Bab 13. Mengobati luka

Bagas menatap menantunya dengan sorot tajamnya, ya sebenarnya begitulah cara Papa Bagas menatap seseorang. Tatapannya selalu tajam.

Namun hal itu justru membuat Alvian merasa senang, dia pikir Papa Bagas akan langsung memarahi Rasya karena ulahnya yang bikin malu sampai berurusan dengan polisi.

Senyum mengejek terus Alvian siratkan meski sudut bibirnya sedikit perih akibat bogeman Rasya. Itu hanya salah satunya belum lagi yang ada di pelipis, hidung dan lainnya. Bahkan saat ini salah satu giginya ada yang goyang.

"Kamu baik-baik saja? apa ada yang luka?" Papa Bagas mengusap bahu Rasya dan memeriksa tubuh putra menantunya. Terlihat sekali pria matang itu sedang khawatir.

Alvian yang mulanya sok jumawa langsung melongo seketika mendapati Papa Bagas yang sebegitu perhatiannya pada Rasya. Bahkan selama ini dia hampir jadi menantunya saja Papa Bagas selalu bersikap dingin padanya.

"Alhamdulillah saya baik-baik saja Pa, tapi Qila.." Pandangan Rasya langsung beralih pada Alvian dengan sorot kemarahannya.

BUru-buru Alvian mengalihkan pandangannya. Meski dia begitu benci pada Rasya tapi Alvian sadar diri bahwa Rasya bukanlah sosok yang mudah untuk dikalahkan.

"Pak Bagas, saya sudah memeriksa rekaman CCTV nya yang ada di basemen." ucap salah seorang polisi yang kebetulan menangani kasus tersebut.

Hampir semua petugas kepolisian di tempat itu mengenal Bagas dengan baik bahkan mereka sangat menghormati pria itu.

Papa Bagas pun langsung ikut melihat rekaman CCTV yang didapatkan oleh pihak kepolisian.

Qila sendiri yang masih ketakutan hanya bisa memeluk Umma Nizma. Hal seperti ini adalah kali pertama Qila rasakan. Selama ini dia selalu menjalani hari-harinya dengan biasa saja dan jauh dari masalah. Dia hanya takut jika orang-orang akan menyulitkan Rasya padahal niatnya adalah melindungi dirinya.

BRRAAKK...

Semua orang langsung terkejut saat mendengar suara gebrakan tangan Papa Bagas yang memukul meja dengan keras.

Emosinya tak terbendung lagi saat melihat rekaman CCTV dimana Alvian memaksa hingga menampar Qila, putri kesayangannya.

Selama ini Papa Bagas merawat dan membesarkan Qila penuh dengan kasih sayang bahkan secuil pun tak pernah dia melakukan sesuatu hal yang akan menyakiti putrinya dana kini melihat bagaimana Alvian orang yang bukan siapa-siapa justru dengan beraninya menyakiti Qila.

"Kau.. kurang ajar sekali menyentuh putriku. Kau ingin aku balas seribu kali lipat?" dengan netra yang sudah memerah menyalakan kemarahan Papa Bagas langsung menghampiri Alvian dan hendak mengayunkan tangannya demi membalas perbuatan pria yang hampir menjadi menantunya itu.

Dengan segera beberapa orang langsung menahan Bagas begitu juga Rasya yang tak ingin papa mertuanya harus mengotori tangannya hanya untuk membalas curut macam Alvian.

"Papa sabar dulu.. jangan kotori tangan papa dan juga buang tenaga Papa hanya untuk membalasnya. Sekarang kita serahkan saja pada pihak berwajib karena mereka lebih berwenang." tak masalah jika nantinya Rasya tersangkut masalah hukum toh emi menjaga kehormatan dan martabat istrinya dia akan melakukan apapun.

"Jika bukan karena Rasya maka akan saya balas perbuatanmu itu lebih kejam. Tapi akan saya pastikan kau akan mendekam di balik jeruji besi ini." Papa Bagas yang sudah dilanda kemarahan pun hanya bisa berbicara nyalang sambil menunjuk Alvian.

Rasa simpati Papa Bagas terhadap Alvian sudah hilang sejak pria itu tega mengkhianati putrinya. Meski jauh sejak kejadian itu Papa Bagas sudah memiliki firasat kurang baik tentang Alvian, namun karena itu pilihan Qila jadi Papa Bagas tak bisa berbuat banyak hal. Kini rasanya beliau teramat bersyukur setelah Allah membuka aibnya satu persatu.

"Pa.. jangan buat Rasya dipenjara ya. Dia begitu karena melindungi ku." Mohon Qila pada Papanya.

"Tidak sayang, mana mungkin papa menyulitkan menantu yang selalu baik dan melindungi kamu." Papa Bagas tersenyum lembut sambil menyeka air mata yang tersisa di wajah putrinya. Sekalipun dia marah tak pernah dia melampiaskannya pada Qila. Sikapnya akan berubah menjadi sangat lembut bahkan seolah tak ada kemarahan sama sekali di benaknya.

Setelah menyerahkan urusan ini pada pengacara kepercayaannya Papa Bagas pun membawa semua keluarganya kembali ke rumah. Dia hanya ingin segera membawa Qila pergi dan memastikan bahwa hidup Alvian tak akan aman setelah ini.

"Qila istirahat saja ya sayang, biar Rasya temani kamu." Pinta Papa Bagas pada putri dan menantunya.

