NovelToon NovelToon

ARASYA (Suami Pengganti Untuk Sahabatku)

Bab 01. Udangan pernikahan

"Selamat ya Bu Qila, nggak terasa dua bulan lagi jadi istrinya Pak Alvian." Ucap rekan sesama dosen yang kebetulan sedang berpapasan dengan Qila.

'"Alhamdulillah, mohon doanya ya Bu Laras semoga lancar." Qila menjawabnya dengan rasa senang.

Aqila Khairunnisa, wanita berusia dua puluh enam tahun itu dua minggu yang lalu baru saja dilamar oleh rekan sesama dosennya yang bernama Alvian.

Qila yang merupakan putri sulung dari pasangan Bagas Abimana seorang pebisnis sukses dan Nizma Aida Mahfud yang merupakan seorang ustadzah dan penulis buku kajian tentang islami.

Meski mereka bukan orang tua kandungnya namun Qila tetap diperlakukan baik  mendapatkan limpahan kasih sayang sama seperti kelima adik-adiknya. Bahkan baik Papa dan Ummanya begitu menghormati setiap keputusan Qila, termasuk urusan pendamping hidup.

Alvian sendiri merupakan rekan dosennya yang sudah setahun ini bekerja bersamanya. Pria itu memiliki usia dua tahun lebih tua dari Qila, mereka sama-sama pernah satu kampus yang sama sebelum Qila melanjutkan kuliah S2 di Kairo.

Qila sendiri memiliki prinsip tak ingin menjalani hubungan pacaran selain usianya yang sudah matang juga hal itu tak dianjurkan dalam agama dan aturan keluarganya.

Karena kesepakatan keluarga yang tak ingin menunda terlalu lama pernikahan mereka pun akan dilaksanakan dua bulan mendatang. Untuk itu mereka harus mempersiapkan segalanya mulai sekarang.

Seperti hari ini yang jadwalnya setelah mengajar Qila dan Alvian memiliki janji temu dengan WO untuk mengurus masalah gaun pengantin serta desain undangan. Untuk tempat acara mereka tak perlu khawatir sebab akan dilaksanakan di ballroom hotel milik Papa Bagas sendiri.

"Mas, bisa kan nanti ke butik buat fitting gaun sama pilih desain undangan?" tanya Qila yang keduanya bertemu di ruang dosen.

"Iya bisa kok, tapi nanti Mas agak telat karena jam ngajar sampai jam empat sore, jadi kamu duluan saja ya." balas Alvian.

"Iya mas, nanti aku akan ajak Umma karena beliau ingin tahu. penasaran sejak kemarin-kemarin." Qila selalu bersemangat dan tak pernah lupa untuk melibatkan sang Umma untuk memilih sesuatu. Karena Umma nya merupakan sosok panutan untuknya.

"Iya boleh kok.." Alvian menjawabnya dengan santai.

Hingga waktunya tiba Qila yang sudah pulang lebih awal memilih menuju kediamannya lebih dulu untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian kemudian mengajak Ummanya sesuai dengan rencana awal. Qila sendiri sengaja mengajaknya agar menghindari fitnah jika hanya keluar hanya berdua saja.

Sampai di butik tempat kenalan orang tuanya Qila langsung disambut dengan baik. Sebelumnya dia memang sudah memilih beberapa gaun pernikahan dan kebaya yang akan dipakai untuk akad dan resepsi. Mereka tinggal mencobanya saja.

"Yakin mau sewa aja nggak dibeli nak? nggak apa-apa kok kalau mau di beli biar kita pesan yang baru saja." Ujar Umma Nizma.

"Sewa saja Umma, lagian cuma dipakai sekali saja mubadzir nanti." Bukannya tak mampu untuk beli namun Qila memikirkan nilai efisiensi dari hal tersebut. Gaun dan kebaya pernikahan hanya akan dipakai sekali dalam acara itu sehingga jika dibeli selain mahal dan buang-buang uang lebih baik untuk hal lain yang lebih bermanfaat.

Qila sendiri sudah melihat-lihat secara langsung gaun pilihannya namun dia sengaja menunggu Alvian untuk mencobanya.

Qila dan Umma nya sudah menunggu hampir satu jam lamanya namun belum ada tanda-tanda kedatangan Alvian.

