Bab 15 Tentang keikhlasan

"Kok turun sendiri, Qila nya mana nak?" pertanyaan itu langsung diucapkan oleh Umma Nizma saat mendapati Rasya turun sendirian untuk makan malam.

"Qila sedang tidur Umma, tak tega jika membangunkannya. Biar nanti saya bawakan makan malam ke atas, boleh kan?" Rasya bertanya dengan sopan.

"Tentu boleh dong, nak Rasya sekali lagi terimakasih ya sudah menerima Qila. Umma tak bisa membayangkan bagaimana jadinya saat itu tak ada kamu. Kini Umma percaya jika kamu adalah jodoh terbaik untuk Qila." Umma Nizma merasa begitu beruntung memiliki menantu sebaik Rasya.

"Benar Rasya, Papa juga merasa begitu senang dan lega. Apalagi kalian tumbuh bersama sejak kecil jadi tahu satu sama lain. Papa yakin tidak sulit untuk kalian saling mencintai." Papa Bagas pun ikut menyahuti.

Rasya hanya tersenyum mendengarkan kedua mertuanya itu. Apalagi kelima adik iparnya juga ikut antusias membahas tentang dirinya dan Qila yang dianggap cocok. Semua tampak menyayangi Qila dengan sepenuh hati meskipun Qila bukan saudara kandung mereka.

Sejenak Rasya mulai mengingat ucapan Qila untuk tidak memberitahu aib di masa lalunya. Kini dia paham bagaimana perasaan keluarga mereka jika saja tahu kejadian buruk pernah menimpa Qila. Pasti hati mereka benar-benar hancur terutama Papa Bagas dan Umma Nizma yang sangat menyayangi Qila.

Akhirnya Rasya memilih untuk melanjutkan makan malamnya meski tenggorokannya terasa begitu berat untuk menelan makanan. Yang ada di pikirannya hanyalah Qila.

Selesai makan malam kini Rasya kembali ke kamar dengan membawa nampan berisi makan malam dan susu untuk istrinya. Saat memasuki kamar Rasya mendapati Qila yang masih tertidur pulas.

Dia mengusap lembut  pipi Qila yang masih terasa lembab karena air mata yang sejak tadi membasahi wajah cantiknya itu. Kelelahan menangis membuat Qila tertidur tanpa sadar.

"Sayang.. bangun dulu yuk. Makan malam dulu biar nggak sakit perutnya." Rasya mencoba membangunkan Qila dengan mengusap-usap pipinya.

Qila mulai menggeliat dan perlahan membuka kedua netranya. Wajah pertama yang dia lihat adalah Rasya dengan senyumannya yang meneduhkan.

"Makan dulu yuk." ucap Rasya lembut.

Qila pun perlahan bangkit dari tidurnya dan duduk bersandar di headboard.

"Awhh.." Qila memegangi kepalanya yang terasa pening.

"Pusing ya?" Rasya dengan khawatir mengusap puncak kepala Qila. Dan Qila pun mengangguk lemah.

Dia kembali menundukkan wajahnya. Merasa malu kepada Rasya.

"Kenapa kamu masih baik padaku? padahal aku sudah mengecewakanmu." Qila berucap sendu.

"Kamu bicara apa? sebagai suami sudah semestinya melayani dan membuat nyaman istri. Ayo dimakan dulu." Rasya menyuapkan makanan ke mulut Qila.

Qila menerima suapan itu dengan menahan tangis. Dia benar-benar terharu melihat sikap Rasya yang masih baik padanya meski sudah dikecewakan.

"Maafkan aku.. Rasya sungguh aku tidak keberatan jika kamu mencari wanita lain. Mumpung belum terlambat. Mumpung kita belum terlalu jauh." lagi-lagi Qila kembali membahas tentang masalahnya.

Rasya menghela nafas kasar sembari meletakkan piringnya kembali ke atas nakas. Dia menatap Qila dengan tajam.

