PART 014

Selamat membaca,,,

[GUS LUKMAN & SYAFA]

Di lain tempat saat ini di dalam kafe terdapat tiga laki-laki duduk di pojok sedang menikmati secangkir minuman dingin yang mereka pesan tadik.

"Pengantin baru mah beda yah aurahnya," Tutur ustadz Kalasa.

"Kenapa? Mau nikah juga kamu?" Tanya ustadz Brama pada ustadz Kalasa yang tersenyum simpul.

"Boleh, tapi saya masih belum siap," Jawabnya sambil terkekeh pelan menanggapi ucapan temannya.

"Hallah, gayaan kamu belum siap, bilang ajah ngak laku kamu," Ujar ustadz Brama, Gus Lukman yang mendengar itu hanya tersenyum tipis.

"Apa sih! Siapa yang ngak mau sama saya? Banyak perempuan yang antri tapi saya malas ladeni bukan ngak laku kaya ente," Tutur ustadz Kalasa meresa tak terima dengan ucapan temannya ini.

"Sudah-sudah, kalian tidak malu diliat pengunjung yang lain," Larai Gus Lukman pada keduanya yang langsung melihat suasana kafe yang ramai dan memang meteka menjadi pusat perhatian dari beberapa perempuan disini dan itu tidak di hiraukan oleh mereka bertiga.

Saat sedang asik bercerita tiba-tiba seorang perempuan datang menghampiri ketiganya lebih tepatnya ke arah Gus Lukman yang sedang bermain handphone.

"Permisi mas," Tutur wanita itu yang berpakaian kurang bahan menurut ketiganya.

"Maaf mas, boleh kenalan ngak?" Tanya perempuan itu sambil tersenyum manis berusaha mendapatkan perhatian laki-laki didepannya yang sama sekali tidak menghiraukan dirinya.

"Maaf mba boleh pergi dari meja kita ngak?" Tanya ustadz Brama yang merasa risih dengan perempuan ini.

"Loh kenapa? Saya cuman mau kenalan ajah kok," Sahutnya merasa tak terima disuruh pergi.

"Gini mba, kita risih dan lagi teman kita ngak mau kenalan sama mbanya jadi mending anda pergi yah," Jelas ustadz Kalasa yang juga risih dengan perempuan ini astaga perempuan jaman sekarang jika berpakaian seperti tidak memakai pakaian saja.

"Mba ya ngak malu ngajak laki-laki kenalan?" Tanya ustadz Brama.

"Pergi," Singkat dengan suara yang dingin masih menatap handphone yang menampilkan room chat dengan istrinya siapa lagi jika bukan Syafa.

"Tuh, dengar mba pergi dari meja kita selagi kita minta baik-baik," Jelas ustadz Kalasa.

Perempuan itu yang mendapat penolakan dari ketiga laki-laki itu pergi dari sana dengan wajah yang ditekuk dan malu tentunya diliat banyak pengunjung.

"Astaghfirullah, membuat mata ku jadi ternodai saja," Tutur ustadz Brama sambil meraup wajahnya beberapa kali mengucapkan istighfar.

"Ho'o, astaga ada yah perempuan seperti itu, kita sering nongkrong di kafe tapi baru kali ini dihampiri perempuan yang pakaiannya kurang bahan," Jawab ustadz Kalasa.

"Gus, dari tadik main handphone mulu, chat sama siapa sih?" Tanya Kalasa heran dengan temannya ini.

"Ngak usah kepo kamu," Jawab Gus Lukman menyimpan kembali handphonenya kedalam sakunya.

"Hhh, mampus," Ujar ustadz Brama sambil tertawa melihat wajah temannya yang ditekuk tanda dia kesal seperti perempuan saja batinnya.

"Loh, saya kan cuman tanya" Ucapnya, menatap sinis ke arah ustadz Brama sangat senang melihat dia ternistakan untung teman pikirnya.