Qila yang merasa tak enak hati dengan umma nya pun akhirnya memilih menghubunginya. Qila menelepon ALvian berkali-kali namun tak ada jawaban. Hingga lima belas menit kemudian pria itu mengirim pesan singkat jika dirinya ada urusan mendadak dengan mahasiswanya yang terlibat masalah.

Akhirnya mau tak mau Qila harus melakukan fitting baju pengantin itu hanya ditemani Umma nya. Bahkan sampai memilih desain undangan pernikahan pun juga dia lakukan berdua dengan Umma nya.

"Tadi gaunnya pas dan cantik banget dipakai loh kak, Umma nggak sabar nanti hari pernikahan pasti sangat cantik putri Umma ini." Umma Nizma berusaha menghibur putrinya yang terlihat sendu.

"Iya Umma, Qila suka yang sederhana saja namun tetap terlihat elegan. Warnanya juga pas banget." jawab Qila dengan menampilkan senyumnya yang terpaksa.

Perlahan Umma Nizma mengusap bahu sang putri sulung.

"Kak.. Umma paham apa yang kamu rasakan sekarang. Mungkin Alvian memang benar-benar sibuk tidak bisa menemani kamu. api dia kan melakukannya juga karena urusan pekerjaan. Dulu Umma malah menyiapkan semuanya sendiri. Papa kamu masih belum menerima sepenuhnya pernikahan kami. Tapi seiring dengan berjalannya waktu cinta tumbuh diantara kami dan kamu lihat sendiri kan bagaimana Papa memperlakukan Umma?" ucap Umma Nizma.

"Iya Umma, sekarang Papa bucin banget sama Umma. Semoga Qila suatu saat nanti mendapatkan suami yang demikian. Benar-benar meratukan pasangannya." Qila menimpali.

"Amin.. yang penting sebagai seorang perempuan dan istri kita tidak boleh abai terhadap tugas-tugas kita. Dan nomor satu adalah patuh terhadap suami. Sebab seorang wanita yang sudah menikah adalah tanggung jawab suaminya. Dan sebaik-baiknya wanita sholeha adalah yang taat kepada Tuhan dan suaminya." Umma Nizma tak henti-hentinya memberi nasihat kepada sang putri.

"Iya Umma, Insyaallah Qila akan selalu taat terhadap Allah dan perintah suami." jawab Qila bersungguh-sungguh.

****

Hingga waktu tak terasa berlalu begitu cepat. Acara pernikahan mereka kini tinggal dua minggu lagi. Persiapan juga sudah sembilan puluh persen. Semua undangan sudah disebar, para kerabat, teman dan para kolega bisnis Papanya juga diundang semua apalagi ini merupakan acara pernikahan pertama yang akan digelar oleh Papa Bagas. Sebagai seorang konglomerat dan pengusaha besar tentu dia tak tanggung-tanggung dalam menggelar acara ini.

"Undangan sudah disebar semua termasuk untuk rekan Papa yang ada  di luar negeri. Papa juga sudah menyiapkan kamar hotel untuk mereka semua." ujar Papa Bagas yang begitu antusias dengan pernikahan putrinya.

"Oh ya, mbak Karina sekeluarga diundang kan Pa? Umma sudah janji soalnya bakal undang mereka kalau kita punya hajat besar." Ujar Umma Nizma.

"Ya pasti dong, mereka kan juga termasuk anggota keluarga kita. Mana mungkin gak undang Sean, putranya kan juga sahabatan sama Qila dulu." ujar Papa Bagas.

"Oh ya, Rasya ya Pa. Dia masih bujang juga belum menikah." jawab Umma Nizma.

"Ya kalau laki-laki sih fokusnya kan memang ke karier dulu, dia kan meneruskan jejak Papanya dan sekarang cukup sukses." jawab Bagas.

Kedua orang tua itu sibuk mengobrol membahas keluarga dari sahabat lamanya. Qila juga mengenal baik keluarga itu sebab putra sulung mereka merupakan sahabat masa kecil Qila.

Arasya, atau biasa dipanggil Rasya yang dulunya sangat dekat dengan Qila sebagai sahabat harus terpisah sebab menginjak pendidikan SMA Rasya dan keluarganya harus pindah ke luar negeri. Sejak saat itu keduanya sudah tak pernah saling bertemu lagi.

****

Di tempat lain seorang pria yang sedang sibuk berkutat dengan layar tabletnya harus menghela nafas dalam-dalam saat membaca sebuah undangan digital yang dikirim sang Mama.

Dalam undangan itu tertera nama Gadis yang sejak lama menjadi dambaan dalam hatinya.

