Bab 10. PDKT dulu

"Beneran ya Qila mau menerimaku? mau membuka hati untukku?" Rasya kembali mengulangi pertanyaannya. Rasanya terlalu senang sampai-sampai kata itu penuh di dalam otaknya

"Iyaa.. Rasyaa.." Qila jadi gemas sendiri melihat sosok pria di depannya itu.

Rasya di mata orang-orang adalah pria muda yang cool dan serius apalagi jika sudah berhubungan dengan pekerjaan. Namun saat ini yang Qila lihat adalah Rasya dengan wajah imut dan berbinar persis seperti saat SMP dulu.

Senyum lebarnya yang menampilkan gigi kelincinya itu memang membuat kadar ketampanannya semakin bertambah saja.

"Jadi kalau begitu boleh dong kalau gini." Rasya mulai mendekatkan wajahnya hendak mencium bibir Qila.

"Eits, tunggu dulu.. nggak secepat itu ya." Namun dengan cepat Qila langsung menahannya.

"Lah terus gimana dong?" Rasya sedikit kecewa dengan penolakan Qila.

"Ya walaupun aku buka hati buat kamu, bukan berarti langsung main nyosor gitu, kita butuh pendekatan dan saling mengenal satu sama lain." ujar Qila.

"Hmm.. maksudnya PDKT gitu bahasa kerennya?" Rasya tampak berpikir sejenak.

"Iya.. bisa juga begitu." jawab Qila malu-malu.

"Baiklah, kita PDKT berarti seperti orang yang pacaran. Kita jalan bareng, kencan, terus apa lagi ya?" Rasya tampak berpikir.

"Kamu pernah pacaran ya?" selidik Qila.

"Nggak pernah, maka dari itu aku juga bingung. hehe.." Rasya pun menyengir.

"Serius kamu belum pernah pacaran?" Rasanya seorang Rasya dengan berjuta pesona seperti itu tak mungkin jika tak berpacaran apalagi selama ini dia tinggal di luar negeri.

"Serius Qila.. kan pacaran itu dilarang di agama kita. Mendekati zina." Rasya yang memiliki dasar keimanan yang kuat tentu paham betul akan apa yang diperbolehkan dan tidak dalam agama.

"Tapi.. perempuan yang kamu sukai pasti ada kan?" Qila pun masih penasaran.

"Ada.. dan aku masih menyukainya sampai sekarang." jawaban Rasya tentu membuat Qila menjadi serba salah.

"Maaf ya.. gara-gara aku kamu jadi nggak bersatu dengan dia." ucap Qila sendu.

"Nggak masalah, aku yakin dia juga bakal bahagia kok hidupnya." jawabnya santai.

"Kok kamu bisa sesantai itu sih? aku justru yang merasa bersalah karena pisahin kamu sama dia." Qila tak habis pikir dengan sikap Rasya yang seolah tak pernah ada beban.

Sementara Rasya hanya menjawabnya dengan cengiran saja. Bagaimana tak santai jika gadis pujaan hatinya kini telah jatuh dalam pelukannya. Bahkan dia sudah berhasil menjadikan istri dan akan dia miliki untuk selamanya.

"Udahlah.. nggak usah dipikirin. Aku lagi bahagia tau." Rasya meraih tangan Qila untuk dia kecup.

"Tunggu aku buktikan kalau aku mampu jadi suami yang baik buat kamu. Takdir sudah membawa kita sejauh ini jadi jangan sia-siakan kesempatan ini." pinta Rasya.

"Insyaallah aku akan menjalankan pernikahan ini dengan serius. Rasya sekali lagi terimakasih untuk semuanya." Rasanya berterimakasih setiap saat tak akan cukup untuk Qila.

Rasya pun meraih tubuh Qila dan dia bawa ke dalam pelukannya. Qila pun menurut saja tak menolak.

"Qila, satu hal yang ingin aku lakukan untukmu adalah membahagiakanmu. Jadi, aku minta jangan pernah kamu menoleh ke belakang lagi. Cukup fokus dengan kita saja, hanya ada aku dan kamu. Ngerti kan?" pinta Rasya.

Qila pun mengangguk. Dia setuju dengan apa yang dikatakan Rasya. Cukuplah dia memikirkan tentang masa depannya saja. Karena menyimpan kesedihan akan masa lalu hanya akan menimbulkan penyakit hati.

Bukan Rasya namanya jika tak jahil. Di kesempatan ini saat Qila asyik dengan pikirannya dia pun segera mencuri satu kecupan singkat di bibir Qila.

CUPP..

Qila yang terkejut langsung membulatkan netranya. "Rasyaaa.. nakal ih.." Qila langsung memukul Rasya namun tak kena karena suaminya itu langsung menghindar.

"Manis gitu masak dianggurin." goda Rasya sambil menjilat bibirnya sendiri.

"Hiihh.. dasar jahil. Masih sakit juga." Qila pun langsung merona wajahnya. Dia benar-benar malu dengan tindakan Rasya.

Qila yang salah tingkah langsung pergi membereskan mangkuk dan gelas bekas makanan Rasya tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Melihat itu membuat Rasya jadi merasa bersalah. Apalagi istrinya jadi pendiam padahal niatnya hanya ingin menggoda saja.

"Apa dia marah?" Rasya jadi panik sendiri.

Dia pun akhirnya nekat keluar kamar dan turun ke lantai bawah meski kepalanya masih terasa sedikit pusing.

