BAB 20. Kita coba Ya

"Uhhukk.." Umma Nizma langsung tersedak air putih karena Qila yang bertanya bersamaan dengan beliau yang sedang minum.

"Umma.. umma nggak apa-apa?" buru-buru Qila menepuk bahu Ummanya.

"Umma hanya kaget sama pertanyaan kamu nak. Tapi kenapa kamu tiba-tiba membahas hal itu?" Kini Umma Nizma mengajak Qila untuk duduk di meja makan.

"Aku hanya takut Umma, apakah jika istri tidak bisa menggoda suami maka akan digoda oleh perempuan lain." Ucap Qila sendu.

"Sayang, menggoda suami bukan artian bagaimana kita jadi genit dan menjadi nakal di depan suami. Itu sah-sah saja tapi menurut Umma bagaimana kita menciptakan suasana dimana suami merasa dia diperhatikan, disayangidan dibutuhkan sayang." Umma Nizma pun menjelaskana.

"Tugas istri yaitu melayani dan menciptakan suasana rumah yang harmonis dan nyaman. Bagaimana caranya yaitu dengan perhatian-perhatian kita. Laki-laki suka perhatian kecil tapi hal utama juga yang paling mereka senangi tentu tak jauh-jauh dari hal ranjang." Umma Nizma tersenyum penuh arti.

Qila jadi kikuk sendiri membahas soal ranjang. Apalagi dirinya belum pernah melakukannya dengan Rasya.

"Kak, ada apa? jangan bilang kalian belum.." Umma Nizma mencoba membaca situasi putrinya.

"Maaf Umma..." Qila menundukkan wajahnya dengan netra yang sudah berkaca-kaca.

"Sayang.. Umma tahu ini semua berat untukmu. Pernikahan kalian bukan atas dasar suka sama suka dan semua terjadi begitu mendadak. Tapi lihatlah semua yang telah dilakukan Rasya untukmu, dia sangat menyayangimu Qila, dia bakan rela melakukan apapun demi kebahagiaan kamu dan Umma melihat banyak cinta di matanya."

Qila terdiam mendengar penuturan Ummanya. Dia tahu akan kewajibannya sebagai istri yang seharusnya. Tapi ketidakmampuannya saat ini benar-benar membuatnya sulit. Bayang-bayang trauma di masa lalu terus mengusiknya.

"Umma.. aku tahu jika terus menundanya akan menimbulkan dosa. Tapi.. tapi aku belum siap." Qila tak memberi tahu alasananya belum siap karena traumanya.

"Pelan-pelan saja sayang, tapi jangan terus dihindari. Insyaallah Rasya cukup dewasa menyikapi semua ini tapi jika terlalu lama kan juga kasian suami kamu." Umma Nizma menggeneggam tangan Qila untuk menguatkan.

"Iya Umma.. teriumakasih ya, Umma memang yang terbaik." Qila memeluk Ummanya.

"Hufft.. putri kecil Umma sudah dewasa sekarang. Kadang Umma kangen masa-masa dulu, saat umma mengantar kamu sekolah TK." Umma Nizma mengusap lembut puncak kepala Qila.

"Tapi kan aku tetap putri Umma yang manja, boleh kan Umma?" Qila bergelendot manja pada Ummanya.

"Tentu aja kamu tetap putri manja Umma sampai kapanpun. Yaudah kita kembali pasti para suami sudah menunggu." Umma Nizma mengerlingkan netranya.

Qila pun tersenyum melihat bagaimana Ummanya yang kini seolah menjelma seperti sahabatnya sendiri. Dan satu hal yang paling dia tahu adalah kedua orang tuanya yang sangat bucin satu sama lain hingga di usia senjanya.

"Semoga aku bisa seperti Papa dan Umma yang selalu mencintai dan menyayangi satu sama lain." batin Qila.

****

Qila kembali ke kamarnya dan mendapati Rasya yang sedang sibuk dengan laptopnya.  Dengan wajah seriusnya tampak Rasya menjadi semakin tampan di mata Qila.

