PART 018

Selamat membaca,,,

[GUS LUKMAN & SYAFA]

Sore tadi Ning Fitri telah tiba di pesantren Al Ikhlas dia akan mulai mengajar pada malam hari setelah sholat maghrib, dan ia tinggal di kamar pembina santri putri.

Sebenarnya Ning Fitri ini niat ingin tinggal di ndalem alasannya karena dia ingin bertemu setiap saat oleh Gus Lukman, tapi dia tidak mengutarakan itu, namun dengan kebijaksanaan Kiyai zaen yang mengatakan Ning Fitri ini seorang pembina di disini bukan sebagai tamu yang bisah tinggal di ndalem apa lagi jika hanya alasan bawah iya dan ayahnya adalah sahabat.

Dengan keputusan itu Gus Lukman merasa lega, ia pun tidak ingin Ning Fitri tinggal di ndalem bukan karena ia tidak suka hanya saja dia sudah memiliki istri dan ia tidak ingin timbul berita yang tidak-tidak, walaupun kabar perjodohannya  batal hanya beberapa orang yang tau.

Saat ini santri putri sedang mengantri untuk mandi, di asrama putri menggunakan kamar mandi yang berisi tiga kolam bak mandi didalam satu ruangan yang luas namun tertutup dan itu berada di lantai satu. Mereka mengantri karena tidak cukup.

Saat ini Syafa dkk, masih mengantri karena mereka tadik tidur saat selesai sholat ashar, ya walaupun tidur soreh itu tidak baik namun mereka tidak mampu menahan rasa ngantuk dan berakhir mereka antri untuk mandi.

"Coba tadik ngak ngajak tidur kita ngak perlu antri," Ujar Anjani menenteng gayung dan alat mandinya.

"Ih, yaudah sihh nasih udah jadi bubur nikmat ajah antriannya," Sahut Syafa.

"Ho'o, dinikmati antriannya hhh," Celetuk Syafa yang duduk di bangku yang di sediakan disana.

Mereka mandi dengan memakai sarung sebagai basahannya kok, dan saat mereka datang atau mereka sudah selesai mandi, mereka tetap akan menutup aurat dengan rapat karena biar bagaimana pun mereka harus tetap menutup aurat nya.

"Tenang kawan, masih lama radio masjid bunyi," Ucap Anjani yang sudah duduk di sebelah Syafa.

"Eh itu udah ada yang kosong, aku deluan yah," Ujar Isyana sambil menuju tempat yang kosong tampan melihat temannya.

"Woke," Jawab keduanya.

"Nanti kita ada kajian apa?" Tanya Anjani pada Syafa.

"Yang kelas X dan XI mereka kitab Shorof kalau tingkatan kita tadarus seperti biasa," Jawab Syafa.

Anjani yang mendengar itu hanya mengangguk tanda mengerti ucapan Syafa.

"Eh itu udah ada yang kosong," Tunjuk Anjani sambil bangkit dari tempat duduknya.

"Kamu ajah deluan itu cuman muat satu orang," Jawab Syafa.

"Ngak apa-apa nih?" Ujar Anjani memastikan.

"Iya ngak apa-apa, deluan sana," Kata Syafa.

Setelah itu Anjani pergi dan Syafa masih duduk, saat melihat sekitarnya hanya tinggal ia yang mengantri. Tak berselang lama Isyana selesai mandi dan Syafa segera ketempat Isyana untuk mandi.

Kedua temannya sudah selesai mandi dan ia tinggal sendiri di sini, dia sedikit mempercepat pergerakan nya takut di hukum belum lagi dia akan menaiki tangga dan turun tangga lagi.

Clek

Saat membuka pintu kamar dia melihat kedua temannya yang sudah rapih dan siap.

"Kita tunggui kamu, cepat pakai baju," Ucap Isyana yang melihat Syafa buru-buru.

"Ok deh," Jawabnya.

Tak berselang lama Syafa sudah siap dengan pakaian nya, santri putri wajib memakai mukenah putih saat sholat maghrib sampai subuh, begitu pun dengan santri putra yang wajib mengenakan baju kokoh putih, sarung putih, dan kopiah putih serta sorban putih, selain dari itu saat sholat dzuhur dan asar mereka bebas memakai warna apapun asalkan menutup aurat.

"Ayok, udah siap," Ujar Syafa yang sudah rapih dengan mukenah putih serta sajadah putih dan jangan lupa tasbi yang selalu santri bawa.