Namun kini nama itu harus tertulis dengan nama pria lain yang akan menjadi pendamping hidupnya.

Masih menatap nanar tulisan dalam undangan pernikahan tersebut tiba-tiba ponselnya berdering. Nama 'Ibu Negara' tertera di layar dan membuatnya langsung mengangkat sebab dia tak ingin panjang masalahnya.

"Halo, Assalamualaikum Mamaku yang cantik sedunia akhirat." ucap Rasya dengan suara yang dilembut-lembutkan.

"Waalaikumsallam, anak ganteng mama.. tapi nggak usah ditambahin akhirat juga dong." Ucap wanita yang telah melahirkannya dua puluh tujuh tahun silam.

"Sudah buka undangannya kan Sya? kamu segera kosongkan jadwal untuk satu minggu ke depan ya. Mama sudah booking tiket pesawat sekeluarga buat datang di pernikahan putrinya Om Bagas." ujar Mama Karina.

"Harus banget ya Ma aku ikut? gimana kalau Papa, Mama sama Riko aja." ujar Rasya yang setengah mengeluh.

"Nggak bisa Rasya, pokoknya kamu harus kut. Qila kan dulu juga sahabat kamu, masak nggak mau datang. Jangan gila kerja terus dong.." omel Mama Karina.

"Yaudah iya-iya maa..." Rasya menghela nafas kasar setelahnya.

Setelah menutup telepon dari sang Mama, Rasya langsung menghempaskan tubuhnya pada sandaran kursi kebesarannya. Jabatan CEO di salah satu perusahaan yang dirintisnya sejak awal kuliah kini memang berkembang cukup pesat. Banyak sekali tugas yang dan pekerjaan yang harus diselesaikannya. Namun bukan  itu yang membuat suasana hatinya berubah namun dia memikirkan bagaimana nanti bertemu dengan Qila, gadis yang diam-diam menjadi cinta pertamanya itu.

Rasya jadi teringat ucapannya di masa lalu tepatnya saat  dia masih duduk di bangku SMP. Dia yang begitu mengagumi Qila berjanji untuk menikahinya suatu saat nanti saat dia sudah sukses.

"Sekarang aku sudah sukses, tapi kamu malah menikah dengan pria lain." Gumam Rasya dengan menatap figura berisi potret dua bocah kecil yang tengah berdiri di sebuah taman.

...****************...

Bab 02. Patah hati

Rasya baru saja merebahkan tubuhnya di atas ranjang kediaman peninggalan kakeknya. Rumah mewah bergaya klasik kuno yang konon katanya pernah menjadi sarang mafia. Ya, jangan lupa keturunan Rasya dari sang ayah yang merupakan mantan mafia. Darah Allidra mengalir dalam dirinya namun semua itu tak pernah Rasya salah gunakan. Sejak kecil Papanya selalu menanamkan pendidikan moral dan agama yang kuat sehingga dia kini menjalani kehidupan normal jauh dari kekerasan.

"Rasya, sudah tidur nak? kamu nggak makan malam dulu ini mama sudah siapkan." teriak Mama Karina dari balik pintu kamarnya.

Rasya yang sebetulnya malas untuk melakukan segala sesuatu terpaksa turun untuk makan bersama. Semalas apapun Rasya tak pernah menolak permintaan sang ibunda, karena dia tahu Mamanya adalah pahlawan yang berjuang mati-matian untuknya.

"Papa mana Ma?" tanya Rasya saat melihat Mama dan adiknya saja.

"Itu masih mengangkat telepon dari Om Bagas, ngabarin kalau kita sudah sampai sini." jawab Mama Karina yang sedang menyiapkan makan untuk Rasya dan Riko.

"Besok acaranya jam berapa ma? wah nggak sabar ketemu Zayn, Zayyan dan Zaina. Udah lama banget nggak ketemu langsung." Ucap Riko antusias. Ketiga nama yang disebutkan tadi merupakan adik Qila yang kembar tiga. Masih ada dua adik kembarnya lagi yang usianya lebih kecil dari mereka.

"Rasya, kamu sudah siapkan hadiah buat Qila?" tanya Mama Karina.

Rasya yang hampir menenggak air putih pun urung karena pertanyaan dari Mamanya.

"Sudah Ma." jawab Rasya Singkat.