"Jadi kalian akan kembali ke bogor?," Tanya Gus Lukman pada temannya.

Mereka ke Jakarta karena mengikuti seminar disalah satu sekolah swasta kemarin saat hari minggu, saat akan kembali ke bogor mereka tidak kuat menyetir sehingga mereka memutuskan untuk menginap di salah satu penginapan di jakarta.

"Iya lah Gus, langsung ke pondok," Jawab ustadz Brama mewakili ustadz Kalasa yang juga mengangguk.

"Ya sudah," Dingin lagi.

"Gus kapan ke pondok?," Tanya ustadz Kalasa.

"Mungkin besok sore," Jawab Gus Lukman dengan wajah yang senantiasa dingin sudah biasa melihat itu batin kedua temannya.

"Loh, cepat sekali pulang LDR dog," Tutur ustadz Brama.

"Adah masalah di tokoh," Jawabnya.

"Owalah, gitu toh," Jawab keduanya.

Mereka terus mengobrol saputar kegiatan di pesantren saat hari libur.

###

Di mall masih ada Syafa dkk yang sedang di tokoh buku, memilih beberapa novem rosmansa jangan salah mereke suka membaca novel namun tidak saat di pesantren itu tidak di izinkan mambawa novel ke pesantren jadi, saat hari libur seperti ini mereka akan menikmati membaca novel sepuasnya sebelum kembali ke pe jara suci, sebutan asrama dari anak-anak pondok.

"Udah semua kan?" Tanya Syafa pada keduanya yang dibalas anggukan.

"Yaudah, yok bayar terus pulang udah mau masuk sholat dzuhur," Ajak Syafa berjalan kekasir untuk membayar belanjaan mereka bertiga.

Setelah selesai membayar mereka bersama-sama berjalan keluar menuju parkiran mall untuk segera pulang.

"Bismillah, yok pulang," Seru Anjani yang sudah menjalankan mobilnya keluar dari kawasan mall.

"Syukron banyak-banyak banget yah Syafa udah di bayarin makanan tadik, padahal berharap juga dibayarin bukunya hhh," Ujar Isyana tak tahu diri, sudah di teraktir makan sepuasnya malah ngelunjak anak ini.

"Lahh, ini contoh teman yang ngak tau diri," Ucap Anjani yang fokus menyetir, sedangkan Syafa membalasnya dengan senyum.

"Ihh apa sih Anjani!" Sahut Isyana tidak terimah dengan ucapan Anjani padanya walaupun dia tau itu hanya bercanda.

"Jangan seperti itu, pokus saja menyetir Anjani," Kata Syafa.

Mereka menikmati perjalanan pulang dengan candaan, tentu saja Isyana sebagai korban dari Anjani.

###

"Wahh, rumah mertuamu sangat masyaAllah sekali," Ujar ustadz Kalasa melihat bagunan didepan ini.

Mereka mengantarkan Gus Lukman kerumah sang istri karena, tadik Gus Lukman sedang malas membawa mobilnya jadi dia memilih memesan ojek online saja, dan saat pulang dari kafe temannya yang ngetot mengantarkannya pulang dengan alasan ingin melihat rumah dari Syafa.

"Jangan berlebihan Kalasa," Ucap Gus Lukman pada Kalasa. "Sudah sana pulang, hati-hati titip salam dengan keluarga di pondok," Lanjutnya pada kedua temannya yang dibalas anggukan.

"Siap Gus, kami pamit assalamu'alaikum," Pamit keduanya.

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarokatuh hati-hati," Jawabnya setelah itu kedua pergi dari perumahan megah itu.

Gus Lukman kembali masuk kedalam rumah yang masih nampak kosong, berarti Anggit belum pulang dari acara arisan nya dan istrinya masih dalam perjalanan, dia tau karena mereka bertukar pesan satu sama lain.

