PART 010

Happy Reading,,,

[GUS LUKMAN & SYAFA]

Hari Syafa sudah keluar dari rumah sakit, pagi-pagi sekali dia meminta Gus Lukman untuk segera kembali ke villa dia sangat merindukan dia curutnya siapa lagi kalau bukan Anjani dan Isyana.

"Kamerin kita khawatir banget sama kamu Syafa, tapi alhamdulillah kamu baik-baik ajah sekarang." Ujar Isyana pada Syafa yang hanya mengangguk sambil tersenyum pada temannya.

"Iya, kemarin pas dapat kabar kamu pingsan terus di bawah kerumah sakit kita panik banget sampai kita mau ikut ustadz Kalasa kerumah sakit tapi ngak di izinin." Jelas Anjani.

Kemarin saat hendak menyusul Syafa yang tak kunjung kembali, mereka berdua hendak menyusul Syafa namu, saat beberapa langkah terlihat ustadz Kalasa terburu-buru menuju parkiran.

Plashback on.

"Loh, ustadz Kalasa mau kemana? Kenapa buru-buru ustadz?" Tanya Anjani pada ustadz Kalasa yang sudah berdiri dihadapan keduanya.

"Kalian temannya Syafa kan? Syafa pingsan dan sudah dibawah kerumah sakit oleh Gus Lukman ini saya mau menyusul."

"Ha! Pingsan, kok bisa sih." Ujar Anjani dan Isyana secara bersama.

"Hussst, jangan meninggikan suara kalian, saya mau ambil mobil dulu kalian kembali ke rombongan cepat." Perintah ustadz Kalasa pada dua santrinya ini.

"Kita boleh ikut ngak ustadz?" Tanya Isyana berharap bisa ikut dengan ustadz Kalasa untuk ke rumah sakit.

"Tidak bisa, ustadz berangkat dengan Kiyai dan sekarang kalian kembali ke rombongan."

"Na'am ustadz."

"Sudah sana pergi, dan jangan terlihat kecewa seperti itu do'a kan saja semoga tidak terjadi apa-apa pada Syafa." Ujar ustadz Kalasa pada mereka yang menampilkan mimik wajah yang ditekuk.

"Baik ustadz, kami pamit assalamu'alaikum." Ucap Anjani pamit pada ustadz Kalasa.

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh." Jawabannya lalu menunju parkiran yang sudah ada Kiyai Zaen dan Umi Salma yang menunggu didalam mobil.

Plashback of.

"Ayok, buruan naik bus kita udah mau berangkat tuh." Ujar Syafa pada ke dua temannya, saat hendak masuk matanya tak sengaja melirik Gus Lukman yang sedang berbincang dengan kedua temannya, masih tidak menyangka bahwa dia sudah memiliki suami.

"Awas loh, zina mata," Ujar Anjani yang tak sengaja melihat pandangan Syafa pada Gus Lukman.

"Apa sih kamu!"

"Wahh, jangan-jangan kamu udah suka sama Gus Lukman Fa." Ucap Isyana menarik kedua tangan temannya untuk naik ke bus membawanya duduk di bangku penumpang paling belakang agar muat duduk bersama.

"Hussst, jangan bicara sembarangan kamu na." Jawab Syafa pada Isyana yang dibalas dengan senyuman manis gadis itu.

Tidak tau saja mereka bahwa dia sudah menikah dengan Gus galak itu, entah bagaimana reaksi mereka saat tau dia sudah menikah dengan Gus Lukman yang selalu menghukumnya, dia belum bisa memberi tahu kan pada keduanya bahwa dia sudah menikah, mungkin dia akan memberi tahu dalam waktu dekat ini semoga saja tidak terjadi apa-apa batinnya.

"Nanti pas sampai di pondok kalian langsung pulang?" Tanya Syafa pada keduanya temannya dia duduk di dekat jendela Anjani ditengah dan Syafa diblah kiri Anjani.

