Bab 12. Sebuah insiden

"M-mas Alvian.." Qila jelas sangat terkejut melihat pria yang memanggilnya.

"Qila.. aku ingin bicara sama kamu." Alvian menatap lurus Qila. Dia tak peduli akan keberadaan Rasya di antara mereka.

Qila tak langsung menjawab dan hanya terdiam. Dia lantas mengeratkan genggaman tangannya pada Rasya.

Rasya merasakan kegelisahan yang dialami Qila. Dia pun membalas genggaman itu dengan usapan lembut ibu jarinya.

"Nggak ada yang perlu dibicarakan lagi. Diantara kita sudah tidak ada urusan apapun." jawab Qila yang kemudian mengajak Rasya untuk pergi.

"Qila, semudah itu kamu berpaling dengan pria lain. Seharusnya itu adalah pernikahan kita. Atau jangan-jangan memang sejak awal kalian sudah mengatur itu semua?" Alvian masih tak terima jika Qila menikah dengan pria lain.

Qila dan Rasya yang sudah berbalik langsung menghentikan langkahnya. Genggaman tangan Rasya langsung dia urai kemudian tangannya berubah mendekap bahu Qila. Dia merapatkan tubuh Qila dan kemudian membalikkan badannya.

"Apa yang saya dengar apa tidak salah? bukankah yang sejak awal memiliki hubungan gelap adalah anda?" Rasya berucap dengan tajam.

"Kau tak ada urusannya denganku. Aku hanya ingin bicara dengan Qila." Alvian merasa tak suka saat Rasya yang menjawabnya.

"Urusan apapun yang berhubungan dengan istriku maka juga menjadi urusanku. Benar kan SAYANG?" Rasya sengaja menekan kata 'sayang' dan menatap Qila dengan senyuman penuh cinta.

Qila langsung mengangguk sambil membalas senyum Rasya.

"Sayang, aku laper.. kita cari makan aja yuk." Qila sengaja berucap manja pada Rasya.

"Yaudah ayo.." Rasya pun kembali melanjutkan langkahnya.

"Saya permisi." Rasya tetap sopan terhadap Alvian meski dalam hati ingin sekali memberi bogem mentah pada wajah pria itu.

Alvian sendiri kini hanya bisa mengeratkan rahangnya. Dia benar-benar merasa kesal terhadap Qila yang dia anggap tak menghargainya.

Sedangkan Qila sendiri kini diliputi rasa bersalah terhadap Rasya. Dia tak ingin membuat Rasya menjadi kesal karena pertemuannya dengan Alvian.

Meski tak melihat gelagat aneh dari Rasya tetap saja Qila merasa tak enak hati. Mereka sudah berada di restoran lain. Sementara menunggu makanan datang Qila pun memulai pembicaraan dengan Rasya.

"Rasya, maaf ya." ucap Qila lirih.

"Kenapa minta maaf?" tanya Rasya.

"Karena kejadian tadi pasti bikin kamu nggak nyaman." ujar Qila.

"Aku nggak peduli kok, justru aku khawatir sama kamu. Kamu nggak apa-apa?" Rasya meraih tangan Qila lalu menggenggamnya lembut.

"Selama ada kamu pasti aku nggak akan kenapa-napa." Qila tersenyum manis. Dana jawaban itu pun sukses membuat hatinya membuncah.

"Duh.. gawat ini. jantungku pasti aman kan?" Rasya tersenyum penuh arti.

"Kenapa?" Qila yang tak paham pun jadi penasaran.

Rasya meraih tangan Qila dan membawanya tepat di dadanya.

"Kamu bisa rasakan jantung aku berdebar kencang kan?" ucap Rasya.

Sementara Qila sendiri entah kenapa menyentuh tubuh Rasya membuatnya salah tingkah sendiri. Memang selama ini dia tak pernah banyak melakukan kontak fisik. Hanya sebatas pegangan tangan dan pelukan pun sangat jarang.

Buru-buru Qila menarik tangannya karena tak ingin wajahnya semakin blushing. Bisa-bisa Rasya akan meledeknya nanti.

"Udah ah jangan berlebihan. Itu berdebar pasti karena kamunya laper belum makan." Qila berkilah.

Rasya hanya menyengir saja karena dia tahu bahwa Qila juga sedang salah tingkah. Satu hal yang membuat Rasya semakin senang karena Qila kini sudah tak terlalu jual mahal padanya. Dan gadis itu juga lebih terbuka terhadap dirinya.

Selesai dengan acara berbelanja kini Qila berniat untuk mampir ke kediaman kakek dan neneknya yang merupakan orang tua Umma Nizma. Dan dia ingin mengajak Rasya berkunjung untuk pertama kali setelah menikah.

Saat berjalan di parkiran basement mall Rasya merasa ingin buang air kecil sehingga meminta Qila untuk menunggu di mobil.

"Sayang sebentar ya kebelet banget, tunggu di dalam mobil aja." Rasya pun menyerahkan kunci mobilnya pada Qila dan dia berlari buru-buru ke toilet.

Qila sendiri mulai membuka pintu mobil tersebut. Namun baru saja dia hendak masuk ke dalam mobil tiba-tiba seseorang menariknya ke belakang hingga dia hampir terjengkang.

Saat dia menoleh dia sangat terkejut mendapati Alvian yang ternyata melakukan itu.

"Lepas.. mau ngapain kamu?" Qila memekik panik.

"Sudah ku bilang aku ingin bicara sama kamu Qila." Alvian terus mencengkeram lengan Qila hingga gadis itu kesakitan.

"Nggak.. aku nggak mau bicara sama kamu. Lepasin.. Toloongg..." Qila terus berusaha meronta.