Rasya memang sudah menyiapkan satu set perhiasan khusus untuk Qila. Entah kenapa dia memberikan hadiah itu namun hatinya rasanya tergugah ingin memberikan yang terbaik untuk Qila terakhir kalinya.

"Besok kita diminta berangkat pagi-pagi langsung ke hotel ya. Katanya Bagas ingin bertemu kita dulu." Papa Sean yang baru selesai menelepon langsung bergabung.

"Harus banget ya Pa?" Rasya terlihat begitu enggan untuk menghadiri acara tersebut sebenarnya.

"Ya harus dong. Kamu tahu sendiri kan gimana Papa sama Om Bagas yang seperti kakak adik. Lagi pula kita sudah lama tidak berkumpul bersama." ucap Papa Sean bersemangat.

Rasya hanya bisa menghembuskan nafasnya yang terasa berat. Besok dia harus bersiap menguatkan hatinya sendiri melihat gadis pujaan hatinya menikah dengan pria lain.

Tak ingin terus merasa sesak sendiri Rasya pun segera menyelesaikan acara makannya yang sama sekali terasa tak bernafsu. Dia pamit untuk istirahat terlebih dahulu dengan dalih masih jet lag.

"Tumben kakak jet lag, padahal seminggu bisa bolak balik eropa juga nggak kenapa-kenapa tuh. Masak Sidney ke Jakarta bisa jet lag." Gumam Riko.

"Mungkin kakak kamu kecapean kurang istirahat. Biar saja jangan diganggu." Ujar Mama Karina.

Di dalam kamar Rasya mencoba memejamkan matanya namun bayangan masa lalu terus muncul dan membuatnya semakin kalut.

Rasya merenung, ia merasakan sakit di dalam hatinya. Terlihat jelas dari raut wajahnya yang tampak sendu akan kini telah mengalir air mata membasahi pipinya.

Seumur hidupnya Rasya hanya mengakui sosok Qila. Gadis manis yang selalu mencuri hatinya dengan segala tingkah dan tutur katanya.

Andaikan waktu bisa diputar kembali rasanya Rasya ta ingin pindah ke luar negeri mengikuti orang tuanya saat itu. Dia bisa lebih cepat mendapatkan cinta Qila tanpa takut didahului oleh orang lain.

Hingga rasa itu yang semakin malam semakin menyakitkan. Rasya pun beranjak menuju kamar mandi melakukan wudhu dan bermunajat kepada Sang Pencipta.

"Ya Allah sang pemilik hati, tak seharusnya aku berlarut dalam keadaan ini. Jika memang benar dia orangnya, aku yakin Engkau punya cara tersendiri untuk mempersatukan kami. Jika memang benar dia orangnya, maka permudahkan jalanku untuk bersamanya. Jika memang dia bukan untukku maka berikanlah jalan agar aku bisa mengikhlaskannya dengan mudah. Sedalam apapun rasa sedihku ini jangan jadikan hal itu untuk melemahkanku. Aku percaya pada kuasa-Mu Ya Allah." Rasya mengusap wajahnya dengan perasaan yang begitu kalut.

"Qila maafkan aku yang masih berharap padamu padahal besok adalah hari pernikahanmu.." Gumam Rasya lirih.

*****

Keesokan harinya pagi-pagi di dalam salah satu kamar suite hotel milik Papa Bagas yang kini dijadikan ruang make up dan wardrobe tampak sibuk.

Qila sedang di make up oleh MUA yang disiapkan khusus dan juga kerabat yang lainnya. Sedari tadi dia terus berdzikir dalam hati. Entah kenapa firasatnya terus merasakan hal buruk.

Selama dua minggu ini Alvian jadi sulit dihubungi bahkan dia selalu banyak alasan saat Qila mengajaknya membahas tentang persiapan pernikahan. Katanya ada pekerjaan penting dan bimbingan mendadak dengan mahasiswanya. Qila tak bisa berbuat banyak hal toh alon suaminya itu juga tujuannya bekerja demi memperbaiki perekonomiannya kelak.

"Astaghfirullahaladzim.." Qila menghela nafasnya perlahan. Dia tak ingin membuat suasana hatinya semakin buruk. Dia percaya semua akan baik-baik saja.

"MasyaAllah.. cantiknya putri Umma.. bagaimana perasaan kamu sayang?" Umma Nizma menghampiri putri sulungnya itu.

"DEg-deg an Umma... " Qila berucap sendu. Umma Nizma bisa merasakan perasaan putrinya itu dengan genggaman erat tangannya yang terasa dingin dan berkeringat.