Menyadari kedatangan istrinya Rasya pun menatap Qila dengan senyum manis yang mengembang di bibirnya.

"Mas.. sibuk ya?" tanya Qila sambil mendekat pada Rasya.

"Hanya mengecek beberapa laporan saja. Sudah selesai kamu beberesnya sayang?" tanya Rasya balik.

"Sudah, mas lusa kita jadi pindah?" tanya Qila melanjutkan obrolannya.

"Jadi dong, memangnya kenapa? belum mau pindah ya?" tanya Rasya yangs empat khawatir Qila belum siap tinggal hanya berdua saja dengannya.

"Bukan, aku siap kok mas. Kan lebih baik kalau kita bisa mandiri, walaupun disini Papa dan Umma nggak keberatan tapi u pikir kita juga butuh privasi berdua." Membahas tentang privasi tanmpaknya Rasya jadi penasaran.

"Ehm.. privasi yang bagaimana sayang?" Pancing Rasya.

"Privasi kita, sebagai pasangan suami istri. Kita kan perlu dekat satu sama lain." Qila tersenyum penuh arti.

"Hmm.. yang seperti ini?" Rasya meraih tangan Qila dan menggenggamnya.

"Kurang lebih begitu."

CUPP

Qila tiba-tiba mencuri kecupan singkat di bibir Rasya. Bahkan saking terkejutnya Rasya hanya bisa terbengong saja.

"Sudah aku mau ganti baju dulu." Qila melenggang pergi begitu saja meninggalkan suaminya yang masih diam terpaku.

Sementara Qila sendiri buru-buru pergi ke kamar mandi sambil membawa baju tidur yang masih baru, bagaimana tak baru jika modelnya cukup terbuka dan pendek.

Pakaian itu dia dapatkan dari hadiah yang diberikan rekan dosennya. Katanya itu adalah piyama pengantin baru.

Qila menggigit bibirnya sendiri karena ragu akankah memakai baju itu sekarang atau tidak.

Tapi bayang-bayangan ibu-ibu yang membeli ketoprak itu terus menghantuinya. Dia jelas tak mau jika suaminya sampai digoda wanita lain.

Akhirnya Qila pun memutuskan memakai pakaian itu. Dia harus bisa melawan ketakutannya. Dia yakin Rasya akan memahami dirinya.

"Bismillah.. semoga gak malu-maluin." Qila menghela nafasnya sebelum keluar dari kamar mandi.

Dia juga sudah membubhkan make up tipis di wajahnya serta memakai parfum agar lebih wangi.

Rasya sendiri sedari tadi tampak melihat pintu kamar mandi yang belum juga terbuka. Dia jadi khawatir jangan-jangan terjadi sesuatu dengan Qila.

"Apa aku samperi saja ya?" gumam Rasya yang akhrinya berjalan mendekati kamar mandi.

Saat Rasya hendak mengetuk pintu tiba-tiba pintu itu justru terbuka dan menampilkan sosok istrinya yang tampak sangat berbeda.

"Astaghfirullah.." Reflek Rasya langsung memekik.

"Mas.." Qila ditengah rasa canggungnya menjadi semakin ciut saat Rasya justru memekik begitu. Otomatis dia langsung meundukkan wajahnya dan merapatkan setelan kimono tipis yang membalut pakaian minimnya.

"Kamu.. maaf aku hanya terkejut tadii, soalnya.." Rasya tak meneruskan ucapannya namun menatap istrinya dari atas hingga bawah.

"Jelek ya Mas, maaf aku ganti saja." Qila hendak kembali masuk ke kamar mandi namun buru-buru dicegah oleh Rasya.

"Tidak, kamu cantik. Sangat cantik. Aku sampai terkejut saja tadi. Kamu terlihat beda sayang." Rasya meraih dagu istrinya dan mengarahkan pandangannya pada dirinya.

