BAB 8 - KEMUNCULAN MONSTER

Pusaran magis berwarna biru yang mereka sebut sebagai portal itu masih bersemayam di berbagai wilayah. Ini sudah hari ke-7 sejak mereka mengawasi portal tersebut, dan masih tak menemukan sesuatu yang aneh dari portal itu.

Ada tiga kesatria yang ditugaskan untuk mengawasi portal.

“Bagaimana kabar para kesatria yang ada di dalam?”

Ketiga kesatria yang menjaga portal tersebut langsung menoleh ke arah sumber suara. Mereka terkejut, sontak langsung berbaris sejajar dan menunduk memberi hormat ketika mendapati seorang bangsawan yang datang menghampiri mereka. Tak lain adalah Klaus Sylstallone, Kepala Akademi sekaligus Putra Tunggal Grand Duke Sylstallone.

Klaus datang bersama Joe yang mengikuti di belakang.

Salah satu dari ketiga kesatria itu membuka suara, “Sampai sekarang, sepuluh kesatria yang ditugaskan untuk memeriksa keadaan di dalam portal tersebut masih belum kembali, Tuan.”

Kening Klaus berkerut. “Ini sudah lewat lima hari.”

Beberapa hari yang lalu, ketika Klaus datang sendiri untuk memeriksa situasi di wilayah yang menjadi kemunculan portal itu, ia langsung meyakini bahwa portal itu merupakan penghubung antara dunia mereka dengan dunia lain.

Hari itu, Klaus juga ingin masuk ke dalam portal sendirian, namun Joe melarangnya dengan alasan yang cukup meyakinkan.

["Anda adalah Kepala Akademi Callister. Tidak ada yang tahu apa yang tersimpan dibalik portal misterius itu. Jika anda tidak kunjung kembali, maka akademi akan dalam bahaya!"]

Perkataan Joe saat itu berhasil menghasut Klaus. Karena itu Klaus memerintahkan sepuluh kesatria untuk masuk ke dalam portal dan meneliti keadaan di dalamnya. Ia berharap tinggi pada sepuluh kesatria itu, mengingat kemampuan yang mereka miliki sangat tinggi. Tapi sampai sekarang, sepuluh kesatria itu masih belum kembali.

“Tidak ada cara lain. Aku harus pergi dan memeriksanya secara langsung.” Klaus hendak melangkah menuju portal, namun Joe langsung berdiri di depan dan menghadangnya.

“Tidak boleh, tuan!” larangnya.

“Ada apa denganmu, Joe? Kau tahu, kan situasi kita sangat mendesak. Kita tidak bisa mengulur waktu terus.”

“Tetap saja, tidak boleh!”

Klaus menghembuskan napas berat. “Joe, sepuluh kesatria yang aku kirim merupakan murid lulusan terbaik dari Akademi Callister. Meskipun mereka tidak bisa menggunakan sihir, mereka adalah swordsman terku ...”

Klaus tiba-tiba terdiam seolah baru saja menyadari sesuatu yang sangat penting.

Joe yang tampak kebingungan, lantas bertanya, “Ada apa, tuan?”

Bukannya menjawab, Klaus malah tertawa kecil, membuat Joe semakin kebingungan.

Hembusan kasar keluar, sebelum Klaus membuka suaranya, “Pasukan yang aku pilih memanglah lulusan terbaik dari Akademi Callister. Namun mereka hanya sekedar Swordsman saja. Mereka tak bisa menggunakan sihir seperti para Swordsman Mage. Dan jika mereka menemui suatu entitas yang bisa menggunakan sihir di dalam sana, maka sudah dipastikan mereka akan mati.”

Joe terkejut oleh penjelasan Klaus barusan. Matanya yang membulat tampak tak percaya.

Klaus tersenyum pahit. “Aku telah membuat kesalahan besar, ternyata.”