"Loh, kok kamu sudah kesini? memangnya sudah baikan? istirahat dulu saja kalau masih sakit Rasya." Papa Bagas yan kebetulan berpapasan dengan Rasya di tangga.

"Tidak apa-apa kok Pa, bosan saja di dalam kamar. Kalau boleh tahu Papa lihat Qila nggak?" tanya Rasya.

"Ada itu di bawah lagi ngobrol sama adik-adiknya." ujar Papa Bagas.

"Oh ya, kalau begitu saya ke bawah dulu Pa." jawab Rasya.

"Ya, hati-hati." ucap Papa Bagas yang melanjutkan naik tangga.

Sampai di bawah rupanya Qila sedang bercengkrama dengan kelima adiknya. Juga ada Umma Nizma yang ikut menemani mereka.

"Kakak wajahnya merah kenapa? tertular penyakitnya kak Rasya ya?" celetuk si bungsu Zidan.

"Enggak kok. Kakak nggak sakit lagian Kak Rasya itu hanya demam dan kecapekan saja jadinya nggak mungkin nular." Qila cepat-cepat membenarkan.

"Tapi katanya kalau demam terus dekat-dekat jadi ikutan demam. Pasti kakak habis deket-deketan sama kak Rasya ya." Zaira si paling sok tahu, adik ke empatnya pun ikut menyeletuk.

"Zaira.. kan Kak Qila memang sudah menikah dengan Kak Rasya jadi ya wajar aja dong mereka deketan kan sudah sah. Justru nambah pahala tahu, benar kan Umma?" Zayyan, adik pertamanya yang paling dewasa pun menyahuti.

"Benar, kan kakak kalian sudah menikah. Dan sudah seharusnya saling berdekatan apalagi Kakak ipar kalian sedang kurang enak badan." Umma Nizma menjelaskan sambil mengusap lembut kepala Zayyan yang selalu bermanja dengan tidur di pangkuan umma nya.

"Udah dong.. bahas yang lain aja kenapa sih.." Qila pun jadi gemas sendiri karena sejak tadi adik-adiknya selalu saja membahas dirinya. Hanya Zayn dan Zaina saja yang sejak tadi anteng karena sibuk memasang puzzle.

Melihat Qila yang sedang asyik mengobrol dengan adik-adiknya pun membuat Rasya urung menemuinya. Dia hendak berbalik namun rupanya justru kembali bertemu Papa Bagas.

"Loh, Rasya mau kemana? sudah ketemu dengan Qila." anya Papa Bagas.

"Eh, itu Pa. Belum." Rasya serba salah mau berucap.

"Ya sudah ayo gabung mereka. Kamu jangan sungkan kita semua keluarga." Papa Bagas pun mengajak Rasya bergabung. Qila yang mengetahui kedatangan suaminya sedikit terkejut.

"Loh, Rasya kok turun? memangnya sudah enakan?" Tanya Umma Nizma.

"Sudah lumayan Umma, bosan di kamar sendirian." jawab Rasya sambil melirik Qila.

"Oh, ya sudah gabung sini saja, tapi maklum ya kalau anak-anak suka bikin bising." ujar Umma Nizma.

"Tidak apa-apa Umma, justru disini enak rasanya ramai terus." Rasya memang terbiasa hidup terpisah dengan keluarganya. Dia mandiri tinggal di apartemen.

Saat mereka asyik mengobrol kini Rasya berniat mengutarakan keinginannya sekaligus minta izin kepada Papa Bagas dan Umma Nizma.

"Pa, Umma.. sebelumnya Rasya minta maaf. Tapi jika boleh Rasya ingin mengajak Qila tinggal berdua secara mandiri. Kebetulan saya sudah menemukan tempat yang cocok. Apartemen yang lokasinya lebih dekat dengan kampus Qila dan juga kantor tempatku kerja." ujar Rasya.

Qila pun ikut terkejut dengan ucapan suaminya itu. Tapi sebagai seorang pasangan ang sudah menikah memang baiknya tinggal terpisah dan mandiri.

"Papa dan Umma terserah kalian saja. Kalian yang menjalani dan kami hanya bisa mendoakan yang terbaik. Juga kalau butuh apa-apa jangan sungkan buat minta bantuan kami." ujar Papa Bagas.

"Alhamdulillah terimakasih Pa, Ini juga masih disiapkan. Rencananya kalau tidak sibuk saya mau ajak Qila meninjau lokasi apartemen itu. Mau kan Qila?" tanya Rasya.

"i-iya.. terserah." ditatap oleh Rasya membuat Qila jadi gugup sendiri. Dia masih teringat ciuman tiba-tiba yang dilakukan Rasya tadi.

"Jadi Kak Rasya mau bawa pergi Kak Qila? Kak Qila nggak akan tinggal sama kita lagi?" Zidan si bungsu kembali menyeletuk.

"Zidan, kan sudah semestinya kakak ikut suami." jawab Qila.

"Ah, nggak seru, aku benci kak Rasya." Zidan yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar pun belum begitu paham akan pernikahan dan rumah tangga. Dia yang paling dekat dengan Qila dan mendengar kakaknya yang hendak pindah rumah membuatnya sedih.

...****************...

Terpopuler

Comments

Nur Lizza

Nur Lizza

😊😊😊

2024-04-13

0

Winarti Winarti

Winarti Winarti

mana up nya thor

2024-03-27

0

𝘛𝘳𝘪𝘚

𝘛𝘳𝘪𝘚

lanjuuttt

2024-03-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!