BAB 17. Ingin sembuh

..."Hidup dalam trauma benar-benar telah menyiksaku. Aku memendam semua sendiri dan ini melelahkan."...

...~Qila~...

"Astaghfirullah.. kalian ini darimana saja? kenapa tubuh kalian banyak dedaunan begitu?" Umma Nizma terkejut saat melihat dua sejoli yang baru datang ke rumah dalam keadaan yang tak biasa.

"Loh Rasya kenapa kok sampai dipapah begitu?" Papa Bagas yang kebetulan juga bersama Umma NIzma pun memperhatikan menantunya yang erjalan tak biasanya.

"Em.. itu Umma, Papa. Kami tadi main ke danau, nostalgia masa kecil. Mas Rasya metik jambu biji di pohon eh mau turun malah jatuh. Terus waktu aku mau nolongin juga ikutan jatuh. Ya jadinya kotor begini." Qila menceritakan kejadiannya sambil meringis.

Umma Nizma dan Papa Bagas hanya bisa geleng kepala melihat kelakuan anak dan menantunya.

"Ya sudah, kalian bebersih dulu, itu Rasya gimana mau dipriksakan ke rumah sakit?" ujar Umma Nizma.

"Nggak perlu Umma, ini nanti dipijit dikit udah sembuh kok."Rasya tersenyum penuh arti, sementara yang mengetahui maksud terselubung tersebut adalah Papa Bagas.

"Beneran nak? atau mau Umma panggilin Mang Asep yang biasa urut Papa kamu?" Dasarnya Umma nizma yang selalu gampang khawatir membuat Rasya buru-buru menolak.

"Tidak perlu Umma, biar Qila saja yang melakukan. Cuma kepentok dikit kok tadi."

"Beneran nak?"

"Sayang, biar dia diurus sama istrinya, toh Qila juga pasti bisa kan melakukannya?" Papa Bagas pun ikut menimpali.

"I-iya, Pa." Qila jadi kikuk sendiri saat menjawab papanya. Pasalnya tadi Rasya sempat membahas soal pijat plus-plus.

Keduanya pun hendak pergi menuju ke kamarnya namun saat Zayn datang bocah itu langsung terkikik melihat penampilan kedua kakaknya.

"Kak Rasya sama Kak Qila habis guling-guling di padang rumput? cosplay lagu Bollywood ya?" celetukan Zayn sontak saja membuat Qila mendelik seketika.

"Apa sih Zayn sok tau." gerutu Qila.

"Tau lah, tanya kalau pengantin baru kan lagi romantis-romantisnya. Biar makin romantis kayak Shahrukkhan sama Kajol, ciee.."

"Dek.. jangan jail dong sama kakaknya." Umma Nizma pun akhirnya yang menengahi. Sementara yang digoda langsung ngibrit ke kamar.

"Mas mau dipijit sekarang?" tanya Qila.

"Kamu mandi dulu nggak apa-apa sayang. Gantian." ujar Rasya.

Qila tak langsung menuju kama mandi. Dia masih berpikir tentang ucapan Rasya tadi.

"Mas.."

"Ya sayang.."

"Pijitnya... biasa aja ya." tatapan Qila tampak memohon dan hal itu membuat Rasya jadi gemas sendiri.

"Kalau nggak biasa mau yang gimana? luar biasa? spesial pakai telor?" Rasya ustru kembali menggodaya.

"Nggak yang.. plus-plus kan?"

"Nggak sayang.. udah ah buruan mandi sana bau acemm.."

Mendengar hal itu Qila pun merasa lega dan dia segera pergi mandi.

Setelah Qila selesai mandi giliran Rasya yang mandi. Qila sudah bersip menunggu Rasya di ranjangnya sementara Rasya yang baru keluar kamar mandi tampak hanya mengenakan celana pendek tanpa atasan.