"Kita serahkan semua sama Allah ya sayang, Umma tahu apa yang kamu rasakan sebab Umma juga begitu dulu. Insyaallah semua pasti berjalan lancar." Umma Nizma mengusap lembut bahu putrinya untuk menguatkan.

"Umma.. terimakasih banyak sudah menjadikan aku bagian dalam keluarga ini, Qila bukan apa-apa tanpa Umma dan Papa.." Tenggorokan Qila rasanya tercekat mengucapkan hal itu. Namun dia tetap akan mengatakannya sebab ini adalah momen penting dalam hidupnya.

"Umma yang justru berterimakasih sama kamu sayang. Kehadiran kamu adalah anugerah bagi kami. Kamu penyemangat Umma sayang.." Umma Nizma langsung memeluk putrinya dengan haru.

Di luar beberapa kerabat dekat sudah bersiap. Acara akan dilaksanakan pukul sembilan pagi dan saat ini masih pukul delapan. Masih ada waktu satu jam untuk bersiap.

Sementara itu keluarga Rasya juga sudah hadir. Mereka langsung disambut oleh Papa Bagas dan Umma Nizma. Begitu juga dengan anak-anaknya yang langsung menyalami dan temu kangen dengan Riko.

"ALhamdulillah kita bisa bertemu lagi ya Mbak Karin.." Umma NIzma langsung mengobrol dan melepas rindu dengan Mama Karina.

"Iya ya Niz.. nggak terasa kita sudah tua, udah mau nikahin anak dan sebentar lagi mungkin punya cucu." Ucap Mama Karina.

"Iya Mbak Karin yang penting kita sehat semua. Tapi kamu masih cantik dan kelihatan muda nggak pantes dipanggil Oma." gurau Mama Karina.

"Ah jangan begitu dong mbak Karin, kalau waktunya dipanggil Oma juga tetap jadi Oma." jawab Umma Nizma. Mereka mengobrol hingga tak terasa waktu akad sebentar lagi tiba. Rombongan pengantin laki-laki juga tampak sudah hadir. Di sana ada Alvian yang sudah mengenakan setelan serba putih lengkap dengan pecinya. Pria itu tampak berwibawa.

Qila sendiri saat ini masih berada di ruangan khusus untuknya menunggu akad. Dia akan disandingkan setelah akad tersebut selesai.

Rasya sudah duduk di tempatnya dengan perasaan yang tak karuan. Dia terus beristighfar dalam hati agar pikirannya tenang.

"Ya Allah kuatkan aku melihat ini semua. Kuatkan aku melepaskan perasaan ini dan semoga aku bisa mengikhlaskan wanita pujaan hatiku untuk bahagia dengan pendamping hidupnya." gumam Rasya dalam hati.

Penghulu sudah siap di tempatnya begitu juga pengantin laki-laki beserta Papa Bagas yang menjadi saksi atas pernikahan putrinya. Qila sendiri menggunakan wali hakim sebab keberadaan ayah kandung maupun keluarga nasabnya tak diketahui. Sehingga sesuai dengan ketentuan Qila dinikahkan oleh wali hakim.

Rasa haru terus melanda pria yang sudah mengadopsi Qila sejak bayi itu. Meskipun tak memiliki hubungan darah namun Papa Bagas sangatlah menyayangi Qila seperti putri kandungnya.

Penghulu yang hendak menikahkan sudah siap menjabat tangan Alvian. Sebelumnya mereka sempat melakukan sesi latihan untuk memperlancar kalimat akadnya. Kini tiba akad yang sebenarnya akan diucapkan.

Baru saja Penghulu hendak berucap tiba-tiba datang seorang wanita muda memasuki aula tersebut dengan tergesa-gesa.

"Hentikan pernikahan ini.. Pernikahan ini tidak boleh dilaksanakan." teriak wanita tersebut.

Semua orang tentu langsung terkejut dan pandangan mereka langsung tertuju padanya.

"Mas Alvian hentikan omong kosong ini. Kamu harus tanggung jawab sama aku. Sama bayi kamu yang ada di dalam perutku." Wanita itu mendekat pada Alvian.

Sementara Alvian hanya bisa diam membeku. Rasa was-was yang sejak kemarin-kemarin dia takutkan akhirnya terjadi.

"Siapa kamu berani-beraninya datang mengganggu acara kami?" Papa Bagas yang mulai terusik langsung menanyai wanita itu.

