BAB 18 - XAVIER

Jangan lupa like, vote dan komen agar author senang dan semangat terus buat update!

Selamat Membaca~

“Jadi begitu rupanya ...”

Itu adalah kalimat pertama yang diucapkan oleh Xavier setelah mendengarkan penjelasan Zeha tentang asal mula ia bertemu dengan sang nenek, dan berakhir menjadi muridnya.

Mereka sedang berada di restoran milik keluarga Rose. Pertikaian sukses dihentikan berkat usaha Rose saat itu.

Xavier terdiam selama beberapa saat setelah selesai mendengar Zeha bercerita. Sementara Zeha terus merasa gugup karena pria yang duduk di depannya itu bukanlah pria sembarangan.

Zeha adalah seorang rakyat jelata. Tentunya ia tak bisa membayangkan bagaimana rasanya hidup sebagai bangsawan, apalagi keluarga Kerajaan.

Ia dan Putra Mahkota bagaikan dasar laut dan langit, sangat teramat jauh untuk digapai.

Namun sekarang pria yang disegani oleh semua orang itu sedang duduk di hadapannya.

Cukup lama keheningan menerpa mereka berdua, Xavier akhirnya membuka suara. “Bagaimana pun, ini masih terasa tidak masuk akal.”

Zeha hanya bisa tersenyum ramah. Ia harus menjaga sikap.

“Kupikir sejak pensiun, beliau tidak akan menerima seorang murid lagi,” sambungnya.

“Yah, saya juga tidak sepenuhnya mengerti. Pertemuanku dengan nenek juga sebuah kebetulan.”

“Dia bahkan memanggil guru dengan sebutan nenek.” Kening Xavier berkerut, dan tatapannya menajam. Itu adalah tatapan dari seseorang yang tengah merasa iri.

Bagaimana tidak? Selama menjadi muridnya, Xavier selalu ingin memanggil gurunya dengan sebutan nenek. Ia ingin lebih dekat dengannya. Tapi setiap dia ingin melakukan itu, gurunya akan langsung memukul pantatnya dengan keras.

Xavier menghembuskan napas panjang dan kasar. Tak lama, ia tiba-tiba tersentak karena teringat akan sesuatu. Ia lantas langsung bertanya kepada Zeha.

“Omong-omong, apa yang terjadi pada guru?”

Zeha terkejut. Ia tahu kalau Xavier pasti akan menanyakan soal itu, tapi tetap saja dia merasa sangat gelisah. Matanya berubah sendu, ekspresinya berubah murung, dan wajahnya sedikit menunduk.

Zeha tak tahu bagaimana cara ia menjelaskannya kepada Xavier. Kejadian di mana mereka masuk ke dalam dungeon dan bertemu dengan monster raksasa. Dan di sana, sang nenek tewas saat bertarung dengan monster itu, sementara dirinya sibuk melarikan diri.

Xavier yang menyadari perubahan sikap Zeha pun terheran. “Ada apa?”

Zeha tak menjawab. Kepalanya masih bekerja keras untuk merangkai kata-kata yang tepat. Bibirnya bergerak ragu untuk mengucapkan sepatah kata.

“Yang Mulia, tolong jangan terkejut dan dengarkan cerita saya sampai habis.”

Xavier semakin bingung oleh perkataan Zeha barusan. Kemudian, Zeha pun mulai menceritakan segala kejadian yang menimpa mereka saat masuk ke dalam dungeon. Ia menceritakan semuanya, kecuali momen di mana ia bertemu dengan Litch.

Mata Xavier tak berhenti terbelalak saat mendengar cerita Zeha. Ekspresinya dipenuhi oleh keterkejutan yang luar biasa. Seluruh tubuhnya benar-benar mematung, dan terus bergeming.

Mungkin, itu adalah berita yang paling mengejutkan yang pernah ia dengar di sepanjang hidupnya.

“Saya benar-benar ... Minta maaf ...” suara Zeha terdengar cukup bergetar ketika mengucapkan kalimat itu. Ia menunduk dengan memasang ekspresi sendu.

Ia merasa sangat menyesal karena tak bisa membantu sang nenek sama sekali saat itu.

Mereka semua sama-sama terdiam. Mereka juga merasakan hal yang berbeda-beda. Entah itu kekecewaan, rasa bersalah, keputusasaan dan amarah.