Joe terdiam, tak tahu harus bereaksi seperti apa. Masalah yang paling utama saat ini adalah entitas seperti apa yang ada dibalik portal tersebut hingga mampu membuat sepuluh kesatria itu gugur.

Saat kedua pribadi itu sedang sibuk berpikir, salah seorang kesatria penjaga berteriak kencang.

“Portalnya berubah!”

Klaus dan Joe langsung berbalik. Keduanya terkejut saat pusaran magis berwarna biru yang tadinya tenang, tiba-tiba berubah.

Rasa penasaran untuk menanti apa yang terjadi selanjutnya jauh lebih besar dibandingkan rasa takut atas apa yang akan menimpa mereka. Pusaran magis yang awalnya berwarna biru, berubah menjadi merah keunguan.

Klaus kaget saat dirinya tiba-tiba merasakan adanya tekanan sihir yang begitu kuat dari balik portal. Matanya menyipit tajam bersamaan dengan aura berwarna merah yang muncul—mengelilingi area pergelangan tangannya, dan kemudian berubah menjadi suatu pedang sihir.

“Tuan!” Joe berteriak kaget ketika mendapati tuannya yang mengeluarkan senjata secara tiba-tiba tanpa peringatan. Lalu sesaat setelahnya, ia turut terkejut ketika merasakan adanya tekanan sihir yang begitu tinggi.

“Joe, kau bisa merasakannya, kan?” tanya Klaus seolah tahu apa yang sedang Joe rasakan.

Joe mengangguk pelan. “Iya.”

“Kalian bertiga, pergi dan evakuasi para warga sejauh mungkin!” Klaus berteriak kepada ketiga kesatria itu.

Tanpa banyak bertanya, mereka bertiga menurut dan segera berlari menjauh. Yang tersisa di tempat itu hanyalah Klaus dan Joe.

Beberapa saat kemudian, sebuah kaki berukuran besar muncul dari balik portal. Klaus dan Joe sukses terkejut ketika melihat ukuran kakinya. Kemudian sebuah kepala muncul dan disusul oleh anggota tubuh yang lain.

Itu adalah seekor hewan. Ukurannya mungkin hampir sebesar gajah, namun bentuknya bukan seperti hewan pada umumnya.

Itu adalah seekor laba-laba yang memiliki ukuran jauh di atas gajah. Warnanya jauh lebih pekat dibanding kebanyakan laba-laba. Bentuknya mungkin memang seperti hewan, namun Klaus meyakini kalau itu disebut monster.

Ada sekitar dua belas monster yang keluar dari dalam portal. Monster-monster itu berteriak kencang seolah senang karena telah menemukan dunia yang baru.

Tak hanya di Pusat Kota saja. Monster juga muncul dari semua portal yang tersebar di seluruh Kekaisaran Alexander. Semua monster yang keluar dari balik portal merupakan satu jenis yang sama, yaitu laba-laba raksasa.

Di Wilayah Utara, ada Riana yang fokus membasmi para monster. Di Wilayah Selatan, ada Putra Mahkota—Xavier Alexander, dan di Wilayah Barat, ada Kai Luant, putra tunggal dari Count Luant.

Mereka bertiga adalah para Swordsman Mage terkuat di generasi ini.

Dari semua wilayah di Kekaisaran, portal tidak muncul di Wilayah Timur. Tak tahu alasan pastinya apa, yang jelas saat ini, wilayah itu merupakan tempat paling cocok untuk dijadikan sebagai tempat evakuasi bagi wilayah selatan dan utara. Sedangkan Wilayah Barat terpaksa mengungsi ke wilayah pegunungan, karena tidak ada jalur aman bagi para warga untuk pergi ke Wilayah Timur.

-

-

-

“Nenek, bukankah ini ...!?”

Mata Zeha membulat sempurna dan terlihat begitu kaget ketika melihat sebuah pedang panjang tergeletak sempurna di dalam peti.

