PART 006

Happy Reading,,,

[GUS LUKMAN & SYAFA]

Saat ini hari yang dinantikan pun tiba, dimana mereka akan ke jawa tengah untuk berziarah ke makam Sunan Kudus perjalanan menempuh 6 jam 57 menit dari bogor ke jawa tengah. Mereka mulai menaiki bus masing-masing untuk segera berangkat begitu dengan Kiyai beserta keluarga termasuk Gus Lukman yang satu mobil dengan Abah nya dengan dia sendiri yang mengemudikannya.

"Duhh, ngak sabar sampei ke jawa tengah, tahun lalu ngak sempet ikut gara-gara sakit." Ujar Anjani, yang memang tahun lalu mereka pergi ke Surabaya, jawa timur untuk berziarah ke makam Sunan Ampel, dia tidak bisa ikut karena saat itu dia malah demam. Dan hari ini dia begitu senang karena dia bisa ikut lagi.

"Kita duduk kursi yang paling belekang ya biar muat tiga orang." Ucap Syafa pada kedua temannya sambil berjalan ke kursi yang paling belakang di ikuti kedua temannya.

"Baiklah, Anak-anak, diperiksa kembali barang bawaan nya siapa tau ada yang tertinggal." Itu suara ustazah Arang yang memberi peringkat kepada santri-santri yang sudah duduk dengan rapi di tempat masing-masing.

"Na'am ustazah."

"Sebelum kita berangkat mari kita berdo'a, agar kegiatan hari ini lancar dan kita semua selamat sampai tujuan." Perintah ustazah Arah.

"Do'a dimulai."

Mereka berdo'a dengan khusyuk.

"Do'a selesai."

"Sekarang duduk yang tenang sebentar lagi kita akan berangkat."

Di mobil yang berisikan keluarga Kiyai Zaen juga sudah mulai keluar dari lingkungan pondok.

"Pelan-pelan saja menyetir nya Lukman." Ucap Umi Salma kepada putranya yang fokus menyetir.

"Nggih, umi."

Khmmm...

"Besok malam keluarga Kiyai Adam akan datang untuk mendengar jawaban mu nak,". Ujar Kiyai Zaen sambil melirik putranya yang juga sedang menatapnya.

"Aku tau Abah."

"Memangnya abang akan menerima perjodohan dengan Ning Fitri ya?" Tanya Aqilah. Yang duduk dengan uminya.

"Kepo kamu dek." Jawab Gus Lukman sedikit tersenyum.

"Ihhh... Aku kan hanya bertanya."

"Pertanyaan mu tidak berbobot dek."

"Abah liat abang." Aduhnya pada Abah nya yang hanya menanggapi dengan senyuman khasnya.

"Abah, umi, ah... " Ucap Gus Lukman sedikit terbata-bata.

"Ada apa nak, kau ingin mengatakan sesuatu?" Ucap umi Salma yang melihat anaknya akan membicarakan sesuatu tapi tidak jadi.

"Lukman ingin berbicara serius."

"Ada apa?" Tanya Kiyai Zaen.

"Lukman sepertinya sedang menyukai seseorang abah umi." Ucap Gus Lukman dengan satu tarikan nafas.

"Benarkah itu Lukman?" Tanya Umi Salma.

"Nak, apa itu benar?" Tanya Kiyai Zaen pada anaknya.

"Na'am Abah. Umi." Jawab Gus Lukman dengan raut serius.

"Nak, jangan sampai kau membayangkan perempuan yang bukan mahram mu, itu akan menimbulkan dosa nak," Ujar Kiyai Zaen pada Gus Lukman.

"Kau tau kan dosa saat membayangkan perempuan yang bukan mahram mu?" Lanjut Kiyai Zaen.

"Aku tau Abah, bahkan saat aku sholat Istikharah untuk meminta petunjuk dari Allah, saat Kiyai Adam datang hari itu, aku tidak bisa memberikan jawabannya sebab, aku masih ragu dengan petunjuk yang telah Allah berikan kepadaku." Jawab Gus Lukman sesekali menatap Abahnya. Umi Salma yang duduk dibelakang hanya diam mencerna semua apa yang dikatakan anaknya,

"Jadi, siapa perempuan itu nak?" Tanya Kiyai Zaen pada Gus Lukman.