“Tolong tinggalkan saya sendiri.”

Perkataan Xavier barusan berhasil membuat Zeha terkejut. Ia sangat tahu kalau saat ini perasaan Putra Mahkota sedang buruk.

“Kalau begitu, saya permisi.” Zeha lantas berdiri. Sebelum melangkah pergi, ia memberi hormat sejenak kepada Xavier.

Zeha sendiri tak punya alasan untuk menghibur Putra Mahkota, secara mereka juga tidak dekat. Meskipun mereka sama-sama memiliki guru yang sama, tapi status mereka jauh berbeda. Dinding itu membuat Zeha enggan untuk lebih dekat dengannya.

...*****...

Xavier masih diam dan menunduk lemas di kursi. Sudah beberapa menit berlalu ia tetap bergeming. Perasaan yang tiba-tiba bergemuruh tengah mendominasi dirinya. Cerita Zeha barusan sangat membuatnya syok.

Ia jelas tak percaya kalau seseorang yang dikenal sebagai salah satu legenda swordsman mage terkuat telah dibunuh oleh monster raksasa yang ada di dungeon.

Sang nenek, atau guru adalah sosok yang sangat ia hormati. Beliau adalah satu-satunya orang yang bisa membuatnya berkembang hingga sekuat sekarang.

Ia masih mengingat dengan jelas masa-masa di mana ia masih dilatih oleh sang nenek.

“Xavier, mendekatlah,” ucap sang nenek kepada Xavier yang tengah duduk di lantai.

Tanpa banyak bertanya, Xavier langsung berdiri dan melangkah menghampiri sang nenek. “Ada apa, guru?”

Pada langkah ke tujuh, dua buah lingkaran sihir tiba-tiba muncul di belakangnya. Dari dalam lingkaran sihir itu, muncul rantai yang telah diselimuti api. Rantai-rantai itu bergerak cepat ke arah Xavier.

Xavier cepat menyadarinya dan langsung berbalik dan menebas rantai-rantai itu. Ia segera melompat mundur untuk menjaga jarak.

“Ada apa ini, guru?” tanya Xavier yang sangat kebingungan.

“Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin menguji insting dan kecepatan refleksmu,” jawab sang nenek santai.

Xavier yang tadinya sangat waspada langsung melemas. Ekspresinya dipenuhi perasaan kesal dan jengkel. “Guru ...!”

Sementara sang nenek malah tertawa kencang. Kemudian ia berjalan menghampiri Xavier, dan duduk di sebelahnya.

“Duduklah,” ucap sang nenek. Xavier tak langsung menuruti karena masih curiga. Sang nenek yang menyadari itu langsung mengeluarkan aura mencekam. “Duduk.”

Seluruh tubuh Xavier berhasil merinding. Ia segera duduk dengan tegap di samping sang nenek.

Setelah itu, sang nenek membuka suaranya, “Kekuatanmu sudah cukup untuk melindungi Kekaisaran.”

“Kenapa tiba-tiba membahas kekaisaran?” tanya Xavier malas.

“Itu karena kau adalah Putra Mahkota!” jawab sang nenek sembari memukul kepala Xavier.

“Uukh ...” rintihnya kesakitan sembari mengusap-usap kepalanya yang terkena pukulan. “Aku tidak akan menjadi Kaisar dalam waktu dekat. Lagi pula masih ada Ayden.”

Ayden Alexander merupakan seorang Pangeran Pertama. Ia adalah kakak dari Xavier yang lahir dari ibu yang berbeda. Ayden berbeda dari Xavier. Ia tak diberkahi mana, yang artinya ia tak bisa menggunakan sihir. Namun Ayden memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi.

“Jika nanti kekaisaran dalam bahaya. Kau harus turun tangan secara langsung. Saat itulah kau akan merasakan betapa pentingnya kekuatanmu itu,” kata sang nenek.

“Guru mengatakan itu seolah-olah kekaisaran akan kedatangan bencana. Lagi pula jika itu terjadi, guru kan ada. Senior Giant dan Wendy juga. Tidak harus aku, kan?”

Sang nenek menghembuskan napas panjang dan kasar. Ia benar-benar tak habis pikir dengan sikap Xavier itu.

