PART 011

Happy Reading,,,

[GUS LUKMAN & SYAFA]

Saat selesai melaksanakan sholat ashar berjamaah di masjid utama pondok pesantren yang di imami oleh Kiyai zaen langsung, hanya ada beberapa santri putra yang masih tinggal di pondok entah karena tidak mau pulang atau karena jemputan mereka belum datang, sedangkan untuk santri putri semua sudah pulang kecuali Syafa, namun orang tua dari Syafa sudah datang dan sempat melaksanakan sholat ashar berjamaah.

Saat ini di ndalem Syafa terlihat manja pada ayahnya, siapa lagi jika bukan Ahmad Rifai Adnan yang datang bersama istrinya.

"Kau tidak malu dengan suami mu nak?," Tanya Rifai pada anaknya yang tidak mau melepaskan tangannya dari lengannya.

"Syafa tuh kangen banget tau sama Ayah," Ujar Syafa tidak menghiraukan tatapan tajam milik Gus Lukman yang begitu tajam nan dingin, ada apa dengan Gus Lukman batinnya.

"Kau tidak merindukan ibu juga?," Tanya tanya Anggit ibu Syafa.

"Tentu saja Syafa juga merindukan bunda," Ujar Syafa beralih memeluk ibunya.

"Jadi, mau pulang kapan nak?," Tanya Umi Salma yang duduk dekat dengan Kiyai zaen.

"Syafa mau pulang sekarang ajah Umi," Jawab Syafa.

"Baiklah, sebelum kalian berangkat, boleh saya berbicara dengan anda?," Tanya Kiyai zaen menatap ayah Syafa dengan serius.

"Tentu saja," Jawab ayah Syafa yang tersenyum.

"Nak, antar Syafa untuk mengambil barangnya di asrama," Pintah Kiyai zaen pada Aqila yang dibalas anggukan setelah berdiri mengajak Syafa untuk ke asrama putri mereka tidak lupa mengucapkan salam sebelum keluar dari ndalem.

Di ruangan itu ada Gus Lukman, Kiyai zaen beserta sang istri dan ayah Syafa yakni Rifai dan ibu Syafa yakni Anggit.

"Begini pak, sebelumnya saya minta maaf, saya memiliki sahabat karib beliau juga seorang pimpinan pondok pesantren Hidayatullah di bandung, kami telah menjodohkan anak kami dan nanti malam mereka akan datang kesini untuk membahas perjodohan itu, dan jangan khawatir karena Lukman akan jelas lebih memilih istrinya,"jelas Kiyai zaen pada kedua orang didepannya.

"Hm, lalu apa kalian bisah menangani ini? Apa kalian akan memberi tahu kan bahwa Lukman sudah menikah?," Tanya Rifai, dia tidak tau jika suami dari anaknya ini dijodohkan.

"Maaf Pak, saya jelas akan memilih istri saya, dan saya akan memberi tahu Ning Fitri namun bukan waktu dekat ini," Jawab Gus Lukman dengan tenang.

"Baiklah, semoga saja acaranya lancar ya," Ujar Rifai sambil tersenyum.

"Jadi nak Lukman kapan menyusul ke Jakarta? Tidak mungkikan pisah dari Syafa selama seminggu," Tanya Anggit pada menantunya.

"Setelah urusan saya selesai dengan keluarga Kiyai Adam, saya akan menyusul ke jakarta," Jawab Gus Lukman dengan senyum tipis.

"Ya sudah, kami menunggu kedatangan mu, jika Kiyai dan Umi ada waktu luang maka berkunjunglah kerumah kami," Ujar Anggit. Kiakai di pondok dia kembalikan.

"Assalamu'alaikum, ayah Syafa udah selesai," Salam Syafa, yang dibalas ayahnya dengan anggukan tanda mengerti.

"Ya sudah kami pamit dulu," Ucap Rifai lalu bangkit dari sofa yanng dia duduki kemudian menghampiri Kiyai zaen memberikan salam dan istrinya Umi Salma lalu berhak keluar di ikuti yang lainnya.

"Baiklah, Hati-hati di jalan," Ujar Kiyai zaen mengantarkan besannya ke depan ndalem.

"Syafa pamit dulu nak," Ucap Rifai saat melihat Syafa yang hendak naik kedalam mobil, astaga anak ini.

"Eh, maaf ayah Syafa lupa," Jawab Syafa lalu menghampiri Umi Salma dan Kiyai zaen menyalimi punggung tangannya dengan ta'zim, setelahnya beralih ke adik iparnya, lalu Gus Lukman yang meenatap dalam Syafa dengan mata tajamnya.