"Aku masih ragu dengan perasaan ku Abah, aku ingin memastikan bahwa aku memang menyukainya, bukan sekedar rasa penasaran atau rasa kagum kepadanya." Jawab Gus Lukman. Sesekali melihat Abahnya.

"Ya Allah." Ucap tiba-tiba Aqila.

"Ada apa nak?" Tanya umi Salma.

"Hhh, tidak apa-apa umi hanya saja aku mera senang akhirnya es kutub ini meleleh juga." Jawab Aqila dengan tertawa menampilkan giginya yang rapih.

"Kau ini, ada-ada saja Aqila," Jawab umi Salma, sedangkan Gus Lukman dan Kiyai Zaen hanya tersenyum tipis melihat itu.

###

Tak terasa 6 jam lebih mereka telah tibah di bawah tengah, di malam Sunan kudus.

Mereka hanya sekali singgah untuk istirahat dalam perjalanan tadi saat sholat dzuhur tiba. Jadi saat mereka sampai di makam Sunan Kudus tidak perlu sholat lagi.

Mereka perlahan memasuki kawasan makam Sunan Kudus dengan tertib dan mengikuti arahan pembina, mereka memanjatkan do'a untuk Sunan Kudus dengan khusyuk yang di pimpin langsung oleh Kiyai Zaen.

Setelah memanjatkan do'a bersama dan membaca Alquran sebentar, mereka di izinkan untuk berjalan-jalan sebentar, begitupun dengan Syafa dkk, yang sudah duduk lesehan di pinggir jalan dengan tangan yang penuh dengan telur gulung beserta satu botol air mineral ukuran kecil.

"Gayss, aku pamit ke kemar kecil bentar ya, kebelet buang air kecil nih." Ucap Syafa pada kedua temannya yang menatap nya.

"Lohhh, yaudah gih sana, atau mau kita temanin ngak?" Tawar Anjani kepada Syafa.

"Ngak usah kalian tunggu disini ajah, aku bisa sendiri kok dan tau dimana kamar kecilnya." Syafa yang sudah bangkit dari duduk nya.

"Yaudah, kita tunggu kamu disini jangan lama-lama yah." Ucap Isyana pada Syafa.

"Ok dehhh! Assalamu'alaikum," Pamit Syafa pada keduanya.

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh."

###

Saat hendak kembali dari parkiran mobil untuk mengambil handphone yang tertinggal tadi, Gus Lukman tidak sengaja melihat Syafa yang sedikit terburu-buru menuju ke kamar mandi yang tidak jauh dari parkiran, ada rasa khawatir saat tak sengaja melihat beberapa laki-laki di sebelah kamar mandi yang di khusus kan untuk perempuan disini.

Dia memutuskan untuk kembali pada parkiran mobil dan masuk kedalam mobil untuk menunggu Syafa, entahlah perasaannya tiba-tiba merasa gelisah, dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Sibuk memikirkan perasaan nya, sampai handphone yang dia genggam berdering tanda ada telfon yang masuk. Saat dilihatnya siapa yang menelponnya.

Itu ustadz Brama yang menelponnya ada apa dia menelponnya pikiranya. Dia segera menggeser tombol hijau kemudian menempelkan ke telinganya.

Tut

"Assalamu'alaikum Gus, kenapa kau sangat lama mengambil barang mu? Cepatlah kesini kita akan berfoto bersama yang lainnya."

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, saya berada di parkiran, sebentar lagi saya menyusul kenasa."

"Ya baiklah, jangan lama-lama."

"Hmm."

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh."

Tut

Sambungan telepon di akhir nya, sampai saat dia sadar, apa syafa sudah keluar dari sana? Batinnya. Tapi dia tidak melihat sosok perempuan itu lewat, kenapa dia sangat lama.

