu.”]

Xavier menunduk lemas, dan menurunkan tangannya. Tidak tahu apa yang tengah ia pikirkan dengan ekspresi kosongnya itu. Sementara Zeha masih menunggu reaksi dari Xavier, berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk padanya.

Setelah hampir semenit, Xavier mengangkat wajahnya lalu menghembuskan napas panjang. Ia kembali menatap Zeha dengan tajam dan dingin. “Aku tidak menyangka kalau guru akan menitipkan kata-kata itu padamu.”

Zeha cukup terkejut. Ia sebenarnya tak tahu kalau kalimat yang dititipkan oleh sang nenek merupakan sesuatu yang berharga bagi Xavier.

Xavier berbalik dan melangkah menjauh. “Aku mengerti. Aku akan mengajarimu ...” Ia kemudian berhenti, dan berbalik lagi menghadap Zeha. Sebuah pedang dikeluarkan, lalu ia arahkan pada Zeha.

“...dengan sangat serius,” sambungnya.

Senyuman simpul terpampang di wajah Zeha. Ia berjalan beberapa langkah mendekat, kemudian menghunus pedangnya.

“Kalau begitu, saya mohon bantuannya.”

Pertarungan Zeha dengan Xavier akan segera dimulai.

-

-

-

Klaus masih sibuk berkutat dengan setumpuk pekerjaan yang tak pernah habis. Kemunculan kembali gate memberikan banyak dampak negatif pada kekaisaran. Klaus juga masih cukup ragu untuk mengirimkan pasukan ke dalam gate, karena takut insiden yang sama akan terulang kembali.

Tok tok tok tok!

Klaus tersentak dan refleks menoleh ke arah sumber suara. Dari balik jendela, ia menemukan seekor burung gagak yang terus mematuk-matuk kaca jendela.

Klaus sontak beranjak dari sana dan membuka jendela. Atensinya teralihkan pada sebuah gulungan kertas kecil yang terikat pada kaki burung tersebut. Terutama pada pita berwarna emas yang mengikat gulungan kertasnya. Itu bukanlah pita sembarangan. Pita itu hanya dimiliki oleh keluarga kekaisaran.

Tanpa banyak berpikir, Klaus segera melepas ikatannya dan membuka gulungan kertas tersebut. Ekspresinya tampak terkejut saat membaca isi suratnya. Keningnya pun ikut berkerut.

“Apa yang terjadi di sana?” Klaus meremas gulungan kertas itu, lalu ia buang ke tempat sampah. Sesaat kemudian, Joe tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.

“Master, kereta telah siap.”

“Kebetulan sekali, Joe.” Klaus kembali ke meja dan merapikan barang-barang yang berserakan di atas meja. “Siapkan informasi soal latar belakang Zeha. Selidiki sampai ke akar-akarnya.”

Joe sukses terkejut. “Apa terjadi sesuatu? Kenapa tiba-tiba ...?”

“Ini adalah perintah dari seseorang.”

“Perintah? Dari siapa?”

Klaus tersenyum sesaat sebelum menjawab, “Putra Mahkota.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!