"Tunggu  saya di jakarta, saya akan menyusul mu besok, paham!" Ucap Gus Lukman setelah menyalimi tangan suaminya.

"Na'am Gus, Syafa bakal tungguin," Jawab Syafa yang dibalas dengan usapan di u ubun-ubun kepalanya siapa lagi kalau bukun Gus Lukman.

Saya yang mendapat perlakuan seperti itu, dia buru-buru masuk ke dalam mobil sudah di pastikan saat ini pipinya menjadi kepiting rebus, duh ya Allah Syafa salting batinnya.

Gus Lukman dan yang lainnya hanya terkekeh pelan melihat tingkah Syafa, salting lagi dia batin Gus Lukman.

"Ya sudah kami pamit dulu, assalamu'alaikum mari," Pamit Rifai lalu masuk kedalam mobil di ikuti Anggit, setelahnya mobil itu perlahan meninggalkan halaman pondok pesantren.

"Ayok, bersiap-siap selepas sholat maghrib mereka sudah sampai disini," Titah sang kepala keluarga mengiring masuk kedalam rumah karena waktu saat ini sudah sore.

###

Suasana jalan kini tampak ramai dengan suara bising kendaraan yang bersaut-sautan, dimana orang-orang kembali kerumah setelah beraktivitas seharian diluar, langit yang berwarna jingga cuaca sore hari ini mendukung.

"Nak, kau bahagia dengan pernikahan ini?," Tanya Anggit pada Syafa yang asyik memandang keluar jendela mobil yang kacanya dibuka sedikit sehingga angin sepoi-sepoi masuk.

"Syafa tidak tau bunda, tapi Syafa lagi belajar buat menerima pernikahan ini, bagaimanapun Syafa cuman mau menikah sekali ajah," Jawab Syafa, yah Syafa saat ini belajar untuk menerima Gus Lukman sebagai suaminya.

"Baguslah, kalian harus saling terbuka, saling memahami satu sama lain," Ucap Anggit pada putrinya.

Syafa tidak tau apa dia bisah menceritakan, terbuka pada Gus Lukman, namun ia akan berusaha untuk rumah tangganya.

Mobil yang di kemudikan Rifai telah sampai di kompleks perumahan elit yang ada di jakarta.

"Yey udah sampai, duhh kangen banget sama rumah," Ujar Syafa setelah turun dari dalam mobil menuju ke dapan pintu dengan cat putih itu menunggu dengan tidak sabaran sang bunda membuka pintu, setelah pintu terbuka lebar Syafa langsung masuk setelah ia mengucapkan salam, dirumah ini tidak ada pekerja rumah tangga karena sang bunda senang membersihkan rumah dengan sendiri tampah perlu menyewah art, jika ditanya kenapa tidak mengambil art saja maka jawabannya adalah lebih senang membersihkan rumah sendiri, hanya itu jawabannya jika ditanya.

"Duh, enaknya," Ujar Syafa duduk di sofa ruang tamu.

"Nak, cepat mandi, sebentar lagi sholat maghrib," Perintah Rifai setelah menyimpan koper putrinya di lantai dua kamar putrinya.

"Siap ayah," Jawab Syafa sambil hormat pada ayahnya yang dibalas dengan senyum, setelahnya dia juga menyusul sang istri ke kamar di lantai satu rumah ini.

###

Di pondok pesantren Al Ikhlas beberapa santri putra yang masih tinggal di asrama segera malangkahkan kakinya ke masjid karena sebentar lagi azan magrib, begitupun dengan tiga laki-laki yang berjalan bersama ke ke masjid siapa lagi jika bukan Gus Lukman dkk.

"Jadi kau sudah tau Brama?," Tanya Gus Lukman pada ustadz Brama yang berada di sampingnya, menayangkan perihal ustadz Brama yang mengetahui dia sudah menikah dengan santrinya sendiri, ustadz Brama tak henti-hetinya tertawa pada Gus Lukman yang dimana pada waktu dia mengatakan nanti jodoh dengan Syafa karena selalu menghukumnya, ternyata itu benar-benar terjadi, astaga Gus.

Plashback on

Brama yang mendapat jawaban seperti itu hanya terkekeh sambil menggeleng kan kepalanya.

"Jangan seperti itu Gus, nanti jodoh loh,"

"Astaghfirullah, bisah tekanan batin saya jika sampai berjodoh dengannya," Jawab Gus Lukman sambil mengusap-usapkan telapak tangannya ke dadanya.