"Maaf Pak jika kedatangan saya mengganggu acara ini. Tapi saya hanya ingin keadilan. Saya ingin pria ini bertanggung jawab terhadap perbuatannya terhadap bayi dalam kandungan saya." tegas wanita itu.

DEGG...

Papa Bagas langsung melebarkan netranya dan menatap Alvian tajam. Dia benar-benar terkejut dengan pernyataan wanita itu apalagi disaat acara penting begini.

"Alvian, saya tanya apa benar semua ini?" Tanya Papa Bagas tegas.

"O-Om.. saya bisa jelaskan." dengan gemetar Alvian mencoba menjawabnya.

"Katakan Ya atau tidak." Tanya Papa Bagas lagi dengan nada penekanan yang semakin kuat. Kesabarannya sudah diujung tanduk dan menunggu jawaban berbelit tentu membuatnya semakin emosi.

"O-om.. saya.."

...****************...

Bab. 03 Menjadi pengganti

Qila masih duduk diam sambil menatap cermin di hadapannya. Entah kenapa perasaan gusar terus menghantuinya sejak tadi. Di sampingnya ada Zaina dan Zaira sang adik yang menemani dirinya. Sedang yang lain berada di ballroom untuk menyaksikan akad. Qila akan dipanggil keluar saat akad telah selesai.

Sementara di luar tepatnya di ballroom tempat acara berlangsung kini sedang terjadi ketegangan sengit antara Papa Bagas dengan Alvian sang calon menantu.

"Katakan Alvin bahwa ini semua tidak benar. Katakan yang sejujurnya." ucap Papa Bagas berang.

"Pak.. ini bisa dibicarakan dengan baik-baik. Putra saya past tidak mungkin melakukan hal itu." ujar orang tua Alvian mencoba merayu Papa Bagas.

"Saya bertanya pada Alvian bukan kalian." sergah Papa Bagas. Jangan ditanya bagaimana perasaannya saat ini jelas sangat marah apalagi ini menyangkut putri kesayangannya.

"i-ini benar.. saya memang melakukannya." ucap Alvian akhirnya.

Papa Bagas yang sudah dilanda emosi langsung menghampiri Alvian dan meraih kerah bajunya hendak melayangkan bogem mentah ke wajahnya. Namun dengan cepat orang-orang mencegahnya termasuk Papa Sean yang sedari tadi berada di antara mereka.

"Bagas.. tenang jangan emosi." Papa Sean mengingatkan.

"Dia mau mempermainkan putriku. Aku tidak bisa diam saja." Papa Bagas berucap nyalang.

"Abang istighfar ya.. jangan pakai kekerasan." Umma Nizma juga ikut menenangkan suaminya meski tak dipungkiri hatinya pun juga ikut kecewa dan sakit.

"Alvian.. apa-apaan sih kamu. Sudah mama bilang nggak usah bahas-bahas ini, kalau batal nikah gimana?" Mama Alvian terus mengomeli putranya. Dia sangat berharap Alvian menikah dengan Qila an mengabaikan kesalahan yang dibuat putranya.

"Ma, tapi dia memang mengandung darah dagingku, nggak mungkin aku menelantarkan dia. Mama sih selalu menghalangiku untuk bicara jujur pada Qila." Alvian yang tak mau disalahkan pun membela diri.

"Oh, jadi kalian sudah tahu semuanya. Dan kalian sengaja menutupi hal itu dari kami. Astaghfirullah bu padahal kami sangat mempercayai anda." Rasa kecewa Umma Nizma tak dapat dibendung lagi. Sebagai seorang ibu jelas sakit hati mendengar putrinya akan di khianati.

"Bu Nizma, saya tidak bermaksud seperti itu. Saya hanya sayang pada Qila dan tak ingin pernikahan ini batal. lagi pula ini hanya masalah kecil bisa diatasi kok." Ibu dari Alvian masih saja kekeuh minta pernikahan ini tetap berjalan.

"Masalah kecil anda bilang? sejak awal saja sudah ada kebohongan begini anda bilang kecil?" Umma Nizma tak terima.

Sementara Rasya ang sedari tadi menyaksikan kehebohan itu pun sebenarnya ikut geram dan marah. Namun dia sadar posisi bahwa dia hanya seorang tamu yang tak patut untuk ikut campur terlalu dalam. Yang ada di dalam pikirannya hanyalah Qila, gadis itu pasti sakit hati melihat ini semua.

