PART 009

Happy Reading,,,

[GUS LUKMAN & SYAFA]

Saat ini ruangan dengan nuansa putih itu terdapat dua anak manusia yang akan segera menjadi pasangan suami istri menyempurnakan agama mereka, terlihat perempuan yang sebentar lagi akan mengganti statusnya sebagai sorang istri dari Gus Lukman yang sering menghukumnya, dia tidak pernah berfikir akan menikah di usia yang mudah yaitu 19 tahun dan usia Lukman yang hanya terpaut tiga tahun yaitu 22 tahun, menikah dengan umur yang masih mudah punya tantangan sendiri dalam berumah tanggah.

"Saya sudah berbicara dengan ayah dari Syafa untuk menyerahkan hak wali nikah putrinya kepada saya." Ucap penghulu itu sambil menatap Kiyai Zaen yang berada di depannya.

Ayah Syafa memang sudah menyerahkan hak wali nikah putrinya pada penghulu ini beberapa waktu lalu saat ia akan berangkat ke rumah sakit bersama ustadz Kalasa.

"Syukurlah jika seperti itu." Jawab Kiyai Zaen sambil tersenyum.

"Apa bisah kita mulai? Atau masih ada yang ditunggu?" Tanya penghulu itu kepada semua orang yang ada di ruangan itu.

Ada Kiyai Zaen, ustadz Kalasa, Gus Lukman, Umi Salma dan Syafa, beserta satu dokter laki-laki sebagai saksi pernikahan ini, walaupun sudah ada ustadz Kalasa sebagai saksi namun lebih baik jika ada saksi lainnya.

"Ah, tentu saja pak dimulaikan saja." Jawab Kiyai zaen.

Posisi saat ini mereka duduk di kursi samping bansal Syafa yang sudah didandani tapi tidak terlalu tebal oleh Umi Salma, penghulu itu mulai memperbaiki posisi duduknya yang saat ini didepannya ada Gus Lukman sebagai pengantin laki-lakinya.

Dan mereka juga menghubungkan vc dengan ayah serta ibu Syafa jadi pernikahan mereka tetap sah.

"Apakah sodara sudah siap?" Tanya penghulu itu kepada Gus Lukman.

"Ya, saya sudah siap." Jawab Gus Lukman.

"Baiklah, mau menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Arab ijab qobulnya?"

"Menggunakan bahasa Arab."

"Baiklah, jabat tangan saya, mari kita mulai." Ujar penghulu itu.

"Bismillahirrahmanirrahim, Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka Syafa Aisyah binti Alvian Alexander Adnan alal mahri surah Ar-Rahman hallan."

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril mazdkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq." Jawab Gus Lukman dengan satu nafas saja.

"Alhamdulillahi robbil alamin."

Semua akhirnya bernafas lega dan bersyukur setelah beberapa waktu tadi mereka merasa tegang, begitu pula yang dirasakan Syafa yang terus menggenggam tangan Umi Salma yang sudah menjadi ibu martuanya.

"Sekarang kalian sudah sah menjadi pasangan suami istri." Jelas penghulu itu pada Gus Lukman.

"Nah, sekarang Syafa salim dengan Suamimu." Ujar Umi Salma tersenyum hangat pada menantunya ini.

Gus Lukman tiba-tiba saja bangkit dari tempat duduknya mendekat ke arah Syafa yang sudah sah menjadi istrinya, apa tadi! istrinya rasanya aneh namun dia sangat bersyukur.

"Sekarang kamu bisa melihat wajah suami mu nak, dia sudah halal untukmu." Ujar Kiyai Zaen yang melihat Syafa masih setia menunduk berusaha menghindari tatapan Gus Lukman.

"Syafa salim dengan suamimu." Ujar Umi Salma pada Syafa yang mulai memberanikan diri untuk melihat Gus Lukman walau hanya sekilas saja.

Syafa perlahan meraih tangan Gus Lukman dengan sedikit gemetar karena ini kali pertama ia bersentuhan dengan lawan jenisnya, Gus Lukman yang merasakan tangan Syafa gemetar hanya tersenyum merasa lucu dengan istrinya ini ah istrinya astaga batinnya.

Setelah Syafa mencium punggung tangannya Gus Lukman perlahan memegang kedua bahu Syafa lalu mencium keningnya. Syafa yang mendapat perlakuan seperti itu merasakan desiran aneh seperti didalam perutnya ada banyak kupu-kupu, begitu pun yang dirasakan Gus Lukman.