"Qila, sudah ku bilang berapa kali bahwa aku tidak mau lagi membahas ini. Aku menerimamu sebagai istriku juga menerima segalanya tentang kamu. Tentang masa lalu dan semua kekurangan maupun kelebihanmu. Tolong jangan membahas ini terus jika tak ingin semakin terluka. Kubur masalah ini dalam-dalam dan jangan pernah mengingatnya lagi." pinta Rasya serius.

"Tapi Rasya.." Qila masih ragu dan takut jika saja Rasya menahan kecewa karenanya.

"Kita jalani masa depan ini bersama-sama dan jangan menoleh ke belakang lagi ya. Bisa kan?" Rasya meraih kedua tangan Qila dan menggenggamnya.

Qila pun mengangguk. Dia benar-benar seperti mendapatkan sebuah anugerah luar biasa. Ketakutannya selama ini akhirnya perlahan mulai berkurang dengan adanya Rasya yang menerima dirinya apa adanya.

Melihat istrinya yang lebih baik kini Rasya kembali menyuapinya. Dia melakukannya dengan begitu telaten. Sementara Qila juga merasa begitu senang. Tak menyangka mendapatkan suami sebaik dan sesabar Rasya.

Setelah menyelesaikan makan malamnya mereka saling mengobrol berbagi cerita tentang masa-masa setelah mereka terpisah. Rasya begitu senang melihat Qila yang kembali ceria meski tak sepenuhnya karena di dalam hatinya masih memendam rasa kesedihan dan Rasya bisa merasakan itu.

"Sudah malam loh ini. Tidur ya biar besok bangun bisa fresh. Kan katanya sepulang dari kampus mau menata apartemen biar cepat ditinggali." pinta Rasya.

Qila pun menurutinya. Dia mulai merebahkan diri dan mencari posisi nyaman. Tentu saja posisi itu ada di dalam pelukan Rasya.

"Good night cantik." Rasya mengecup kening dan mengusap kepala Qila hingga wanitanya itu benar-benar tidur dengan nyenyak.

***

Lafadzn dzikir terus Rasya lantunkan dalam hati dengan jemarinya yang mengulas satu persatu butir tasbih yang sejak tadi dia pegang. Berharap mencari ketenangan dan dan kedamaian sembari menatap bintang-bintang yang bertaburan di atas langit malam.

Setelah melakukan sholat malam Rasya memutuskan untuk duduk merenung di balkon kamar Qila. Hatinya masih saja diliputi kegundahan dan semakin lama perasaan itu terus mengganggunya.

Sejak Qila menceritakan kejadian buruk yang menimpa dirinya di masa lalu perasaan Rasya menjadi tak tenang. Bukan kecewa karena Qila pernah disentuh orang lain namun kecewa pada dirinya sendiri yang tak bisa menjaga wanita pujaan hatinya.

Hati Rasya teriris pilu membayangkan bagaimana Qila yang ketakutan dan sendirian menghadapi itu semua. Bagaimana selama ini dia mengatasi traumanya seorang diri. Dia berusaha ceria dan baik-baik saja didepan banyak orang padahal dalam hati dirinya menanggung sebuah luka.

Rasya begitu sakit meskipun hanya memikirkan saja. Kenapa semua itu harus terjadi pada wanita sebaik Qila. Kenapa harus dia yang mendapatkan musibah itu. Di saat hubungannya kembali membaik dengan Qila justru malah mendapat ujian lagi seperti ini.

"Ya Allah, semua ujianmu memang hanya Engkau yang tahu dan hanya Engkau yang mengerti. Aku tahu Engkau tidak akan memberi ujian ini diluar batas kemampuan kami. Tapi aku mohon Ya Allah bantu aku menghilangkan luka hati dan yang diderita istriku, berilah aku kekuatan agar bisa memberikan kebahagiaan dan menghapus kesedihan pada istriku. Aku tahu aku bisa dan mampu tapi tetap bimbinglah aku agar aku tak kesulitan menghadapi semua itu." Rasya terus bermunajat kepada Sang Pencipta. Baginya hanya satu-satunya pertolongan dari Allah yang bisa mengubah semua luka itu.

