Bab 16. Nostalgia

..."Teruslah tersenyum, teruslah berbahagia karena hanya dengan melihat senyummu aku seperti menemukan duniaku."...

...~Rasya~...

"Cie.. Cie.. begini ya kalau pengantin baru mojok terus memang suka bikin iri. Mana tiap detik romantis lagi." celetuk Bu Dewi yang merupakan rekan dosen Qila.

Bagaimana tidak, siang ini saatnya istirahat makan siang Qila sibuk melakukan video call dengan Rasya. Qila melarang Rasya datang untuk makan siang karena dia tahu bahwa suaminya itu saat ini sedang sibuk. Akhirnya ide video call itu muncul dan keduanya tetap bisa melakukan makan siang bersama meski di tempat yang berbeda.

Qila sendiri hanya tersenyum menimpali ocehan para rekan dosennya. Mereka sudah sangat akrab dan tahu akan kebiasaan masing-masing.

Meski begitu mereka ikut senang melihat  Qila yang kembali ceria bahkan setelah menikah dengan Rasya auranya semakin terpancar saja. Bagaimana tidak, setiap hari diperlakukan bak ratu dan dihujani banyak cinta oleh suaminya.

"Mas, sudah ya. Nggak enak nih sama teman-teman. Aku mau lanjut ngajar dulu." Qila pun hendak mengakhiri panggilan videonya.

"Ya sayang, Mas juga mau lanjut kerja lagi. Nanti pulang ku jemput ya. Kamu semangat ya, selamat bekerja cantik. Assalamualaikum." ucap Rasya dari panggilan videonya.

"Mas juga semangat kerjanya. Waalaikumsallam." jawab Qila malu-malu.

Setelah menutup panggilannya Qila masih menatap ponselnya. Dia senyum-senyum sendiri memikirkan bagaimana kisah cintanya yang pada akhirnya berlabuh pada sahabat lamanya.

"Bu Qila udah dong.. masak masih disenyumin terus." Ledek Bu Dewi.

"Yaampun Bu Dewi ini, padahal ibu yang lebih dulu jadi pengantin baru kan. Masak udah masih iri aja." Qila pun menimpali ocehan rekannya.

"Ya beda lah jaman saya dulu masih jadul belum ada video call. HP aja belum ada kalau pengen tukar kabar harus antri ke wartel." Ujar wanita yang sudah berumur hampir setengah abad itu.

Qila hanya terkikik saja mendengar cerita rekan dosennya.

"Ya sudah kalau begitu saya mau lanjut ke kelas dulu ya Bu." ujar Qila sambil membereskan kotak bekalnya dan bersiap untuk melanjutkan pekerjaannya.

*****

Setelah menyelesaikan pekerjaannya Qila bersiap untuk pulang. Dia sempat terlibat obrolan dengan beberapa mahasiswa yang menanyakan beberapa materi yang kurang mereka pahami.

Qila yang dasarnya sabar selalu menjawab dan memberi arahan meskipun di luar jam pelajaran mereka. Sebab itulah banyak mahasiswa yang nyaman sharing dengannya.

Sampai di depan kampus Qila mendengar celoteh beberapa mahasiswi yang entah kenapa mengusik telinganya.

"Wih, itu cowok udah ganteng, style oke mobil juga keren. Duh bisa-bisanya nangkring depan kampus begini bikin jiwaku meronta-ronta ingin menjadi pendamping hidupnya." celetuk salah sau mahasiswi.

"Iya nih, semoga belum berpawang ya. Lihat body nya pelukable banget." celetuk yang lainnya.

Qila sendiri masih sesekali menimpali obrolan dengan mahasiswanya pi dia juga penasaran akhirnya melihat ke arah seberang.

"Mas Rasya.." gumam Qila.

Sejenak Qila menoleh pada sekumpulan mahasiswi yang sejak tadi terus heboh. Dia mengikuti arah pandangan para mahasiswi itu yang terus tertuju pada suaminya.

Belum selesai Qila memperhatikan para mahasiswi itu kemudian semakin dibuat heboh saat Rasya justru melambaikan tangan ke arahnya sambil tersenyum manis.