"Percuma minta tolong disini nggak ada siapa-siapa." Alvian menyeringai puas karena keadaan basement saat itu sedang sepi. Apalagi letak mobil Rasya yang berada di ujung memudahkan aksi nekatnya.

Qila begitu takut melihat Alvian yang nampak marah begitu. Rasa bencinya kini bahkan menjadi berkali lipat.

"Ayo ikut aku Qila, kamu cuma milikku dan aku nggak rela kamu dimiliki pria lain." Alvian terus berusaha menyeret Qila meski gadis itu juga sekuat tenaga menolaknya. Dia bahkan sampai berpegangan kuat pada tiang basement agar Alvian gagal membawanya.

"Aku nggak akan pernah mau ikut pria jahat sepertimu, aku sangat membencimu Alvian." Alvian yang sudah habis kesabarannya pun kini langsung menampar Qila karena kesal.

PLAKK..

"Awwhh.." Qila memekik kesakitan saat tangan besar itu menampar wajahnya. Seumur hidupnya dia belum pernah mendapatkan perlakuan seburuk ini.

"KURANG AJAR."

BUUGHH..

Tubuh Avian langsung terpelanting setelah mendapatkan serangan dari Rasya. Rasya sendiri yang sudah selesai dari toilet melihat istrinya dari kejauhan tengah diperlakukan buruk oleh Rasya. Tentu saja Rasya langsung murka.

Alvian melihat kedatangan Rasya pun tampak menyeringai sinis. Dia hendak melawan namun sebelum gerakannya mengenai Rasya lebih dulu pria itu mendapatkan balasannya.

Jangan diremehkan bagaimana lihainya Rasya dalam hal bela diri. Dia bahkan pemegang sabuk hitam sejak usianya masih lima belas tahun. Melawan orang sok jagoan seperti Alvian jelas bukan tandingannya. Darah Allidra mengalir dalam dirinya.

Sejenak Rasya melihat Qila yang sedang menangis bersimpuh di lantai basement membuat emosi Rasya kembali memuncak. Seolah sedang kalap Rasya terus membalas Alvian seperti orang yang kesetanan.

"Rasya... stop.. sudah.. dia bisa mati." Qila berusaha melerai Rasya.

Hingga beberapa orang dan petugas keamanan datang ikut melerai keduanya. Jangan ditanya keadaan Alvian saat ini seperti apa. Tampangnya benar-benar mengenaskan tak berdaya.

"Berani lo sentuh istri gue lagi gak segan-segan gue bikin lo lebih parah dari ini." Ucap Rasya bengis.

***

Papa Bagas saat ini sedang menemani istrinya merawat tanaman hias di halaman rumah. Tiba-tiba dikejutkan oleh dering telepon di ponselnya.

"Qila telepon.. ada apa ya?" gumam Papa Bagas.

"Diangkat dulu Pa, siapa tahu penting." ucap Umma Nizma.

"Halo, Assalamualaikum Qila, ada apa sayang?" ucap Papa Bagas.

"Waalaikumsallam, Papa.. tolong Papa bisa kesini? Qila sama Rasya ada di kantor polisi.. hiks.. hiks.." terdengar suara Qila yang begitu kalut juga isak tangisnya langsung membuat Bagas terkejut.

"Loh.. ada apa kak? kenapa di kantor polisi?" ucap Papa Bagas panik.

"Ada masalah pa.. tolong kesini dulu.." Qila pun tak mampu menjawab banyak. Ini pertama kalinya dirinya terlibat masalah dengan polisi membuatnya panik setengah mati.

"Ada apa Pa?" Tanya Umma Nizma.

"Qila sama Rasya katanya dapat masalah dan sekarang mereka di kantor polisi. Sayang ayo temani aku kita datangi mereka." pinta Papa Bagas.

Sementara itu di kantor polisi Qila tak bisa berhenti menangis. Dia sangat takut apalagi sejak tadi Alvian terus menatapnya dengan tajam.

"Sayang, semua akan baik-baik saja." Rasya justru bersikap lebih santai.

"Aku nggak mau kamu dipenjara. Aku nggak mau jauh lagi sama kamu." Tangis Qila semakin pecah. Rasya yang merasa tak enak hati dengan orang-orang di dalam kantor polisi tersebut pun segera mendekap istrinya sambil mengusap punggungnya agar lebih tenang.

Alvian sendiri yang saat ini wajahnya sudah babak belur hanya bisa menatap kedua pasang pengantin baru itu dengan tatapan sinis.

Papa Bagas dan Umma Nizma barus aja sampai di kantor polisi langsung menghampiri Rasya dan Qila.

"Ada apa ini?" tanya Papa Bagas dengan raut khawatir.

"Umma..." Qila tak mengatakan apapun dan hanya menangis sambil merengek ke pelukan Umma Nizma.

"Menantu baru Om menyerang saya hingga seperti ini om. Itu ulahnya." Alvian langsung menyahut dengan rasa kesalnya.

"benar begitu Rasya?" Papa Bagas pun langsung mencari kebenarannya.

"Iya Pa, benar aku yang melakukannya." Bukannya mengelak Rasya justru berkata jujur.

Papa Bagas langsung menatapnya tajam sambil mengepalkan tangannya.

...****************...

Terpopuler

Comments

Nur Lizza

Nur Lizza

Vian Vian Uda kamu yg JHT coba membalikkan fakta

2024-04-13

0

Zahbid Inonk

Zahbid Inonk

wey Alvian ckckckck 🤦 udah salah bikin ulah ga tau diri banget

2024-03-30

1

Lusi Hariyani

Lusi Hariyani

tlg up y rutin kakak...

2024-03-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!