“Ini adalah White Sword. Kau pasti pernah mendengar tentang artefak ini, kan?” Sang nenek bertanya bersamaan mengambil pedang itu dari dalam peti.

Mata Zeha tak mau lepas dari pedang yang tampak mewah dan berkilau itu. Mulutnya yang bergetar, berbicara dengan nada gugup, “I-iya. I-ini adalah satu-satunya pedang yang bisa menerima semua elemen sihir.”

Zeha berpaling, dan mendapati sang nenek yang tengah tersenyum miring. “Sekarang pedang ini akan aku serahkan padamu.”

“H-hah?” Terdengar sangat tidak masuk akal, seluruh tubuh Zeha mematung sepenuhnya.

“Kau adalah murid pertama yang menerima hadiah pedang dariku.”

“H-hah?” Zeha masih mematung. Sepenuhnya tak percaya atas perkataan sang nenek. Lalu di detik kedua, Zeha kembali tersadar dan langsung memprotes dengan kesal, “Kenapa nenek memberiku barang yang luar biasa ini?!”

“Kita masih tidak tahu elemen apa yang kau miliki. Dan jika suatu saat segelmu terbuka, kau tidak akan kesulitan mencari pedang yang sesuai denganmu.”

Setiap Swordsman Mage memiliki jenis pedang yang berbeda-beda, tergantung dari elemen sihir yang mereka punya dan seberapa banyak energi sihir yang ia punya, agar pedang tersebut bisa menampungnya dan tidak rusak begitu digunakan. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat pedang yang sesuai bagi penggunanya.

White Sword dikenal sebagai satu-satunya pedang yang bisa menerima segala jenis elemen sihir. Pedang legendaris itu juga mampu menampung energi sihir tak terbatas.

Semua itu sudah dibuktikan langsung oleh pihak akademi.

“Mungkin saat ini kau masih tidak memerlukannya. Faktanya pedang ini ada karena ada seseorang yang membutuhkannya, contohnya seperti dirimu,” ujar sang nenek, berusaha meyakinkan Zeha agar bisa menerima pedang itu dengan lapang dada.

“Pedang ini juga murni milikku, karena akulah yang menemukannya,” sambung sang nenek. Masih belum cukup untuk meyakinkan bocah keras kepala itu.

“Lagi pula pedang ini hanya akan jadi sia-sia jika tidak digunakan.”

Zeha masih ragu dan merasa tidak pantas untuk menerima benda luar biasa itu. Itu wajar karena dirinya hanya seorang rakyat jelata.

Sang nenek lantas menghela napas pasrah. “Sudahlah. Ayo kita keluar. Kau harus latihan.”

Zeha sedikit terkejut ketika melihat sang nenek melangkahkan kakinya kasar. “Ba-baiklah.”

...****...

“Nek, hewan apa yang akan kita buru hari ini?” Zeha bertanya saat mereka sudah berjalan cukup jauh ke dalam hutan.

“Kita akan berburu—”

Sang nenek menghentikan kalimatnya dan berbalik saat merasakan adanya sebuah eksistensi yang memiliki energi sihir yang besar.

“Zeha, tetaplah di belakangku,” ucap sang nenek tegas.

Zeha tak mengerti kenapa sang nenek terlihat begitu waspada. Tak tahu pasti apa yang terdapat dibalik semak belukar tinggi di depan mereka itu.

Sang nenek melangkah pelan ke depan. Sampai beberapa menit ke depan, tak ada satu pun hewan yang muncul. Hingga akhirnya mereka menemukan sebuah benda aneh, membuat seluruh tubuh mereka berhenti bergerak.

Sebuah lingkaran magis berwarna biru, ukurannya dua kali lebih besar dari rumah sang nenek.

Sang nenek meneguk ludahnya, ketika mengetahui kalau sumber energi sihir yang sangat besar itu ternyata berasal dari sana.

“Ne-nenek ... I-itu ... Apa ...?!”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!