"Kalau ayah aku datangnya cepat ya pasti pulang cepat juga." Jawab Anjani.

"Sama sih, kalau kakek cepat datang ya pulangnya juga cepatlah." Ujar Isyana yang mulai memposisikan dirinya bersiap untuk tidur.

"Ckkk, bus belum juga jalan udah molor duluan." Ucap Anjani yang melihat Isyana sudah masuk kedalam mimpinya.

"Tidak heran sih diakan bisa tidur di mana-mana." Jawab Syafa. Memang temannya yang satu ini dia bisa tidur dimana pun, bahkan pernah Isyana tidur di balkon lantai tiga depan kamar mereka saat pulang sekolah bahkan dia tidak melepaskan seragam sekolahnya, dan tidur dengan nyenyak.

"Hhh, iya sih." Jawab Anjani setuju dengan apa yang dikatakan Syafa jika, temannya ini bisa tidur dimanapun.

###

Tak terasa mereka sudah sampai di pondok pesantren Al Ikhlas dengan selamat setelah menempuh perjalanan selama 6 jam 30 menit, saat bus mulai memasuki halaman pesantren terlihat beberapa kendaraan para orang tua santri yang menunggu anaknya.

Mereka keluar secara tertib dari dalam bus dan menghampiri orang tua masing-masing terlihat keluarga dari kedua temannya yang sedang menunggu di depan asrama, namun Syafa tidak melihat sosok ayah dan ibunya mungkin mereka masih dalam perjalanan kesini batinnya.

"Yok kesana udah pada ditunggu." Ajak Isyana pada keduanya, namun beberapa sebelum benar-benar pergi ada yang memanggil Syafa sontak ketiganya tidak jadi melangkah.

"Syafa, bisa ke ndalem sebentar nak." Itu Umi Salma dan disampingnya ada Aqila.

"Ah ada apa ya Umi?" tanya Syafa.

"Umi ada perlu sama kamu." Jawab Umi Salma sambil tersenyum pada menantunya ini.

"Nggih Umi, kalian duluan ajah kesana kalau buru-buru pulang jaga ngak papa kok nanti kita chat di grup whatsapp ok." Ujarnya pada keduanya temannya sambil tersenyum.

"Ok deh. Umi, Ning Aqila kita pamit duluan assalamu'alaikum." Salam keduanya lalu pamit untuk menemui keluarga masing-masing.

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, Hati-hati kalian." Jawab ketiganya.

"Ayok nak, udah pada ditunggu." Ajak Umi Salma pada Syafa.

"Baik Umi."

"Ini Syafa Aisyah ya?" Tanya Aqila sambil menatap Syafa dari samping. "Wahh cantik juga pilihan abang." Lanjutnya sambil tersenyum.

"Umi?" Ujar Syafa pada Umi Salma yang berada ditengah keduanya dengan wajah bingung.

"Umi sudah memberi tahukannya nak, tidak apa-apa kan?" Jelas Umi Salma pada Syafa yang dibalas dengan senyuman.

"Tidak apa-apa Umi." Jawab Syafa.

"Sekarang kita jadi kakak adek, ya walaupun kita cuman bede sebulan ajah sih." Ujar Aqila dengan senyuman memperlihatkan giginya yang rapih.

"Iya Ning." Jawab Syafa.

"Ah, tidak usah panggil dengan embel-embel Ning aku ngak terlalu suka, panggil nama ajah ya kaya yang lain," Kata Aqila pada Syafa. Dia memang tidak suka dipanggil Ning oleh siapapun saat di didalam kelas dia juga meminta pada temannya untuk tidak memanggilnya dengan Ning, dia lebih suka dipanggil dengan nama tampa ada embel-embel Ning.

"Baiklah." Jawab Syafa.