Di tempat yang lain saat dia hendak keluar dari kamar mandi itu, dia tidak bisa membuka pintunya, apa aku terkunci dari luar batinya.

"Ya Allah, bagaimana ini!" Ujar Syafa panik saat pintu itu tidak bisa di buka.

"Tolong ada orang diluar, tolong."

Buhg

Buhg

Buhg

Dia berusaha memukul-mukul pintu itu berharap ada yang mendengarnya.

"Tolong, tolong, ada orang? Saya terkunci disini." Ucapnya panik karena tak ada yang mendengar suaranya.

"Ada orang didalam?" Tanya orang itu. "Apa kau terkunci didalam sana?" Lanjutnya.

Tunggu dulu itu suara laki-laki kan! Baiklah Syafa tidak akan terjadi apa-apa padamu batinnya menguatkan dirinya sendiri.

"Iya! Bisakah anda membukakannya untukku?"

"Tentu saja, sepertinya kau terkuci dari luar." Jawab orang itu.

"Tolong buka dengan cepat, aku takut teman-temanku akan mencarikum" Pintanya kepada orang itu.

"Baiklah, tunggu sebentar," Jawab orang itu.

Tak

Suara pintu dibuka saat hendak membuka lebar pintu itu tiba-tiba saja dia didorong masuk dengan kencang sehingga tubuhnya terdorong ke tembok yang berasa di belakang nya.

Duhg

"Awwssshh, astaghfirullah hal azim." Syafa meringis saat meresa punggungnya sakit.

Saat dia melihat siapa pelakunya, dia melebarkan pupil matanya. Didepan nya dua laki-laki bertubuh besar, sedang menatapnya sambil tersenyum mengerikan menurut Syafa.

"Kau tidak apa-apa cantik?" Tanya salah seorang laki-laki itu dengan berusaha memegang pipinya, untungnya dia menepis nya dengan cepat.

"Jangan galak-galak cantik." Jawab yang memiliki tubuh lebih beserta dari temannya.

"Mau apa kalian?" Tanya Isyana panik bukan main, dia tidak melihat orang lewat didepan itu berarti dia hanya sendiri disini dan kedua laki-laki yang tidak dia tau siapa mereka.

"Kita mau kamu cantik, boleh lah kita main sebentar." Ujar pria yang berkepala botak itu yang hampir menyentuhnya tadi.

"Jangan macam-macam ya kalian saya bisa teriak minta tolong."

"Kami tidak macam-macam, hanya satu macam saja."

"Tolong, jangan mendekat." Nafas Syafa mulai tidak beraturan dia panik dan tidak tau harus bagaimana mereka menutup pintu kamar mandi itu dan perlahan memegang kedua sisi tangan Syafa. Syafa berusaha memberontak tapi tenaganya tidak mampu melepaskan diri dari kedua orang itu.

"Kita main-main dulu dog, kenapa terburu-buru hm?"

"Tolong lepas aku, aku tidak mengenal kalian." Ucap Syafa mulai menangis, berdo'a dalam hati agar seseorang datang menyelamatkannya. Tuhan siapa pun tolong batinnya lirih.

"Jangan menangis, kau akan menikmati ini." Ujar laki-laki yang memegang tangan kanannya berusa melepaskan jilbab syar'i yang dia kenakan.

Sungguh Syafa tidak tau harus bagaimana lagi dia berterik pun tak kan ada yang mendengarkan nya, dia hanya bisa menangis dan meminta maaf pada Allah.

Ternyata laki-laki ini berhasil melepaskan jilbab yang dikenakan Syafa, beserta ciput yang dikenakannya juga.

"Wow, kau terlihat lebih cantik saat tak memakai jilbab." Ucap laki-laki yang memegang tangannya seblah kiri.

Syafa pasrah hanya menangis dalam diam saat mahkota yang dia jaga dengan baik, malah terlihat kepada kedua laki-laki yang bukan mahramnya, sungguh Syafa kecewa dengan dirinya sendiri. Bayangan-bayangan masa lalunya kembali lagi.

"Tolong lepas kan aku." Pinta Syafa dengan suara kecilnya.