Setelah dirasa hatinya mulai tenang kini Rasya kembali menghampiri sang istri yang tertidur. Dia memeluk dan mengecupi puncak kepala Qila bertubi-tubi. Begitu sayangnya dia pada sang pujaan hati.

"Aku akan terus memperjuangkan tentang kita, tak peduli apapun halangannya karena perasaan cintaku tak pernah berubah dari dulu. Kamu adalah milikku sayang."Gumam Rasya ayang rupanya didengar oleh Qila.

Setelah Rasya mendapatkan posisi nyaman kini salah satu tangan Qila memeluk Rasya. Untuk pertama kalinya Qila membalas pelukan Rasya karena dia semakin yakin bahwa Rasya adalah pria terbaik yang dikirim Tuhan untuknya.

"Terimakasih Ya Allah, Engkau telah mengabulkan doaku. Engkau kirimkan sosok pria yang baik dan menerimaku apa adanya. Ya Allah apapun nasib buruk yang telah aku alami di masa lalu jangan jadikan itu sebagai prahara rumah tanggaku, justru jadikan itu sebagai penguat hubungan kami."

Tak ada yang bisa mendengar ungkapan hati seseorang dengan baik kecuali Sang Maha Pencipta.

****

"Sudah siap sayang?" Rasya membukakan pintu mobil untuk sang istri tercinta.

"Sudah, kamu juga sudah siap Mas?" pertanyaan Qila tak langsung dijawab oleh Rasya sebab sebuah panggilan yang cukup mengusik dirinya.

"Mas?" Rasya membenarkan.

"Hmm.. boleh kan panggil Mas? kan kamu setahun lebih tua dariku. Dan ingin lebih menghormati suamiku ketimbang hanya memanggilnya dengan nama saja." Qila tersenyum manis.

"Boleh.. boleh banget dong sayang. Makasih ya." Rasya yang begitu senang pun langsung meraih dagu istrinya dan mengecupnya dengan lembut. Bagaimana tak senang coba jika pemandangan setiap hari adalah memandang bidadarinya yang cantik begitu.

"Nanti kamu semangat ya ngajarnya. Kalau sempat kita makan siang bareng." Rasya juga sudah mulai aktif ke kantor, beruntungnya jarak kantor dan kampus tempat Qila mengajar juga tak jauh.

"Kalau Mas sibuk nggak usah dipaksa. Nanti sore kan kita pulang ketemu lagi. Daripada bolak balik kan?"

"Hmm.. ya juga sih. Sebenarnya cuma pengen lihat keadaan kamu di kampus." gumam Rasya.

"Memangnya aku kenapa?"

"Kamu kan cantik, pasti banyak mahasiswa yang suka sama kamu." Rasya berucap dengan bibir yang cemberut.

"Mas.. lucu deh kamu. Cemburu?" Qila tersenyum geli melihat ekspresi sang suami.

"Mas, nggak perlu khawatir soal itu. Kan aku udah ada pawangnya. Seganteng ini lagi." Qila meraih tangan kiri Rasya yang menganggur lalu mengecupnya.

"Aaaa... meleleh dong dipuji ganteng sama bidadari." keduanya pun terkikik. Pagi yang indah dihiasi dengan canda tawa.

Sebesar apapun masalahnya jika dibicarakan dan sama-sama ikhlas semua akan berubah menjadi indah. Karena masalah ada bertujuan untuk menguatkan sebuah hubungan.

...****************...

Terpopuler

Comments

ᵗⓂ༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

ᵗⓂ༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

semoga pernikahan kalian langgeng dan saling menguatkan disaat ada badai yang menghadang..

2024-04-03

0

ᵗⓂ༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

ᵗⓂ༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

syukurlah rasya menerima segala kekurangan dan kelebihan qilla.. semoga hubungan kalian makin dekat yess..

2024-04-03

0

Valen Angelina

Valen Angelina

karna cinta mana rasya peduli kesucian Qila.. apa lagi itu bukan Qila lakukan karna sengaja.. tapi karna diperkosa.. didunia nyata juga bnyak laki2 seperti ini.. menerima pasangannya dgn tulus wlupun sudah gak suci...

2024-04-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!