"Kenapa kamu memakai ini?" tanya Rasya pelan.

"Itu.. a-aku hanya ingin.. menyenangkan mas saja." Qila menjawab jujur meski dengan suara gemetar.

Rasya tersenyum senang mendengar jawaban istrinya lalu dia meraih tangannya untuk menuju ranjang.

Rasya duduk di tepi ranjang kemudian membawa Qila berada di pangkuannya.

"Memangnya kamu sudah siap?" Rasya ingin memastikan lagi.

"i-insyaallah.. aku harus siap Mas." Meski berkata demikian namun Rasya masih bisa merasakan bahwa Qila sebenarnya cukup tertekan.

"Kalau memang belum tidak usah dipaksakan sayang, masih banyak waktu dan aku akan sabar menunggu." Rasya mengusap lembut punggung Qila.

"Tapi kalau tidak dimulai gak akan terbiasa mas, dan kita nggak bisa begini terus. Aku takut dosa lama-lama." keluh Qila.

"Hmm..  baiklah, kita akan memulainya. Jika kamu merasa tak nyaman bilang saja dan kita akan menghentikannya." Rasya begitu sabar menghadapi Qila. Meski dia berhak meminta ada istrinya tapi Rasya tak mau egois mementingkan dirinya sendiri.

Perlahan Rasya membelai lembut wajah istrinya, memberikan kecupan-kecupan ringan di pipinya dan kemudian mulai merambat di bibir Qila.

Sentuhan-sentuhan lembut tangan Rasya yang mulai menyusuri tubuh Qila. Ciuman itu semakin dalam dan dan Qila membalasnya dengan tak kalah panas.

Tangan Rasya memegang tengkuknya dan jempolnya mengelus lembut leher jenjang itu. Tentu rasa aneh itu mulai menjalari Qila. Tapi dengan segala kelembutan yang Rasya perlakukan membuatnya mulai terbang.

Perlahan Rasya menidurkan Qila di atas ranjang. Tautan bibirnya terlepas sejenak dan terlihat wanitanya itu sedikit terengah karena nyaris kehabisan oksigen dan juga debaran gila di janatungnya.

Rasya melihat istrinya yang tampak begitu sexy dengan pakaian yang ukup terbuka hingga menyuguhkan kulit putih mulusnya.

Tatapannya terus tertuju pada bagian dada yang cukup menantangnya. Sebagai pria normal jelas Rasya sangat tergoda akan hal itu. Sudah sejak lama hasratnya terpendam dan kini dia hampir menyalurkannya.

Rasya kembali menindih tubuh Qila sambil tangannya mulai melucuti pakaiannya sendiri. Dia perlahan menurunkan pakaian istrinya.

"Sayang, boleh aku melakukannya?" Netra Rasya sudah dipenuhi kabut gairah namun dia tetap meminta izin pada sang pemilik tubuh.

"i-iya Mas.." Sekuat tenaga Qila mencoba menahan ketakutannya. Dia ingin mepersembahkan tubuhnya untuk sang suami meski dia tak lagi suci seperti wanita terhormat lainnya.

Bayangan-bayangan di masa lalunya terus berputar di otaknya. Semakin Rasya menc umbu inya semakin ingatan mengerikan itu hadir dan Qila berusaha mati-matian menghalaunya.

Dia remas sprei dengan kuat hingga jemarinya memutih. Sadar akan ketegangan itu Rasya yang sudah On sepenuhnya langsung terhenti.

"Cukup sampai disini ya. Kita lanjutkan lain kali." Berat, tapi Rasya lebih berat melihat Qila harus tersiksa batinnya.

...****************...

Terpopuler

Comments

Nur Lizza

Nur Lizza

kasihn Qila

2024-04-15

0

Zahbid Inonk

Zahbid Inonk

sabar Rasya Qila butuh kelembutan

2024-04-09

0

Winarti Winarti

Winarti Winarti

lanjut thor double up thor

2024-04-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!