“Kau tidak boleh terus bergantung kepada seseorang yang lebih kuat darimu. Kaulah yang harus menjadi sumber kekuatan bagi kekaisaran. Jangan terus-terusan merendahkan dirimu.”

Xavier terdiam. Perkataan sang nenek membuatnya tersadar akan sesuatu.

“Xavier, kau itu kuat. Sangat kuat,” lanjut sang nenek, sukses membuat Xavier tersentak. Ia langsung menoleh, menatap sang nenek tidak percaya.

“Kau itu kuat. Kau hanya belum menemukan jati dirimu saja.”

Xavier benar-benar tidak mengerti apa yang dikatakan oleh sang nenek barusan. Tapi, kalimat itu entah kenapa membuatnya tenang sekaligus lega.

-

-

Hari ini Zeha akan menginap di kota dan tidak memilih kembali ke hutan. Ia masih ingin mencari beberapa informasi lagi sebelum kembali ke hutan. Lagi pula, seperti yang dikatakan oleh Litch, ia harus mencari pecahan sihirnya yang laun. Yang artinya, ia harus menjelajahi berbagai dungeon.

“Litch, tiba-tiba aku penasaran akan sesuatu.”

(Apa itu, master?)

“Misalkan pecahan sihirku ada di dalam dungeon, dan aku tidak kunjung menemuinya. Kalau dungeon itu dimasuki oleh orang lain, apa yang akan terjadi?”

(Pecahan sihirnya akan lenyap.)

Zeha menghentikan langkahnya. Ia tampak terkejut oleh jawaban Litch barusan. “Lenyap? Apa itu artinya pecahan sihir itu akan menghilang selamanya?”

(Tidak, pecahan sihir itu akan kembali lagi.)

“Ah, begitu ya ...” Zeha tersenyum lega, lalu kembali berjalan menuju penginapan. Di perjalanan, ia tiba-tiba teringat kembali pada pertemuannya dengan Xavier.

“Aku harus cepat menjadi lebih kuat. Aku sungguh tercengang saat mengetahui perbedaan jumlah sihir kami. Dulu aku selalu bertanya-tanya sekuat apa para swordsman mage terkuat di generasi ini. Tapi setelah mengetahui jumlah energi sihirnya, aku jadi yakin.”

( ... )

Melihat dirinya diabaikan oleh Litch, membuat suasana menjadi canggung. Zeha lantas tertawa pelan. “Aku terlalu banyak bicara, ya?”

( ...Jika master berhasil mengumpulkan seluruh pecahan sihir yang tersimpan di dungeon, maka master akan menjadi jauh lebih kuat dari pria tampan itu.)

“Benarkah? Aku cukup terkejut.” Sorot mata Zeha yang tadinya berbinar, seketika berubah sinis. “Tapi kenapa kau memanggilnya pria tampan?”

( ...Itu karena dia memang tampan.)

“Ah, begitu?” Di suatu titik, ia cukup kesal atas pujian Litch terhadap Xavier. Mungkin karena ia tak pernah dipanggil sebagai pria tampan, makanya ia merasa cukup jengkel.

Saat baru saja sampai penginapan, ia telah disuguhkan oleh seorang pria yang sangat familier. Seorang pria yang ia temui di depan gate tadi siang, dan bahkan mereka mengobrol bersama di restoran. Pria itu tak lain adalah Sang Putra Mahkota, Xavier Alexander.

“Pangeran?” Zeha berhenti tepat di hadapan Xavier yang tengah menatapnya tajam—seolah sudah menunggu kedatangan dirinya.

Zeha menyadari sesuatu saat melihat pria itu. Rambut berwarna perak yang indah, dan tatapan dinginnya yang dipenuhi aura yang tajam. Benar kata Litch, pria itu memang tampan.

Entah kenapa, ia tiba-tiba menjadi kesal sendiri.

Xavier yang menyadari dirinya tengah ditatap dengan sangat tajam, lantas membuka suara, “Ada apa?”

Zeha sukses tersentak kaget. Ia tak sadar kalau telah melakukan sesuatu yang tidak sopan kepada Putra Mahkota. Ia pun segera mencari topik pembicaraan, dan bertanya, “A-apa anda punya suatu keperluan di sini?”

“Iya. Aku perlu berbicara denganmu.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!