Bab 18 Sebuah Nasehat

..."Percayalah, apapun masalahnya selama kita percayakan semua kepada Allah maka pasti akan selalu ada jalan keluarnya."...

...~Bagas Abimana~...

Rasya masih melamun di teras rumah mertuanya. Memandangi siluet tanaman yang terkena lampu hias.

Dia duduk termenung dengan pikiran yang menerawang jauh. Sejak kejadian tadi dimana Qila histeris karena dia sentuh membuat Rasya menjadi gelisah sendiri.

Dia tahu keadaan istrinya yang tak bisa dianggap remeh apalagi itu menyangkut tentang psikis. Jelas Qila sangat tersiksa juga. Tapi sebagai manusia biasa apalagi dia seorang lelaki normal pastilah hal itu cukup sulit jug untuknya menahan diri.

"Aku harus cari cara, tidak boleh seperti ini terus. Pasti ada jalan." Gumam Rasya lirih.

"Cari cara buat apa Rasya?" tiba-tiba suara itu membuyarkan lamunannya seketika.

"P-Papa.." Rasya sangat terkejut saat melihat kedatangan papa mertuanya.

"Apa ada masalah? Kenapa malam-malam begini bukan tidur malah duduk sendirian disini?" Papa Bagas pun menghampiri Rasya.

"Lagi pengen menikmati suasana malam saja Pa, belum bisa tidur." jawab Rasya berusaha menutupi kekalutannya.

"Rasya, Sejak kedatangan kamu baru sore tadi Papa lihat Qila kembali tersenyum seperti sedia kala. Entah kenapa hati Papa terasa begitu lega. Sudah sejak lama Papa tidak pernah melihat Qila tersenyum lepas begitu. Sejak kepulangannya dari Kairo Papa merasa ada sesuatu yang berbeda dengannya." rupanya Papa Bagas juga menyadari perubahan yang ada pada Qila.

"Alhamdulillah, Pa. Saya hanya ingin membuatnya merasa nyaman saja. Saya tahu mungkin dia belum sepenuhnya bisa menerima saya sebagai suaminya tapi saya tak akan pernah putus berharap. Saya percaya suatu saat nanti kami bisa menjalani ini semuanya dengan baik." Ujar Rasya.

"Kalau boleh Papa tahu, bagaimana perasaanmu terhadap Qila? Ini hanya dugaan saja tapi jika benar Papa Akan sangat bahagia." Papa Bagas sejak awal memang menduga bahwa Rasya memiliki perasaan khusus terhadap putrinya.

"Jujur Pa, saya sudah mencintai Qila sejak lama. Mungkin dulu dianggapnya cinta monyet antar remaja tapi lama kelamaan perasaan itu semakin menguat. Mendengar Qila akan menikah dengan pria lain sebenarnya saya sangat patah hati waktu itu. Tapi siapa sangka doa yang selama ini saya langitkan akhirnya diijabah Allah. Bukan bahagia atas penderitaannya tapi saya benar-benar berharap bisa hidup bersama Qila, Pa. Saya janji bukan sekedar di hadapan Papa sekeluarga tapi juga janji kepada Allah untuk berusaha memberikan yang terbaik untuk Qila dan menerima semua kelebihan maupun kekurangannya." Lagi-lagi jawaban itu benar-benar membuat Papa Bagas yakin bahwa Rasya adalah sosok yang bertanggung jawab dan mampu membahagiakan kehidupan putrinya.

"Terimakasih nak, Papa Bangga sama kamu. Sejak kecil orang tuamu memang mendidikmu luar biasa. Papa tahu kamu adalah pria sejati yang mampu menjalankan amanah dengan baik." Papa Bagas menepuk bahu sang menantu.

"Insyaallah Pa, selama saya bisa maka saya akan terus berusaha demi kebahagiaan Qila." Meskipun berat, Rasya akan menjalaninya.

Kadang melihat bagaimana Papa Bagas dan Umma Nizma memperlakukan Qila dengan sebaik itu membuatnya merasa terharu. Qila bukan darah daging mereka namun curahan kasih sayang yang diberikannya tak tanggung-tanggung. Mungkin juga karen alasan itu Qila tak berani mengatakan jujur tentang keadaannya. Dia takut menghancurkan hati kedua orang tuanya.

"Pa, saya dengar dulu Papa Dan Umma juga dijodohkan. Bagaimana Papa dan Umma bisa saling mencintai dan selalu romantis hingga sekarang?" Rasya yang sudah dekat dengan sang mertua pun tak sungkan untuk bertanya.