"Yaudah ayok entar telat lagi," Kata Anjani sambil berjalan keluar di ikuti oleh ke dua temannya.

"Ayok,"

Saat hendek keluar dari halam asrama putri Syafa merasakan ada yang kurang tapi dia tidak tau apa yang kurang.

"Eh tunggu dulu!," Tuturnya menghentikan kedua langkah temannya.

"Apa sih Syafa! Tuh liat pembina udah nungguin," Kata Isyana pada Syafa yang terlihat menatap ke tangan ke dua temannya.

"Astaghfirullah, ana lupa bawa Al qur'an aduh!" Kata Syafa panik, bagaimana mungkin ia lupa dengan benda yang sangat penting itu astaga.

"La ilaha illallah Syafa!" Geram kedua temannya.

"Aduh, kalian deluan ajah deh, ana mau balik ambil Al qur'an dulu," Ucapnya sambil menyerahkan sajadah nya pada Anjani.

"Yaudah, kita tunggu di masjid jangan sampai telah yah," Kata Anjani bagaimana bisah temannya ini lupa membawa benda penting itu pikir nya.

"Oke deh, dah aku ke asrama dulu assalamu'alaikum," Ujar Syafa pamit sambil berlari kecil takut tidak sempat sampai di masjid nanti dan berakhir diri nya dihukum lagi.

"Jangan lari Syafa, wa'alaikum salam warahmatullahi wabarokatuh," Jawab keduanya.

Setelah itu keduanya berjalan ke masjid yang sudah banyak santri yang berdatangan petugas keamanan berdiri di setiap sisi depan pintu masuk masjid untuk melihat siapa yang lambat.

"Semoga ajah Syafa ngak lambat yah," Kata Isyana yang sudah duduk menyisakan tempat duduk untuk Syafa di sebelah nya, sedangkan Anjani duduk di sebelah juga jadi, ia duduk di tengah-tengah keduanya sedangkan Syafa duduk di tempat ujung dekat dinding.

"Iya, mudah-mudahan," Jawab Anjani.

Di lain tempat Syafa baru saja sampai sampai di kamarnya berusaha mengatur nafas nya yang ngos-ngosan, bagaimana tidak ngos-ngosan ia lari dari halaman asrama putri yang luas itu lalu lari menaikan tangga sampai lantai tiga jelas ia kelelahan dan keringat kecil membanjiri pelipisnya.

"Masya Allah, capek," Kata Syafa yang hendak kembali menuruni tangga asrama.

Sedangkan suara iqomah mulai terdengar, ia berusaha mempercepat langkahnya yang kecil agar tidak terlambat walaupun dia sudah terlambat.

"Aduh semoga ngak ada petugas keamanan disana," Cicitnya sambil berjalan cepat.

"Ya Allah Syafa capek," Lanjutnya lagi.

Saat sudah sampai di depan masjid dia berusaha mengatur nafas nya dan untung saja semua petugas keamanan sudah masuk ke dalam masjid untuk sholat berjamaah, saat hendek masuk ke dalam masjid dia di kaget kan dengan mata tajam seorang laki-laki yang dia kenal.

"Kham, terlambat lagi?" Tanya Gus Lukman sambil menatap tajam perempuan di depan nya ini.

"Eh astaghfirullah Gus kaget tau!" Jawab Syafa yang masih berdiri di depan teras masjid sedangkan Gus Lukman berada di atas teras masjid.

"Astaga Syafa! Kau ini!" Geram Gus Lukman pada istrinya.

"Aduh Gus afwan, kalau mau hukum Syafa nanti yah udah lambat satu rokaat nih," Ujar Syafa sudah berada di depan suaminya.

"Baiklah masuk segera, tapi selesai sholat temui saya paham!" Kata Gus Lukman.

"Na'am Gus," Jawab Syafa lalu masuk ke dalam masjid untung saja kedua temannya mengambil tempat seperti biasa dimana lagi kalau bukan barisan belakang dekat dinding.

Gus Lukman pun ikut masuk lewat pintu putra lalu memulai sholat berjamaah.

Tadik dia pun terlambat untuk ke masjid, saat hendak masuk kedalam masjid dia tidak sengaja melihat santri putri yang ter buru-buru ke masjid namun saat perempuan itu semakin dekat dia malah melotot kan mata tajamnya saat tau siapa perempuan itu dia adalah Syafa sang istrinya.