"Eh.. Egh... dia nyapa tuh. Ya ampun bener kan tebakan gue bener. Dia pasti nyapa gue." dengan super percaya diri salah satu mahasiswi berceloteh.

Qila yang tak ingin suaminya semakin jadi pusat perhatian lantas segera menghampirinya.

"Assalamualaikum, Mas. Udah nunggu lama ya?" Qila meraih tangan Rasya kemudian menciumnya dengan takzim.

"Waalaikumsallam. Baru sampai juga kok mungkin tiga menit an." Rasya meraih tas laptop milik Qila kemudian membukakan pintu mobil untuk istrinya.

Tampak sorot kecewa dari para mahasiswi itu ketika baru tahu bahwa pria yang sedari tadi dibicarakan merupakan suami dari salah satu dosennya.

"Yah.. gagal deh. Kalau lawannya Bu Qila sih mundur teratur aja. Kita kalah dari segala sisi." celetuk para  mahasiswi itu. Mereka jelas tahu bahwa Qila merupakan salah satu dosen terbaik di kampus terlepas dari lingkup keluarganya yang merupakan sosok berpengaruh.

Sementara Qila sendiri di dalam mobil sedikit cemberut menatap Rasya.

"Capek ya sayang?" Rasya mengelus kepala Qila sebelum menyalakan mesin mobilnya.

"Capek hati Mas." Jawa Qila juga masih cemberut.

"Kenapa loh? ada yang sakiti kamu? bilang siapa?" dengan posesifnya Rasya langsung memberondong pertanyaan pada  istrinya.

"Bukan nyakitin hati, cuma sedikit kesal aja. Mas tau nggak dari tadi jadi bahan omongan para mahasiswi. Mereka terus merhatiin mas dan pengen kenal kamu. Pakai acara muji-muji terus lagi." Qila terus menggerutu.

"Oh.. ceritanya istriku sedang cemburu?" Rasya pun ikut menggoda sekalian.

"Huft,sepertinya iya. Besok-besok kalau jemput jangan keluar mobil ya. Nggak rela pokoknya kalau mas jadi pusat perhatian lagi." Qila menatap Rasya dengan tajam.

"Iya-iya sayang, duh tapi aku senang loh kalau dicemburuin begini. Berasa dicintai." Rasya mentoel ujung hidung Qila karena gemas.

"Udah ah, jangan dibahas terus. Katanya mau beresin apartemen biar cepat ditinggali." Qila pun mengalihkan pembahasannya.

"Aku sudah suruh orang menatanya sayang. Sekarang mending ikut aku pergi ke suatu tempat." pinta Rasya.

"Kemana?"

"Ke tempat yang dulu biasa kita datangi." ucap Rasya santai.

Qila berpikir sejenak. Tempat dimana dulu sering di kunjungi dan saat memperhatikan jalanan akhirnya dia ingat satu tempat.

"Danau?" ucap Qila antusias dan Rasya pun mengiyakan.

Benar saja Rasya mengarahkan mobilnya menuju danau yang letaknya tak jauh dari sekolah mereka dulu. Rupanya Rasya ingin bernostalgia mengenang masa-masa indah saat masih berada di bangku SMP.

Setelah memarkirkan kendaraannya Rasya mengajak Qila turun dan berjalan-jalan di area danau tersebut. Jajaran pohon rindang masih tetap sama seperti pemandangan dulu. Hanya saja danau alami tersebut nampaknya sedikit surut mungkin karena terlalu lama musim kemarau di tahun lalu membuat volume airnya berkurang.

"Aku sudah lama sekali tidak kesini. Ternyata pemandangannya tetap sama ya." Qila tampak antusias melihat sekeliling bahkan senyumnya terus mengembang menghiasi wajah cantiknya.

"Teruslah tersenyum, teruslah berbahagia karena hanya dengan melihat senyummu aku seperti menemukan duniaku." batin Rasya dalam hati.

"Kamu ingat pohon jambu biji itu sayang? dulu aku sering ambilkan buahnya untuk kamu." Rasya menunjuk sebuah pohon yang berada di dekat danau.