"Kita main-main dulu baru kami akan melepaskan mu."

"Tidak, jangan lakukan itu padaku.. Hiks, hiks." Syafa menangis sejadi-jadinya, memberontak saat laki-laki itu ingin menciumnya.

Plak

Plak

Suara tamparan sangat nyaring di ruangan kecil itu, kedua pipinya ditampar dengan keras.

Hiks, hiks, hiks.

"Percuma kau menangis, tidak akan ada orang yang menyelamatkan mu."

"Buka saja pakaiannya, kita terlalu banyak membuang waktu."

"Ha! Ide yang bagus."

Syafa tidak mampu lagi memberontak tenaganya sudah habis, dia hanya berusaha berdo'a meminta maaf pada ayah dan ibunya, menangis dalam diam saat kedua laki-laki itu berusaha membuka pakaian yang dia kenakan.

Brakk

"BERANI SEKALI KALIAN." Itu suara seseorang yang tiba-tiba datang mendobrak pintu itu, sampai ketiganya kaget.

"Siapa kau? Berani sekali mengganggu kami."

"Kau tidak perlu tau, sekarang lepas kan perempuan itu." Katanya.

"Ha! Melepaskan nya, tidak akan."

Saat tak sengaja mata Syafa melihat sosok itu dia kenal orang itu, dia Gus Lukman. Saat tak sengaja mata mereka bertubrukan Syafa bisa melihat sorot mata tajam itu dan khawatir saat menatap nya, Syafa menundukkan kepalanya merasa malu kepada orang didepannya ini, apa lagi dia tidak mengenakan hijab nya.

Tiba-tiba saja Gus Lukman maju selangka memukul salah satu laki-laki itu dengan keras.

Buhg

"Berani sekali kau menyetuhnya, habis kau." Ujar Gus Lukman dengan suara meninggi, lalu kembali memukul laki-laki itu.

Buhg

buhg

"Ampun, jangan memukul saya, kami akan pergi, ayok cepat." Dua laki-laki itu segera pergi dari sana, sungguh demi apapun pukulan yang dia dapat sangatlah sakit dari Gus Lukman, dia lebih baik pergi dari pada mati ditangan pria itu pikir si laki-laki itu.

Hufft

Gus Lukman memungut jilbab berwarna hitam itu untuk dia kenakan pada Syafa yang duduk diam, dengan tatapan yang kosong.

"Syafa, ayok kita keluar dari sini." Ajak Gus Lukman sambil membantu Syafa berdiri, tenang saja mereka tidak bersentuhan masih tau menjaga batasannya.

Saat hendak melangkah keluar tiba-tiba saja Syafa kehilangan keseimbangan tubuhnya, hampir saja menyentuh lantai tapi Gus Lukman lebih dulu menopang tubuh lemah itu.

"Astaghfirullah Syafa, bagun Syafa." Ujar Gus Lukman panik saat gadis itu menutup matanya rapat.

Tampa banyak berfikir dia mengambil sorbannya lalu menutupi tangannya kemudian mengangkat nya dengan pelan berjalan keluar dari kamar mandi itu. Berjalan cepat ke tempat parkiran untuk membawa Syafa ke rumah sakit terdekat, demi Allah Gus Lukman sangat khawatir pada gadis bandel ini yang masih tentang dengan kedua matanya tertutup rapat.

Dia menjalankan mobilnya keluar dari parkiran untuk menuju rumah sakit terdekat, dia juga sempat mengabari Abahnya bahwa dia akan kerumah sakit membawa Syafa, dan menyuruh Abahnya untuk datang kesini dengan secepat mungkin.

Sesekali matanya melirik Syafa di kursi penumpang dengan posisi yang masih menutup matanya rapat.

"Apa yang telah terjadi Syafa?" Ucap Gus Lukman, dia sungguh panik saat Syafa tak kunjung keluar dari kamar mandi itu, sampai saat dia keluar dari mobil dan mendapati kedua teman gadis itu menghampirinya, dengan wajah panik.

[GUS LUKMAN & SYAFA]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!