Keduanya pun menurut dan kini keduanya berada di dalam kamar. Qila sejak tadi melihat ada goresan di punggung tangan Rasya dan berniat untuk mengobatinya. Qila pun mengambil kotak obat yang ada di kamarnya dan menghampiri Rasya.

"Aku obati tangannya ya." Qila meminta ijin terlebih dahulu sebelum menyentuh tangan Rasya.

Rasya sendiri memilih untuk menuruti saja semua yang dilakukan istrinya. Melihat wajah sembab nan sendu itu membuatnya tak tega. Jadilah dia membiarkan Qila melakukan apapun dan semoga saja hal itu bisa membuat keadaan Qila lebih baik.

Setelah ini.

"Sudah selesai sekarang aku gantian obati kamu ya." cap Rasya lembut.

"Aku nggak kenapa-kenapa kok." Qila tak merasa ada luka di tubuhnya meski bekas cengkraman dan tamparan dari Alvian tadi masih terasa panas.

Dengan lembut Rasya mengambil tangan Qila dan menciumi pergelangan tangan yang memerah itu.

"Maaf ya harusnya aku tidak meninggalkanmu." Rasya terus saja menyesal.

"Semua bukan salah kamu kok. Lagian tadi juga urgent kan masak iya mau nahan kebelet yang ada malah jadi penyakit." jawaban Qila ada benarnya juga.

Rasya pun tersenyum setelah melihat senyuman terbit di bibir manis istrinya.

"Terus ini masih sakit juga?" Rasya membelai lembut pipi Qila. Qila pun mengangguk.

"Boleh diobati juga?" Rasya meminta ijin lebih dulu karena caranya mengobati sama dengan caranya mengobati tangan Qila tadi.

Dengan malu-malu Qila  pun mengangguk. Wajahnya sudah bersemu merah apalagi Rasya justru menarik tangan Qila semakin dekat dengannya.

"Duduk sini sayang." Ucap Rasya setengah berbisik. Dia minta Qila duduk di pangkuannya.

Qila sebetulnya sangat malu tapi dia ingat jika menolak suami akan menimbulkan dosa. Akhirnya dengan menebalkan mukanya Qila mulai beranjak duduk di pangkuan Rasya.

Pria itu langsung tersenyum cerah lalu melingkarkan tangannya pada pinggang Qila dan satunya membelai lembut pipi istrinya.

Perlahan Rasya mendekatkan wajahnya dan mulai mengecup lembut pipi istrinya. Begitu halus dan wangi Rasya rasakan.

Sejenak dia mengingat tamparan yang dilakukan Alvian membuatnya kembali emosi. Namun usapan lembut di rahang Rasya yang dilakukan oleh Qila membuat gumpalan emosinya perlahan mulai berkurang.

Tak ada pembicaraan apapun namun dengan tatapan mereka sudah menyiratkan banyak hal.

Rasya kembali mendekatkan wajahnya dan mengecupi pipi cantik istrinya berulang kali. Bahkan di kedua sisinya bergantian. Rasanya terlalu sayang untuk dilewatkan kesempatan emas begini.

Rasya kini menatap bibir ranum Qila yang sejak kemarin-kemarin begitu ingin dia rasakan.

"Boleh?" tanya Rasya lirih.

"Ya.." jawabnya singkat.

Kemudian dengan perlahan Rasya mulai menyatukan bibirnya. Merasakan lembutnya sesuatu yang sejak lama dia impikan kini benar-benar dia rasakan.

Qila yang baru pertama kali melakukannya pun hanya bisa diam membeku dengan jantungnya yang sudah berdisko ria. Baru kali ini dia benar-benar dekat dengan seorang lawan jenis dan melakukan hal seintim ini. Meski sudah sah namun tetap saja Qila merasa grogi luar biasa.

Rasya menjauhkan wajahnya sejenak mengamati Qila yang sudah merona luar biasa. Terlihat sangat lucu sekali.

Kemudian dia kembali menyatukan bibirnya. Namun kali ini Rasya tak hanya menempelkan saja seperti tadi.

Terasa sapuan lembut yang perlahan membuat Qila sedikit membuka mulutnya. Hal itu langsung dimanfaatkan Rasya untuk menjelajahi dalamnya bibir itu.

Qila yang sedari tadi begitu kaku perlahan mulai merasakan rileks saat Rasya mengusap lembut tengkuknya yang masih terhalang hijab pasminanya.

Keduanya kini tampak menikmati ciuman yang baru sama-sama dilakukan pertama kali olehnya. Tak buruk ternyata meski awalnya begitu canggung luar biasa.

Rasya baru melepaskan ciumannya saat keduanya sama-sama terengah karena nyaris kehabisan nafas. Bisa dilihat bibir Qila yang terlihat lebih bervolume dan semakin merah.

"Qila.." panggil Rasya lirih.

"Ya.."

"Boleh tidak kalau aku lepas hijab kamu?"

...****************...

Terpopuler

Comments

Nur Lizza

Nur Lizza

rasakan syukuri kamu Alvian

2024-04-13

0

𝘛𝘳𝘪𝘚

𝘛𝘳𝘪𝘚

ciee,,,, sweet

2024-03-31

0

ᵗⓂ༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

ᵗⓂ༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

semoga setelah ini akan segera hadir benih cinta dari qilla dan cinta Rasya pun bersambut😘😘

2024-03-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!