Setibanya di ndalem terlihat ada Kiyai Zaen dan Gus Lukman duduk dikursi, setelah mengucapkan salam dan ikut bergabung dengan kedua laki-laki itu, Syafa memilih duduk dengan Aqila yang muat untuk dua orang sedangkan Umi duduk didekat sang suami.

"Syafa orang tua mu akan tiba di pondok saat sore nanti, mereka masih memiliki urusan jadi mereka baru tiba saat sore harinya." Ujar Kiyai Zaen yang mendapat kabar dari ayah Syafa bahwa mereka akan tiba di pondok saat sore hari.

"Syafa, resepsi pernikahan kalian akan di lakukan saat kau sudah lulus nanti tidak masalah kan nak." Ucap Umi Salma menatap Syafa sambil tersenyum.

"Tidak apa-apa Umi, Syafa ikut kalian ajah." Jawab Syafa. Merasa ada yang memperhatikannya Syafa menoleh ke Gus Lukman yang ternyata menatapnya sambil tersenyum simpul, yang di tatap buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain takut salting kan malu batinnya.

"Duh, pengantin baru mah beda, bebas natap sampai ngak kedip, awas loh matanya loncat dari tempatnya." Celetuk Aqila yang sedari tadi memperhatikan Gus Lukman yang menatap Syafa tampa kedip.

"Apa sih!" Jawab Gus Lukman menatap sang adik yang hanya menampilkan senyumnya.

"Iya, tau yang udah punya pasangan mah beda apalah daya yang jomblo ini huh." Ucap Aqila dramatis yang membuat Gus Lukman memutar matanya jengah dengan tingkah adiknya yang kelewatan lebay ini.

"Sekarang kalian istirahat saja, Aqila istirahat dikamar mu dan kau Lukman bawa istri mu ke atas." Perintah Umi Salma pada anak-anaknya.

"Hah! Keatas mana Umi?" Spontan Syafa menjawab apa yang dimaksud oleh Umi Salma pikirnya.

"Kekamar saya Syafa, ayok." Jawab Gus Lukman bangkit dari tempat duduknya, mengajak Syafa ke lantai dua tepatnya kekamar Gus Lukman.

"Mmm, sebaiknya Syafa kembali ke asrama ajah Gus." Jawab Syafa berusaha menolah ajakan Gus Lukman, apa-apaan ini di ajak kekamar Gus Lukman Syafa belum siap untuk berdua dalam satu ruangan, ya walaupun dirumah sakit sudah pernah berdua tapi ini bedah.

"Di asrama sudah tidak ada orang Syafa, lagi pun kau harus istirahat karena baru saja keluar dari rumah sakit," Jelas Kiyai Zaen pada menantunya ini.

"Nak, tidak apa-apa kalian kan sudah sah." Ujar Umi Salma sambil tersenyum dan bangkit dari tempat duduknya di ikuti oleh Kiyai Zaen. "Kami juga mau istirahat dulu, assalamu'alaikum." Pamitnya lalu menggandeng tangan suaminya meninggalkan dua pasangan itu.

"Syafa masih mau disini?" Tanya Gus Lukman yang dibalas gelengan oleh Syafa.

"Ya sudah ayok istirahat." Ajak Gus Lukman mencapai secara perlahan tangan istrinya untuk dia genggam terasa sangat pas di tangannya Syafa yang mendapatkan perlakuan itu tersentak kaget lalu melihat tangannya yang sudah ditarik ke lantai dua dimana kamar Gus Lukman berada.

"Masuklah lebih dulu, saya mau ngambil sesuatu dibawah." Ujar Gus Lukman pada Syafa setelah dia membuka pintu kamarnya.

"Gus jangan lama-lamanya." Pintanya pada Gus Lukman yang hanya terseyum sambil mengusap kepala Syafa yang tertutup jilbab itu lalu pergi.

Syafa yang mendapat perlakuan tiba-tiba dari Gus Lukman salting sendiri dan jangan lupa jantungnya terasa mau copot dari tempatnya bisa mati lama-lama aku kalau gini duh batinnya.