Brama yang melihat itu tertawa tidak habis pikir dengan temannya yang satu ini.

"Hati-hati loh Gus, jangan sampai kejadian beneran, bahaya soalnya," Ujar Brama masih dengan kekehan kecil nya.

"Siapa juga yang mau dengan dia yang bandel itu," Bantahnya dengan sedikit kesal dengan ucapan Brama.

Plashback of

"Sudahlah Brama, suara mu jelek saat tertawa seperti tikus kejepit saja," Ujar ustadz Kalasa yang jengkel dengan temannya ini, sedari tadik tak berhenti terwah, sedangkan kan Gus Lukman hanya memutar mata jengkel dengan ustadz Brama, dan kenapa juga dia mengatakan hal itu, tapi dia tidak menyesal dengan keputusan yang dia ambil.

"Astaghfirullah, ente kalau ngomong itu di filter dulu lah, sembarangan tikus kejepit apaan!" Jawab ustadz Brama merasa tak terimah apa yang baru saja dikatakan ustadz Kalasa padanya.

"Lah! Memang benar kok, kalau suara kamu itu mirip tikus kejepit iyakan Gus?," Tanya pada Gus Lukman yang dibalas dengan anggukan kemudian mempercepat jalannya karena azan magrib sudah dikumandangkan.

"Tukan, bener apa yang saya bilang Gus Lukman ajah setuju," Ujar ustadz Kalasa dengan buru-buru menyusul Gus Lukman yang sudah masuk ke dalam masjid, meninggalkan ustadz Brama dengan wajah yang di tekuk kesel dengan keduanya.

"Astaghfirullah, sabar Bram namanya juga manusia iri kan," Ucapnya pada dirinya sendiri lalu menyusul kedua temannya yang sudah masuk kedalam masjid.

###

Setelah melaksanakan sholat maghrib Gus Lukman diminta pulang ke ndalem oleh Kiyai zaen karena keluarga dari Kiyai Adam sudah datang, dan mereka sudah ada di meja makan untuk makan malam bersama, di meja makan hanya terdengar suara dentingan sendok saja, mereka makan dengan tenang, sekalipun makan saat berbicara tidaklah masalah sebagai mana makan ternyata hal yang biasa dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabatnya.

Sehingga ini bukan adab yang tercela sebagaimana disangka oleh sebagian orang yang terpengaruh budaya orang barat. Bahkan berbicara ketika makan adalah adab yang mulia karena menimbulkan kebahagiaan bagi orang-orang yang makan, sebagai mana Syaikh Al Albani rahimahullah mengatakan.

“Berbicara ketika makan, hukumnya seperti berbicara di luar makan. Jika pembicaraannya baik, maka baik. Jika pembicaraannya buruk, maka buruk” (Silsilah Huda wan Nuur, 1/15).

Setelah makan malam bersama dua keluarga itu beranjak ke ruang tamu sedang kan Umi Salma dibantu oleh istri dari Kiyai Adam dan Aqila beserta Ning Fitri membersihkan bekas makan malam mereka, biasanya Umi Salam dibantu oleh santri putri yang piket di ndalem berhubungan mereka sekarang libur jadi hanya Umi Salma dan Aqila yang membersihkan ndalem sesekali dibantu juga dengan Kiyai zaen dan Gus Lukman karena, pekerjaan rumah bukan cuman dikerjakan oleh perempuan saja.

"Terimakasih atas makan malam nya Zaen," Ucap Kiyai Adam pada Kiyai zaen yang telah menjamu keluarganya dengan makan malam bersama.

"Ah, tidak apa-apa seperti sama siapa saja kamu Adam," Jawab Kiyai zaen dengan senyum pada temannya ini.

"Sebelum kita membahas tentang perjodohan ini, saya ingin meminta izin terlebih dahulu pada kau Zaen," Ujar Kiyai Adam, mangambil posisi duduk yang nyaman karena mereka tidak diruang tamu yang terdapat sofa, melainkan di ruang keluarga Kiyai zaen yang tidak memiliki sofa hanya beralaskan karpet berbulu yang halus, nyaman untuk di duduki.

"Silahkan,"

"Putriku Fitri ingin mengajar disini hanya beberapa bulan saja, apa boleh?," Tanya Kiyai Adam pada Kiyai Zaen yang berada di seblahnya sedangkan Gus Lukman berada dekat dengan Kiyai zaen.