Lalu setelah itu Gus Lukman lanjut meletakkan telapak tangannya diatas ubun-ubun kepala Syafa lalu berdo'a.

"Allahumma inni as'alukaas'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaihalaih, wa a'udzubika min syurrihaa wa syarrimaa jabaltahaa 'alaih." Artinya Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan dirinya, dan kebaikan yang engkau tentukan atas dirinya."

Syafa yang mendengar itu mengaminkan atas do'a kebahagiaan untuknya.

"Assalamu'alaikum istriku." Bisik Gus Lukman di telinga Syafa, sedangkan Syafa merinding mendengar itu pipinya tiba-tiba saja memerah, salting rupanya batin Gus Lukman sambil tersenyum.

"Sekarang pasangkan cicin itu pada Syafa Lukman." Ucap Umi Salma, lalu segera dilakukan oleh Gus Lukman begitupun sebaliknya Syafa yang memasangkan cicin dijari manis Gus Lukman.

Semua orang yang berada di ruangan itu terlihat ikut bahagia dan haru melihat pasangan halal beberapa waktu lalu, ustaz Kalasa sedari tadi sibuk mengambil gambar dan beberapa video saat mulai ijab qobul sampai pemasangan cicin, duhh ibu pengen nikah juga tapi ngak ada yang mau di ajak batinnya menjerit.

###

"Mau saya bacakan surah Ar-Rahman nya sekarang?" Tanya Gus Lukman. Pada sang istri yang masih terlihat malu-malu, saat hendak ditinggal Umi Salma beserta yang lain untuk makan malam di kantin rumah sakit Syafa sempat tidak ingin ditinggal Umi Salma alasannya dia masih malu kepada Gus Lukman yang sekarang sudah menjadi suaminya.

"Boleh." Cicit Syafa yang senantiasa menunduk.

"Baiklah, setelah itu saya ingin kamu tidak perlu menuduk lagi Syafa, kita sudah sah jadi tidak ada penghalang lagi." Ujar Gus Lukman yang sedikit geram dengan tingkah Syafa yang masih terus menunduk apa lehernya tidak sakit batinnya.

Gus Lukman mulai fokus melantunkan ayat demi ayat, dia seorang hafiz alquran.

"بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ"

"اَلرَّحۡمٰنُۙ"

"عَلَّمَ الۡقُرۡاٰنَؕ"

"خَلَقَ الۡاِنۡسَانَۙ"

"عَلَّمَهُ الۡبَيَانَ''

Syafa yang mendengar suara merdu milik Gus Lukman hatinya berdesir, walaupun dia sering mendengarkan suara Gus Lukman setiam menjadi imam di pondok pesantren entah mengapa saat ini dia merasakan sensasi anek yang entahlah dia sendiri juga tidak tau perasaan apa itu.

"Shadaqallahul-'adzim'." Gus Lukman mengahiri bacaannya dengan tersenyum pada Syafa yang entah sejak kapan menatapnya, sungguh dia merasa senang dapat memandang wajah istrinya ini tampa menimbulkan dosa.

"Gus." Panggil Syafa masih memandang Gus Lukman.

"Ya! Ada apa? Kau butuh sesuatu?." Tanya Gus Lukman memandang mata Syafa, bekas tamparan itu sudah hilang dan kata dokter setelah infusnya habis Syafa sudah diperbolehkan pulang.

"Bagaimana dengan santri-santri yang lain? Apa mereka sudah kembali ke Bogor atau tetap menginap di villa pesantren?." Syafa bertanya sambil memandang Gus Lukman yang juga melihatnya dengan senyuman tipis bukan lagi wajah datarnya.

"Mereka sudah ada di villa, besok kita berangkat ke bogor pagi-pagi karena orang tua akan menunggu di pondok." Jelas Gus Lukman pada Syafa.

"Lalu, bagaimana dengan kedua temanku? Anjani dan Isyana apa mereka tau aku di rumah sakit?."

"Tentu saja mereka tau, bahkan semua santri tau kau masuk rumah sakit."

"Jadi mereka semua tau tentang aku yang..."

"Tidak Syafa, yang mereka tau kau masuk rumah sakit karena hal lain bukan tentang itu."