Saat hendak masuk dia tidak lupa mengucapkan salam terlebih dahulu, melangkahkan kakinya perlahan bau parfum yang sering digunakan Gus Lukman tercium di indra penciumannya.

Sangat rapi, kitab-kitab yang di dusun rapi sedemikian rupa dengan beberapa figuran kaligrafi yang menghiasi dinding kamar lalu ditengah ruangan ini terdapat tempat tidur ukuran besar dan disamping tempat tidur ada meja yang di atasnya penuh dengan buku kitab juga entah kitab apa saja itu Syafa tidak tau, kamar ini dengan cat putih dan abu-abu, ada satu lemari dengan ukuran yang besar, serta cermin.

Syafa perlahan duduk di tempat tidur itu menunggu sang pemilik kamar datang entah kejadian pergi.

Clekkk

Terlihat Gus Lukman masuk kamar dengan pakaian di tangan kanannya itu seperti gamis menurut Syafa.

"Gus dari mana saja?" Tanya Syafa setelah Gus Lukman berada di hadapannya.

"Saya dari kamar Aqila meminjamkan gamis untuk mu." Jawab Gus Lukman sambil menyerahkan gamis abu-abu itu pada sang istri, ukuran badannya dengan Aqila.

"Loh Gus kenapa repot sih, kan Syafa bisa ambil baju ganti ke asrama." Ucap Syafa kepada Gus Lukman.

"Tidak apa-apa, sekarang ganti pakaian mu lalu istirahat saya tunggu kamu disini." Jawab Gus Lukman sambil melepaskan peci putih yang sering ia pakai terlihat lebih ganteng bahkan Syafa yang hendak kekamar mandi pun tidak jadi, sedang kan Gus Lukman menatap Syafa lalu tersenyum membuat rona merah di pipinya muncul duhh ya allah batinnya.

"Syafa kenapa masih disini, ganti cepat."

"Ah na'am Gus."

Setelah Syafa buru-buru pergi untuk mengganti pakaiannya bisa-bisa kalau dia terlalu lama disana yang ada dia malah salting terus melihat betapah sempurnanya ciptaan Allah itu, sungguh beruntung kau Syafa.

Clekkk

Pintu kamar mandi dibuka dengan Syafa yang sudah mengganti pakaiannya, berjalan secara perlahan ke arah Gus Lukman yang juga menatap dirinya salting lagi deh, Gus Lukman sudah mengganti pakaiannya dengan kaus putih lengan pendek, terlihatlah otot lengannya dan urat-urat tangannya sangat wahh.

"Berbaring saja jika ingin tidur." Ujar Gus Lukman pada Syafa yang duduk di sampingnya.

"Na'an Gus." Jawab Syafa, jantungnya tidak karuan selama ini untuk yang pertama kalinya dia sedekat ini dengan Gus Lukman ya Allah tolong Syafa batinnya.

"Berbaringlah Syafa."

"Iya Gus ini mau baring kok."

Mereka berdua berbaring di atas kasur yang terasa empuk itu, mereka berbaring terlentang ditengah keduanya ada bantal guling sebagai penengah, siapa yang menaruh bantal itu ya tentu saja Syafa.

Mereka perlahan larut dalam kesunyian, perlahan mata Syafa mulai terpejam lalu tak berselang lama terdengar suara nafas yang beratur dari Syafa tandanya gadis itu sudah terlelap dengan nyenyak Gus Lukman yang melihat itu tersenyum perlahan mendekat, bantal guling yang berada ditengah dia singkirkan lalu menatap wajah sang istri perlahan dia mendekat sejajar dengan wajah Syafa mengecup singkat kening sang istri untuk yang kedua kalinya dan merasakan desiran aneh pada tubuhnya.

Cup

"Mimpi indah istri."

[GUS LUKMAN & SYAFA]

Bogor, 19/nov/2023

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!