Dan apa yang dipikirkan Rasya ternyata terbukti juga. Qila yang menunggu dipanggil sedari tadi merasa penasaran arena proses akad yang begitu lama. Bahkan dia juga mendengar suara keributan di luar jadi tanpa disuruh Qila pun keluar sendiri untuk memastikan.

Qila yang awalnya bingung hanya menyimak semua kekacauan itu hingga lama-kelamaan dia menangkap semua masalah itu bahwa ALvian sang calon suaminya telah berselingkuh bahkan dengan mahasiswinya sendiri.

"Jadi semuanya ini benar Mas Vian?" suara Qila langsung membuat semua orang tertuju padanya.

Gadis antik dengan balutan kebaya dan riasan khas pengantin yang sudah berdiri di tengah-tengah kerumunan.

"Qila.. sayang.." Umma Nizma langsung menghampiri putrinya.

"Mas Alvian jawab aku.." Qila yang sudah tak sabar dengan jawaban Alvian pun sedikit meninggikan suaranya.

Alvian pun mengangguk pasrah, mau mengelak juga percuma karena kebenaran sudah di depan mata.

"Qila.. mama mohon kamu tidak gegabah ya nak. Ini banyak orang loh, apa kamu tidak malu jika batal menikah?" Mama dari ALvian justru semakin membuat keadaan semakin rumit.

"Alvian hanya khilaf dan setelah ini pasti dia berubah. Tolong ya nak maklumi saja." imbuhnya.

"Anda bilang memaklumi putra anda? Maaf ya putri saya bukan sembarangan menerima seorang apalagi itu untuk pasangan seumur hidupnya." Umma Nizma yang tak terima langsung menyahut.

Sementara Qila hanya bisa menangis terisak meratapi nasibnya saat ini. Pernikahan sudah di depan mata justru harus kacau seperti ini.

"Bu Nizma, tapi Alvian putra saya ini bukan orang sembarangan loh. Dia mapan dan berpendidikan tinggi. Meski saya tahu Qila juga memiliki pendidikan tinggi tapi putra saya jelas bibit, bebet, dan bobotnya bukan seperti Qila yang masih dipertanyakan." cibir Mama Alvian.

"Apa maksud anda seperti itu?" Umma Nizma semakin tidak mengerti dengan ucapan Mama Alvian.

"Saya tahu kok Qila hanya anak pungut kalian. Dan itu benar adanya. Orang tua Qila itu tidak jelas keberadaannya kan?" dengan bersungut-sungut. Dia hanya ingin membela diri agar putranya tak terlalu kelihatan belangnya.

Mendengar perkataan dari Mama Alvian yang semakin tak terkendali membuat emosi Papa Bagas memuncak akhirnya.

"SAYA BATALKAN ACARA PERNIKAHAN PUTRIKU DENGAN PUTRAMU DAN SEKARANG JUGA KALIAN ANGKAT KAKI DARI SINI." Dengan lantang Papa Bagas mengusir pihak Alvian beserta keluarganya.

Alvian yang sudah hilang muka mau tak mau harus undur diri dari tempat itu. Mamanya yang hendak melayangkan protes segera dia tarik pergi sebelum menambah masalah baru. Dia juga sempat melihat Qila yang menangis dalam pelukan Umma nya. Ini benar-benar kesalahan fatal yang telah dia perbuat. Karena kecerobohannya maka ia gagal menikahi wanita pujaannya.

Semua tamu yang merupakan kerabat dekat dan keluarga besar dari keluarga Papa Bagas dan Umma Nizma hanya bisa ikut sedih meratapi sang pengantin yang gagal menikah.

Rasya menatap Qila yang bersedih pun ikut merasakan sakit. Wanita cantik  yang biasanya ceria kini terlihat sendu dengan air mata yang terus membasahi wajahnya.

Hati Rasya tergugah untuk menenangkan Qila. Sebagai sahabat lamanya Rasya berinisiatif untuk menenangkan Qila. Dia mengambil sebotol air mineral dan tissue lalu diberikannya pada Qila.

"Minum dulu Qila." ucap Rasya sembari memberikan dua barang itu. Qila menerimanya dengan tangan yang tampak gemetar.

Rasya pun duduk di kursi yang ada di samping Qila. Dia hanya ingin memastikan sahabatnya minum dengan benar.

"Makasih ya Rasya.." ucap Qila sambil menyeka air matanya.