"Loh ya tidak apa-apa toh, lagian kami juga kekurangan pembina satri kelas X untuk mengajar kitab shorof dam," Jelas Kiyai zaen, memang mereka membutuhkan pembina untuk sementara karena yang biasa menangani anak satri kelas X sedang ada kegiatan di Mesir entah kapan kembali.

"Alhamdulillah jika seperti itu," Ucap Kiyai Adam.

Tak beeselang lama semua sudah berkumpul di sana, membahas perihal minggu lalu Gus Lukman yang ada disana hanya menampilkan wajah dinginnya dan sorot mata tajam.

"Baiklah, karena sudah berkumpul semua, saya ingin kembali membahas perihal kedua anak kita Zaen," Ujar Kiyai Adam sambil tersenyum manatap Kiyai zaen.

"Ya aku tau, namun aku katakan sekali lagi bahwa keputusan tetap ada pada tangan anakku yaitu Lukman," Jelas Kiyai ada sambil menepuk pelan punggung tangan Gus Lukman yang ada disampingnya.

"Ya kami paham, apapun keputusannya akan kami terima," Jawab Kiyai Adam menatap mata teduh meilik putrinya.

"Bagaimana nak, apa jawabnmu?," Tanya Kiyai Adam menatap Gus Lukman yang wajahnya masih tetap dingin.

"Khm, sebelumnya saya minta maaf sebab, membuat kalian menunggu dengan keputusan saya," Ujar Gus Lukman menjedah ucapannya.

"Saya menolak perjodohan ini, setelah saya sholat istikharah meminta petunjuk dari Allah, namun Allah memberikan petunjuk lain," Sambung Gus Lukman menatap mata Kiyai Adam yang juga menatap matanya dengan sorot kecewa mungkin pikirnya.

Semua yang ada disana menghela nafas dengan kasar, termasuk Ning Fitri yang merasa amat kecewa dengan jawaban yang diberikan Gus Lukman padanya, perlahan dia melepaskan genggaman tangannya pada tangan ibunya.

Dia sudah sangat berharap lebih pada Gus Lukman, siapa yang tidak ingin memiliki suami seperti Gus Lukman.

"Kenapa Gus?," Tanya Ning Fitri pada Gus Lukman yang hanya menunduk.

"Afwan Ning, saya tidak bisah di saat hati saya memilih orang lain," Jelas Gus Lukman.

Ning Fitri yang mendengar itu sekali lagi merasa kecewa atas jawaban yang diberikan Gus Lukman, apa yang kurang darinya mengapa Gus Lukman menolak perjodohan ini, sungguh dia sangat kecewa.

"Tidak apa-apa nak, kami paham dan mengerti atas jawabanmu," Ucap Kiyai Adam, dia juga kecewa dengan jawaban yang diberikan Gus Lukman, dia berharap lebih untuk bisah menjalin hubungan lebih dari sebatas sahabat pada keluarga Kiyai zaen.

"Afwan Adam, kami tidak bisah memaksa kehendak Lukman, apa yang dia putuskan kami keluarga selalu mendukungnya, jelas Kiyai zaen sesekali tangannya menepuk baju temannya ini.

"Ning, tidak apa-apa kan?" Tanya Umi Salma yang kebetulan berada di sampingnya, melihat anak dari teman suaminya ini yang terlihat diam dan sesekali mengela nafas kasar.

"Fitri tidak apa-apa Umi," Jawabnya pelan.

"Adam, saya berharap keluarga kita tidak memutus tali silaturahmi keluarga, hanya dengan masalah ini," Ucap Kiyai zaen.

"Tentu saja, kita tetap keluarga, mungkin mereka berdua bukan jodoh," Jawab Kiyai Adam sambil tertawa mencairkan suasana.

Ning Fitri yang mendengar ucapan ayahnya merasa tidak senang, dia akan berusaha menarik perhatian Gus Lukman bagaimanapun caranya, salah satunya menjadi pembina di pesantren ini walau hanya beberapa bulan saja.

[GUS LUKMAN & SYAFA]

Bogor, 20/nov/2023

Terpopuler

Comments

Nurma Yani

Nurma Yani

Hedehhh

2024-04-18

0

yoongi kocheng

yoongi kocheng

ning jangan korbankan sifatmu, walaupun apa yg kamu kenakan itu berbeda dengan sifatmu, tapi banyak yg mengukur paka yg dikenakan akan selaras dengan sifat, tolong jangan nodai kain tipis yg menutup wajahmu.

2024-04-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!