"Gus, apa Ning Fitri akan membenciku karena menikah dengan Gus?"

"Kau tidak perlu memikirkan itu, saya yang akan mengatakannya langsung pada Ning Fitri tapi, bukan dalam waktu yang dekat ini."

"Gitu ya."

"Sekarang minum obatnya agar kau segara sembuh dan kita bisa pulang besok." Perintah Gus Lukman sambil mengambilkan beberapa jenis obat lalu diberikannya pada Syafa yang langsung menerimanya lalu menelan obat itu, setelahnya Gus Lukman memperbaiki posisi tidur sang istri agar merasa nyaman saat tidur.

###

Di tempat lain tepatnya di villa pesantren milik keluarga Al hafiz, ada sebuah mobil memasuki kawasan villa itu yang dimana dia adalah ustadz Kalasa dan Kiyai Zaen bersama sang istri Umi Salma, mereka memutuskan untuk kembali ke villa mereka tidak ingin mengganggu pengantin baru itu, sengaja memberikan waktu.

Saat hendak kembali ke kamar yang telah di sediakan ustadz Kalasa berpapasan dengan ustadz Brama, sedangkan Kiyai zaen dan Umi Salma sudah masuk kedalam villa untuk beristirahat.

"Assalamu'alaikum Brama." Ucap ustadz Kalasa pada temannya ini.

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarokatuh, bagaimana keadaan Syafa? Apa dia baik-baik saja? Lalu dimana si dingin itu? Kenapa dia tidak ikut kembali bersama kalian?" Cecar ustadz Brama tak sabaran.

"Wow, Satu-satunya kawan tenang saya akan menjawabnya." Jawab ustadz Kalasa sambil tersenyum cerah pada ustadz Brama yang terlihat sedikit kesal.

"Cepat jawab Kalasa!"

"Iya, sabar sedikit kenapa sih! Duduk dulu dong." Ujar ustadz Kalasa sambil menyeret tangan ustadz Brama ke selah satu gazebo di halaman villa ini.

"Sekarang cepat jawab!"

"Begini, keada Syafa baik-baik saja dan sudah diperbolehkan untuk pulang besok, lalu si dingin itu sedang menemani Syafa," Jelas ustadz Kalasa pada ustadz Brama yang merasa masih tidak puas akan jawaban temannya ini.

"Maksudmu mereka berdua dalam satu ruangan?" Tanya ustadz Brama yang di angguki oleh ustadz Kalasa sambil tersenyum ehh sedikit mengerikan menurut Brama.

"Tentu saja, tenang mereka tidak akan menimbulkan fitnah."

"Ha? Apa sih maksudnya?"

"Saya akan memberi tahu ku sesuatu tapi jangan ember ke mana-mana paham!" Jelas ustadz Kalasa.

Lalu mengambil ponselnya dari sakunya lalu memperlihatkan video dimana seseorang sedang mengucapkan ijab qobul secara tenang, lalu melihat juga beberapa foto yang terdapat dua anak manusia melihat ke arah camera sambil memperlihatkan cincin di masing-masing jari manis mereka.

"Apa ini benar?" Tanya ustadz Brama yang syok atas apa yang baru saja ia lihat, astaga dia ketinggalan berita apa sih batinnya.

"Ya, seperti yang kau lihat mereka sudah menikah, jadi hanya kau yang ku beritahu, jangan sampai ke telinga orang lain paham ustadz Brama?"

Ustadz Brama masih tidak percaya apa yang dia liat tadik tapi dengan video itu dia perlahan mengangguk tanda dia paham bahwa sahabatnya sudah memiliki pendamping, dia merasa turut bahagia dan juga merasa kecewa karena tidak melihatnya secara langsung.

"Baiklah, saya tidak akan memberitahu pada yang lainnya." Jawab ustadz Brama. Lalu bangkit dari tempat duduknya saat hendak melangka ustadz Kalasa kembali bersuara.

"Mau kemana ente?" Tanyanya saat melihat ustadz Brama hendak pergi.

"Mau istirahat lah." Jawabnya sambil melanjutkan langkahnya menuju ke kamar guna istirahat.

"Lah! Saya kok ditinggal, tungguin dong." Ucap ustadz Kalasa.

Sambil berlari kecil ke ustadz Brama, mereka lalu masuk kedalam villa.

[GUS LUKMAN & SYAFA]

Bogor, 19/nov/2023

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!