"Wah iya, padahal sudah lama sekali tapi pohonnya tetap segitu aja. Sepertinya dulu terlalu sering kamu panjat Mas jadinya nggak gede-gede." Qila terkikik.

"Mana ada begitu? dasar pohonnya aja yang males tumbuh. Tapi biarpun tidak tinggi batangnya makin keras itu artinya dia udah tua sayang. Kita cek yuk siapa tahu ada buahnya." Rasya pun meraih tangan Qila dan membawanya mendekat ke pohon tersebut.

"Nah itu buahnya ada yang matang Mas. Tapi agak tinggi."

"Mau ku ambilkan?" Rasya menawarkan diri.

"Tapi licin mas rantingnya kan habis hujan. Nanti jatuh loh mas." tentu saja Qila tak ingin terjadi sesuatu yang kurang menyenangkan dengan suaminya.

"Insyaallah enggak sayang, aku coba manjat ya." Rasya pun tetap memanjat meski sempat dicegah oleh Qila. Dia sendiri sebenarnya juga kangen masa-masa remajanya dulu.

"Mas.. hati-hati." teriak Qila dari bawah.

Rasya pun segera mengambil beberapa buah yang sudah masak di pohon. Setelah dirasa cukup dia segera turun. Namun saat hampir sampai bawah tiba-tiba Rasya salah berpijak hingga oleng.

BUGHH

"Aww.."

"MAAASSS.." Qila memekik saat suaminya justru nyungsep di rerumputan bawah pohon.

"Sudah dibilang jangan manjat kan jatoh. Mana yang sakit ini yaampun." Qila segera menolong suaminya. Saat dia hendak menarik Rasya agar berdiri namun karena kurang tenaga justru dia ikut jatuh di rerumputan. Keduanya terguling bersama dengan saling menindih.

"Yaampun sayang, ternyata kamu mau jatuh juga? sini-sini jatuhnya di pelukan aku aja biar enak." Bukannya bangkit justru Rasya memeluk istrinya.

"Mas ih, aku niat nolongin loh malah ikutan jatuh. Tapi kita kayak di film-film bollywood ya. Jatuhnya estetik." Qila terkikik saat melihat dirinya juga suaminya malah menikmati musibah itu.

"Estetik sih tapi pinggang mas yang nggak, kayaknya salah urat deh ini." Rasya mengeluhkan pinggangnya yang terasa nyeri.

"Astaghfirullah.. yaampun Mas ayo berdiri aku bantuin." Qila yang semua ceria kini berubah panik.

"Aaakkhh.." Rasya berdiri dengan sedikit tertatih.

"Pulang aja yuk aku obati di rumah." Qila segera menuntun Rasya menuju mobil. Tak lupa dia memasukkan buah jambu yang tadi dipetik oleh Rasya ke dalam tas karena itu merupakan hasil kerja keras suaminya.

"Kayaknya perlu dipijit deh pinggang aku." Keluh Rasya.

"Iya nanti aku pijitin." Qila masih menjawab hingga mereka sampai di mobil.

"Kalau nyetir aja masih bisa sayang. Kamu duduk dulu gih." Rasya menolak saat Qila hendak menggantikannya. Setelah sedikit berdebat barulah Qila mengalah.

"Tapi nanti sampai rumah Mas minta bayarannya ya." Ucap Rasya sambil menyalakan mesin mobilnya.

"Bayaran apa? kan katanya minta dipijiin."

"Iya.. pijitin. Pijit plus-plus." jawab Rasya sambil terkikik.

"MMAAASSS..." Seketika Qila melotot mendengar jawaban suaminya.

...****************...

Terpopuler

Comments

Nur Lizza

Nur Lizza

🤣🤣🤣😊

2024-04-15

0

Istrinya suga pacarnya joshua

Istrinya suga pacarnya joshua

ko jadi inget zamannya umma nizma sama papah bagas si🤭🤭

2024-04-04

0

Zahbid Inonk

Zahbid Inonk

ahhhhh 😊 aku baper thor

2024-04-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!