Qila yang menatapnya seketika tertegun melihat pemandangan itu. Tubuh atletis suaminya yang dihiasi otot-otot kekar hasil rutin olahraga nya juga kulitnya yang putih bersih memang iatas rata-rata orang pribumi.

Qila susah payah menelan ludahnya karena ini pertama kali dia melihat pria yang shirtless untuk pertama kalinya secara langsung.

Rasya mendekat dengan tangannya membawa handuk kecil untuk mengusak rambutnya yang masih basah berpadu dengan aroma sabun dari tubuhnya membuat Rasya terlihat semakin tampan dan sexy.

"K-kok nggak pakai baju." dengan bodohnya Qila justru bertanya hal itu. Aplagi melihat otot perut yang kotak-kotak itu semakin membuat kedua netranya tak bisa berkedip.

"Ya Tuhan.. suamiku seganteng ini." gumamnya dalam hati.

"Kan katanya mau dipijit masak pakai baju sih?" dengan santainya kini Rasya tengkurap di atas ranjang sebelah Qila.

"em.. i-iya. Mana nya yang sakit." Qila jadi salah tingkah sendiri.

Rasya meraih tangan Qila dan menuntunnya pada pinggangnya sebelah kanan.

"Ini sayang, disini rasanya." Suara Rasya terdengar pelan dan sedikit serak membuat Qila semakin dibuat salah tingah.

Dengan perlahan Qila mulai memijat bagian yang ditunjukkan tadi. Qila sebenarnya tak begitu paham soal memijat badan begitu namun Rasya bersikeras meminta dia yang melakukannya.

"Kalau nggak enak mening aku panggilkan Mang Asep aja, beliau biasa mijit orang dan papa udah langganan." pinta Qila dengan tangannya yang masih memijit-mijit pinggang Rasya.

"Nggak usah sayang, pijitan istri itu paling enak." Rasya kemudian melentangkan tubuhnya membuat Qila terkejut.

"Mas.." Qila sedikit terpekik saat Rasya kustru menarik tubuh Qila hingga kini berada di atas tubuhnya.

"Aku mau berdekatan denganmu Qila, aku nggak mau dipijit Mang Asep atau siapapun. Maunya kamu." Rasya meraih tangan Qila kemudian mengecupnya lembut.

Qila semakin dibuat gelagapan ketika Rasya mengeratkan pelukannya. Mereka saling bertindihan namun dengan Rasya yang tak memakai pakaian atasan dan Qila bisa merasakan lembut kulit prianya.

"M-mas.. katanya pinggangnya sakit. Kalau ketindih gini bukannya makin sakit?" Qila mencoba untuk bangkit namun Rasya justru semakin mengunci tubuhnya.

"udah nggak sakit kok, udah sembuh karena tangan istriku mengandung obatnya." Rasya tersenyum sambil mennyelipkan anak rambut Qila yang menutupi dahinya.

"Dasar gombal." Qila mencebik.

CUPP

"Bibir kamu gemesin kalau begini." Rasya berhasil mencuri satu kecupan.

"Maass.. nakal ih. Jangan-jangan tadi sakitnya cuma bohongan?" Qila pun akhirnya curiga dengan suaminya.

"Nggak bohong-bohong banget kok, ya cuma kerasa dikit sih nanti dioles balsem juga sembuh." Rasya pun terkikik.

"Dasar ya, jadi ini emang sengaja ngambil kesematan dalam kesempitan." Qila pun melotot dan mencubit dada Rasya.

"Aakh.. sayang, jangan dicubit situ nanti ada yang bereaksi." Rasya mengaduh namun Qila justru kembali mencubitnya.

"Sayang aduh jangan, ini bisa gawat nanti." keluh Rasya ketika are sensitifnya mulai tersentuh.

"Gawat apanya, itu mah alasan kamu doang Mas." Qila malah semakin jahil dan gemas pada Rasya.

"Sayang stop nanti ada yang bangun." Rasya yang tak tahan langsung meraih tengkuk Qila dan menyambar bibir ranumnya.