Saat sebelum Syafa pamit dia meminta nomor telpon Syafa, yakali sudah jadi pasangan dan tinggal serumah masih tidak memiliki kontak telpon satu sama lain.

Gus Lukman memutuskan untuk naik kemar Syafa untuk membersihkan diri lalu sholat dzuhur karena waktunya sudah lewat beberapa menit lalu.

Sedangkan didepan gerbang rumah terdapat tiga perempuan sholeh yang baru saja sampai.

"Terimakasih Anjani udah di supirin hhhh," Ujar Syafa turun dari mobil.

"Hhh woke deh," Jawab Anjani.

"Hati-hati kalian, kabarin kalau udah sampai dirumah,"

"Siap, kami deluan yah, assalamu'alaikum," Pamit keduanya.

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarokatuh,"

Setelah melihat mobil itu hilang dari pandangannya Syafa masuk kedalam rumah setelah menutup pagar depan, saat sampai didepan dia langsung saja masuk, setelah mengucapkan salam.

Saat hendek ke lantai dua tak sengaja matanya melihat Gus Lukman sedang sholat di mushollah rumah yang memang di sediakan, MasyaAllah suamiku batinnya.

Betapa beruntungnya dirinya mendapatkan sosok suami seperti Gus Lukman yang banyak di incar perempuan lain diluar sana, namun dia mendapatkan Gus Lukman dengan cara yang berbeda.

Saat tengah asyik memperhatikan Gus Lukman sampai dia tidak sadar dari lamunannya, bahkan Gus Lukman sudah menyelesaikan sholat nya.

"Loh, sudah datang rupanya," Ujarnya saat melihat Syafa yang kaget sedikit saat dia berbicara tiba-tiba.

"Eh, mas udah selesai sholat nya?" Tanya Syafa sedikit linglung dengan situasi saat ini.

"Sudah Syafa," Jawab Gus Lukman yang mengangkat tangannya bermasuk agar Syafa menciun punggung tanganya yang langsung digapai oleh Syafa.

"Assalamu'alaikum mas," Ujarnya setelah menyalimi Gus Lukman.

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarokatuh, sudah sholat?" Tanya Gus Lukman mengiring Syafa naik ke lantai dua tepatnya kamar Syafa.

"Sudah mas, tadik mampir ke masjid dengan yang lain," Jelas Syafa yang sudah masuk kedalam kamar di ikuti Gus Lukman dibelakangnya.

"Alhamdulillah, jika sudah," Ucap Gus Lukman sambil melepaskan kopiyah yang dia kenakan ke atas nakas lalu membaringkan dirinya pada tempat tidur tepatnya dipangkuan Syafa yang bersandar pada kepala tempat tidur.

Syafa yang melihat itu kaget dengan perlakuan tiba-tiba Gus Lukman.

"Sebentar saja Syafa, saya lelah," Tutur Gus Lukman pada Syafa, lalu menggapai tangan sang istri untuk diletakkan di kepalanya menyuruh Syafa mengusap rambutnya.

"Usap-usap rambut saya," Pintahnya.

"Iyya mas," Jawab Syafa mulai melakukan perintah suaminya.

Saat melihat wajah Gus Lukman Syafa mengakui jika suaminya ini memang sangat tampan, tangannya terus mengusap rambutnya suaminya yang hitam pekat dan rambut tebal lagi halus.

Tak berselang lama Syafa mulai diserang rasa mengantuk masih pada posisi yang sama dimana Gus Lukman tidur di pangkuannya dan dia bersandar pada kepala tempat tidur, karena tak tahan dengan kantuknya diapun perlahan mengubah posisi tidur Gus Lukman dengan pelan agar tak membangunkannya.

Setelah dia berhasil mengubah posisi tidur Gus Lukman dia membaringkan dirinya di samping suaminya dengan nyaman.

Mereka tertidur dengan lelap.

[GUS LUKMAN & SYAFA]

Bogor, 22/nov/2023

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!