"Dulu Papa memang dijodohkan, Papa dulu bukan orang baik nak. Dulu Papa kejam dan tak mengenal cinta. Awal pernikahan mungkin umma mu sempat tertekan dengan perlakuan buruk Papa. Tapi begitulah luar biasanya kekuatan cinta dan Doa. Umma kamu tidak pernah putus berharap dan selalu bersabar menghadapi Papa, dia wanita luar biasa dan Papa benar-benar beruntung memilikinya." Mengingat masa lalu membuat Papa Bagas tak pernah lepas mengembangkan senyumnya.

"Tapi setiap hubungan pasti ada saja ujiannya. Bukan berarti Papa Dan Umma selalu baik saja tanpa ujian. Kami mengalami pasang surut juga dan kadang hal itu pula yang semakin menguatkan kami. Pada intinya kunci kebahagiaan rumah tangga ada pada diri kita sendiri. Bagaimana menyikapi setiap keadaan dan bagaimana kita ikhlas menjalaninya. Insyaallah nak, kamu akan bahagia lahir dan batin. Percayalah, apapun masalahnya selama kita percayakan semua kepada Allah maka pasti akan selalu ada jalan keluarnya." Nasehat itu tentu menjadi tambahan semangat untuk Rasya.

"Masyaallah, terimakasih masukannya Pa. Jujur saya kadang sempat takut bagaimana jika saya gagal membahagiakan Qila. Bahkan saya dengan banyak kekurangan begini sempat merasa minder." Rasya menggaruk tengkuknya sendiri.

"Jangan pernah merasa minder. Tunjukkan kalau kamu laku-laki yang tangguh. Ya sudah Papa masuk dulu, mau cari kehangatan sama Umma mu dulu." meski sudah lanjut usia jangan remehkan keromantisan pasangan itu.

Rasya pun hanya tertawa saja lalu dia juga ikut masuk ke dalam. Sudah terlalu lama dia meninggalkan Qila sendirian.

Sampai di dalam kamar dia mendapati Qila yang masih terlelap. Dia lihatnya wajah cantik itu yang terlihat begitu damai.

Rasya mendekat lalu merengkuh tubuh itu ke dalam pelukannya sambil bermunajat dalam hatinya semoga Allah memberi kemudahan untuk menjalani mahligai pernikahan ini.

***

"Sayang, ada yang ingin aku bicarakan sama kamu. Tapi sebelumnya aku nggak bermaksud apa-apa hanya saja mungkin ini saranku bisa sedikit membantu." pagi hari sebelum mereka berangkat memulai pekerjaannya Rasya menyempatkan diri untuk mengobrol.

"Ya Mas, ada apa?" Tanya Qila yang kini duduk di samping suaminya.

"Mengenai masalah kamu, trauma itu. Apa kamu sudah pernah konsultasi ke psikiater?" tanya Rasya yang kini menggenggam tangan istrinya.

Qila pun menggeleng, kemudian menundukkan wajahnya.

"Belum Mas, sebenarnya aku ingin tapi aku terlalu takut untuk mengatakannya pada orang lain apalagi itu orang yang asing bagiku. Cuma Mas yang tahu itu." Jawab Qila jujur.

"Sayang, tapi menurutku lebih baik kita konsultasikan ini kepada ahlinya. Mas tahu ini berat tapi jika dibiarkan maka trauma kamu nggak akan hilang dan Mas pikir dengan kita konsultasi ke psikiater mungkin akan membantumu." Rasya melingkarkan tangannya pada pinggang istrinya lalu mendekatkannya padanya.

"Mas, apa ini akan berhasil?" Masih ada keraguan di benak Qila.

"Insyaallah. Kita cari jalan keluarnya sama-sama. Kalau nggak dicoba mana mungkin bisa tahu berhasil nggaknya?"

Qila berpikir sejenak lalu mulai mempertimbangkannya. Apa yang dikatakan suaminya memang ada benarnya.

"Mas ada teman lama kebetulan dia seorang psikiater. Kalau mau nanti Mas akan bicarakan dengannya. Dia perempuan jadi kalau kalian ngobrol sesama perempuan akan lebih enak." imbuh Rasya lagi.

"Hmm baiklah mas, akan aku coba. Tapi temani aku ya.. Aku takut." Kini Qila mulai berani bermanja pada suaminya dan Rasya sangat menyukai hal itu.

"Pastinya sayang, Mas akan selalu temani kamu. Kita melangkah bersama dan mari kita menemukan jalan bahagia kita bersama-sama."

...****************...

Terpopuler

Comments

Nur Lizza

Nur Lizza

semoga berhasil

2024-04-15

0

Winarti Winarti

Winarti Winarti

lanjut thor

2024-04-07

0

༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

aahhh bikin mlehoy hati aku ini abang Rasya.... dah ganteng,tajir,baik, sholeh paket komplit seorang suami

2024-04-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!