"Aku tau kamu wanita yang kuat. Percayalah dibalik semua musibah pasti ada hikmah baik yang menunggu." Rasya pun mencoba untuk menghibur Qila.

"Ya, aku tahu. Tapi aku hanya kasian pada Papa dan Umma. Mereka sudah menyiapkan acara ini. Undangan juga sudah disebar, pasti mereka sangat malu menghadapi para tamu yang kecewa." Qila kembali terisak.

"Tapi bagaimana dengan perasaan kamu sendiri?" tanya Rasya.

"Saat ini aku tidak peduli dengan perasaanku. Aku hanya peduli dengan kedua orang tuaku. Bagaimana caranya untuk membantunya dari masalah ini. Aku benar-benar merasa seperti anak yang tak berguna." ucap Qila nelangsa.

Rasya terdiam sejenak. Melihat situasi yang ada memang hal ini akan berdampak rugi besar untuk Papa Bagas apalagi sosoknya yang merupakan pengusaha besar tentu namanya akan menjadi pertaruhan dan buah bibir.

"Qila, jika ini membantu  maka ijinkan aku untuk menikahi kamu saat ini juga. Kamu bilang ingin membantu kedua orang tua kamu kan? yang penting pernikahan ini tetap berlangsung." ucap Rasya akhirnya.

"Tapi Rasya, aku tidak mau mengorbankan kamu atas masalahku." Qila tentu terkejut dengan keputusan nekad Rasya.

"Aku tidak keberatan Qila. Kita sudah kenal lama dan kamu tahu bagaimana aku. Pantang untuk mengingkari ucapanku." Rasya terus mencoba meyakinkan Qila.

"Rasya.. apa ini nggak apa-apa?" Qila masih merasa dilema. Satu sisi merasa tak pantas melibatkan Rasya tapi di sisi lain tak tega melihat kesedihan orang tuanya.

"Jawabannya hanya ya atau tidak. Tentukan itu Qila." Rasya menatap Qila dengan penuh keyakinan.

Qila tak langsung menjawab dan ada setitik keraguan. Namun saat penghulu yang menunggu tampak akan pergi barulah dia mengangguk.

"Baik Rasya, nikahi aku sekarang juga." ucap Qila akhirnya.

Rasya langsung menghela nafas lega. Entah ini bisa dibilang kesempatan dalam kesempitan namun nyatanya Rasya tak main-main akan keputusannya ini. Dan dia rasa ini adalah jawaban dari Tuhan atas doa-doa yang selama ini dia Langitkan.

"Om Bagas, Tante Nizma. Ijinkan saya menikahi putri anda saat ini juga, Saya bersedia menjadi calon suami untuk Qila." ucap Rasya tegas.

Tentu saja semua orang langsung terkejut dengan pernyataan Rasya, begitu pula dengan kedua orang tuanya.

"Rasya, kamu beneran dengan keputusanmu? jangan main-main ini pernikahan adalah ibadah yang sakral." tegur Papa Sean yang takut putranya hanya melakukannya tak sepenuh hati.

"Insyaallah aku yakin pa. Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku." Rasya pun meyakinkan papanya.

"Bagas, bagaimana?" Papa Sean pun akhirnya bertanya pada Papa Bagas soal keputusan Rasya.

"Rasya, om hanya nggak mau kamu melakukannya karena terpaksa." Papa Bagas tentu tak mau merugikan orang lain dalam masalah ini.

"Aku sama sekali tidak merasa dipaksa siapapun. Ini semua karena memang murni inisiatif ku sendiri. Jika om ragu, aku akan jelaskan bahwa aku masih single dan perjaka om. Bahkan duniaku selama ini hanya seputar pekerjaan dan tidak ada menjalin hubungan dengan wanita manapun." Rasya dengan apa adanya mengungkap tetang dirinya pada Papa Bagas.

Sementara Papa Bagas kini mendekat pada putrinya, dia ingin tahu pendapat putrinya secara langsung.

"Sayang, bagaimana dengan tawaran Rasya? apa kamu mau menerimanya? Kita sudah tahu bagaimana Rasya tapi itu semua kembali pada kamu yang menjalaninya. Papa tidak memaksa." ujar Papa Bagas.

"Insyaallah.. aku menerima Rasya menjadi calon suamiku pa." jawab Qila tanpa paksaan.

"Baiklah kalau begitu, Pak penghulu tolong nikahkan mereka berdua."

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!