###

Selesai sholat berjamaah semua santri mencari pembina masing-masing untuk belajar, yang belajar shorof kelas X pembina sementara ialah Ning Fitri, lalu yang belajar kitab matan yaitu kakaknya kitab shorof pembina nya ustadz Brama lalu yang belajar tadarus itu bagian ustadz Kalasa yang diajar kelas XII semua.

Saat ini Syafa dkk dan santri lainnya sudah duduk rapi begitupun dengan santri putra mereka tetap ada tirainya sebagai penghalang.

"Tadik ngak ada yang dapat kamu kan?" Tanya Anjani duduk di sebelah Syafa.

"Alhamdulillah," Jawab Syafa tersenyum lebar pada kedua temannya.

"Syukur deh," Sahut Isyana merasa legah karena temannya tidak dihukum.

"Alhamdulillah ada yang liat maksud ana," Lanjut Syafa yang membuat ke dua temannya menatap dengan terkejut.

"Astaghfirullah, baru saja bersyukur biar tidak kufur malah tersungkur," Jawab ke dua temannya dengan bersamaan.

"Kompak banget sih," Ujar Syafa kagum dengan kedua temannya.

"Santai banget sih!" Jawab kedua temannya lagi.

"Hhh iyalah bawa santai ajah," Jawab Syafa kelewatan santai walau dalam hati ia berdo'a semoga saja suaminya itu tidak menghukum nya dengan berat semoga saja batinnya.

Tak berselang lama ustadz Kalasa datang dengan duduk di depan santri-santrinya.

"Baiklah sebelum mulai Syafa ada?" Tanya ustadz Kalasa mencari sosok istri dari temannya itu.

"Hadhiroh ustadz," Jawab Syafa mengangkat tangannya tinggi.

"Ah na'am Syafa, anty dipanggil Gus Lukman di suruh menghadap,"

"Ha! Sekarang ustadz?"

"Iya Syafa sekarang!"

"Na'am ustadz, tapi Gus Lukman dimana?"

"Tuh ada seblah sana langsung kesana saja yah,"

"Na'am ustadz"

Lalu Syafa berdiri berjalan ke arah dimana shaf laki-laki saat mengerjakan sholat, Gus Lukman ada disana duduk bersandar pada dinding sambil memegang al qur'an ditangannya, saat sudah sampai disana Syafa langsung duduk sedikit jauh dari hadapan Gus Lukman.

"Assalamu'alaikum Gus?" Salam Syafa.

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarokatuh, kenapa duduk jauh sekali? Dekat sedikit kesini Syafa,"

"Na'am Gus,"

"Kenapa tadik lambat ke masjid?"

"Syafa lupa bawa al qur'an jadi Syafa balik lagi ke asrama buat ambil,"

"Teledor sakali kamu Syafa,"

"Afwan Gus,"

"Sekarang hukuman kamu setor hafal kepada saya, kalau ada yang salah saya tambah hukuman kamu,"

"Ih apa sih Gus! Kalau salah itu berarti lupa, Syafa ngak mau ditambah hukuman,"

"Ngebantah kamu sama saya?"

"Tidak Gus, tapi ah tau deh!"

"Ok, sekarang mulai hafal kan,"

Syafa mulai memposisikan dirinya dengan nyaman agar ia fokus. Sedangkan Gus Lukman merasa senang saat bisah mencuri sedikit kesempatan ini.

"Syafa mau setor surah Al-Waqiah Gus,"

"Baiklah, mulaikan,"

"A'uudzu billaahi minasy-syaithaanir-rajiim. Bismillaahirrahmaanirrahiim"

"izaa waqo'atil-waaqi'ah"

"Apabila terjadi hari Kiamat,"

"laisa liwaq'atihaa kaazibah"

"terjadinya tidak dapat didustakan (disangkal),"

"khoofidhotur roofi'ah"

"(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),"

"izaa rujjatil-ardhu rojjaa"

"Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya,"

"wa bussatil-jibaalu bassaa"

"dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya,"

"fa kaanat habaaa-am mumbassaa"

"maka jadilah ia debu yang beterbangan,"

Saat sedang fokus mendengar suara Syafa yang sangat merdu kedua pasangan itu tidak menyadari dua pasangan mata sedari tadik menatap keduanya dengan sorot mata yang dingin, ia cemburu melihat itu.

Dia semakin merasa ada yang mereka tutupi begitupun saat di taman seminggu yang lalu.

Dia tidak akan membiarkan Gus Lukman dekat pada siapapun kecuali pada dirinya saja, termasuk santri putri itu.

[GUS LUKMAN & SYAFA]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!