Rasya  semakin tak bisa menahan gejolak dalam dirinya dan ciuman itu membuatnya semakin membara. Qila mulai bisa mengimbangi saat semula dia sempat kewalahan. Namun saat tangan Rasya mulai menyentuh bagian-bagian inti tubuhnya Qila dengan cepat meronta dan melepaskan diri.

"Mas.. maaf.. a-ku.. aku.. belum siap." Qila terduduk di sisi ranjang dengan wajah merah menahan tangis. Dia menyilangkan tangannya di depan dada dengan gemetar.

"Qila..." Rasya mencoba mendekati istrinya namun Qila semakin menjauh.

Dia turun dari ranjang lalu berjongkok di lantai sambil menutup wajahnya. Dia mulai terisak.

"Sayang, tenanglah. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti ini. Maaf ya." Rasya menjadi merasa begitu bersalah setelah perbuatannya melewati batas padahal istrinya masih trauma.

Rasya buru-buru memakai kaos atasan dan membujuk Qila agar lebih tenang. Jujur saja dia sangat menyesali kebodohannya ini.

"Maaf sayang.. maafkan aku." Rasya bingung dan takut saat ini. Dia begitu merutuki kebodohannya.

Dia raih tubuh istrinya dan dia peluk sambil terus meminta maaf.

Hingga beberapa saat lamanya barulah Qila mulai tenang. Dia menatap Rasya yang masih memeluknya dengan wajahnya yang begitu kalut.

"Mas..." lirih Qila.

"Sayang, kamu baik-baik saja kan?" Rasya mengusap lembut pipi Qila.

Qila mengangguk lalu melengkungkan bibirnya ke bawah.

"Maafkan aku, aku belum bisa jadi istri yang baik." Qila merasa malu pada dirinya sendiri padahal Rasya selama ini begitu baik padanya.

"Sayang, jangan bicara seperti itu, keadaan kamu bereda dan aku pun bisa memaklumi itu. Soal tadi, aku minta maaf aku sudah kelepasan. Aku janji tidak akan seperti ini lagi." Rasya pun menuntun Qila dan duduk di sofa.

"Aku ingin sembuh, aku capek seperti ini dan aku ingin seperti dulu. Apa itu mungkin bisa terjadi?" keluh Qila.

"Hidup dalam trauma benar-benar telah menyiksaku. Aku memendam semua sendiri dan ini melelahkan." untuk pertama kalinya Qila bisa mengungkapkan keluhan yang selama ini dia simpan rapat-rapat.

"Baiklah, aku akan berusaha mencari cara agar kamu bisa lepas dari trauma itu. Kita hadapi sama-sama." Rasya mengusap puncak kepala Qila dengan senyum yang terulas di bibirnya.

"Lagi-lagi aku harus merepotkanmu. Benar-benar aku tak tahu diri rasanya." Jujur Qila malu sebenarnya lagi-lagi harus bergantung pada Rasya sementara dirinya belum bisa memberikan yang terbaik untuk suaminya.

"Justru aku senang jika kamu mengandalkan aku sayang, itulah gunanya suami. Aku akan berusaha sebaik mungkin memberikan yang terbaik untukmu sayang. Satu hal yang aku mau darimu, cukup ada di sampingku terus ya. Meskipun kamu belum mencintaiku tapi aku percaya kita bisa jalani semua ini." Lagi dan lagi, Qila semakin bersyukur bertemu dengan sahabat yang kini telah menjadi teman hidupnya, mungkin tak akan sulit menghadirkan cinta untuk Rasya.

...****************...

Terpopuler

Comments

Esther Lestari

Esther Lestari

semoga trauma Qila cepat sembuh dengan dibantu Rasya

2024-04-30

0

Nur Lizza

Nur Lizza

semoga qila CPT sembuh y

2024-04-15

0

Zahbid Inonk

Zahbid Inonk

cepat sembuh Qila 🥺 Rasya yg sabar ya

2024-04-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!