PART 020

Selamat membaca,,,

[GUS LUKMAN & SYAFA]

Hari-hari berlalu santri-santri tetap beraktivitas seperti biasanya, hari minggu semua menyukai hari libur begitupun dengan perempuan yang sangat semangat jongkok menghadap tembok bukan karena dia di hukum tapi dia sedang mengintip santri putra yang bermain bola.

"MasyaAllah, ternyata pesantren punya aset yang ngak main-main," Ujarnya masih dengan berjongkok.

"Kenapa baru sadar yah, padahalkan udah mau tiga tahun disini," Lanjutnya.

"Sedang apa kau DISINI?," Tanya orang itu, saat tak sengaja lewat halaman masjid dia malah melihat sosok perempuan yang asyik berjongkok.

"Eh astaghfirullah hal aziim," Tutur perempuan itu saat berbalik dia membulat kan matanya di depannya ini adalah Gus Lukman.

"Syafa astaga," Geram Gus Lukman yah yang mengintip tadik ialah Syafa.

"Eh, Gus!" Ucap Syafa kaget dengan kehadiran Gus Lukman.

"Sedang apa kamu disini? Mengintip laki-laki?" Tanya Gus Lukman tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh Syafa.

"Lah, Syafa ngak ngintip Gus," Kata Syafa berusaha membelah dirinya walau pada kenyataannya dia memang mengintip tapi sedikit saja kok.

"Kalau tidak mengintip apa namanya? Kau tidak ingat sudah bersuami Syafa?" Cecar Gus Lukman bisah-bisahnya Syafa mengintip laki-laki yang bukan mahramnya, apa dia lupa telah bersuami pikir Gus Lukman.

"Syafa khilaf Gus, beneran deh," Jawab Syafa memperlihatkan senyum pepsodent.

"Khilaf apa kamu? Khilaf lupa sudah bersuami iya?" Tanya kembali Gus Lukman menatap tajam perempuan yang menundukkan kepalanya tajam.

"Ih Gus, pelan-pelan ngomongnya nanti ada yang dengar," Kata Syafa mengangkat kepalanya menatap Gus Lukman yang juga sedang manatap nya dengan mata tajam.

"Duh Gus, nanti matanya keluar dari tempatnya," Lanjut Syafa kembali menundukkan kepalanya.

"Berani jawab kamu? Sekarang saya hukum kamu," Kata Gus Lukman mengatur nafas nya dengan pelan.

"Ha! Gus Syafa ngak ngintip loh, jangan dihukum yah!" Ujar Syafa memperlihatkan wajah yang di buat seimut mungkin agar suaminya tidak membrikan hukum padanya.

"Jangan memperlihatkan wajah itu Syafa, kamu pikir saya akan luluh?" Kata Gus Lukman. "Tidak akan Syafa," Lanjutnya.

"Syafa minta maaf deh Gus, Syafa ngak bakal ulangi lagi beneran," Tutur Syafa berusaha membujuk Gus Lukman agar tidak menghukum nya.

"Tidak ada Syafa, sekarang saya hukum kamu," Kata Gus Lukman yang tidak mau di bantah lagi.

Syafa yang mendengar itu hanya pasrah, salahnya juga niat hati menyusul teman-temannya ke pos penjagaan, malah nyasar ke halam masjid mengintip sedikit saja ke halam besar santri putra yang bermain bola.

"Jahat banget sih! Masih pagi juga udah dapet hukuman ajah," Ujar Syafa sedikit memajukan bibirnya beberapa senti.

"Siapa suruh ngintip laki-laki," Kata Gus Lukman.

"Kan tadik Syafa bilang, Syafa khilaf Gus," Ucap Syafa dengan kedua tangan yang sibuk memainkan ujung jilbab hitam yang dia kenakan.

"Baiklah, mulai hari kamu saya jadikan santri khusus paham!" Kata Gus Lukman dengan tegas.

"Innalillahi Gus, Syafa cuman ngintip loh! Bisah-bisahnya jadi santri khusus? Syafa ngak mau pisah dari teman-teman Syafa Gus," Rengek Syafa pada Gus Lukman yang terlihat lelah menghadapi Syafa.

"Keputusan saya tetap sama Syafa, sekarang kamu ikut saya ke ndalem," Ajak Gus Lukman yang berjalan keluar dari halam masjid di ikuti Syafa yang berjalan di belakangnya dengan menghentakkan kakinya untuk suami batin Syafa.

###

Jika kalian belum tau santri khusus itu apa, santri yang dirasa pelanggaran yang dia lakukan sudah banyak dan berat, seperti Syafa yang pelanggarannya sudah banyak.

Santri khusus ini akan tinggal di rumah yang tidak terlalu besar tidak juga kecil tapi sederhana, rumah itu terletak di sebelah ndalem, hanya dibatasi tembok yang tidak tinggi.

Sudah ada beberapa santri khusus yang tinggal di rumah itu, ada empat rumah untuk santri khusus.

Dan Syafa untuk kali pertama dia akan tinggal di rumah itu, entah bagaimana hari-hari kedepannya, berpisah dengan ke dua temannya walaupun mereka masih bertemu tapi ini beda.

"Ayok masuk," Kata Gus Lukman saat mereka berdua sudah berada di ndalem.

"Na'am Gus," Jawab Syafa berjalan pelan mengetuk pintu itu lalu memberi salam.

Tok,,, tok,,,

"Assalamu'alaikum Abah, Umi," Salam Syafa pada orang tua di depannya, menyalimi mereka bergantian.

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarokatuh nak," Jawab Kiyai zaen dan Umi Salma.

"Sini duduk di samping Umi," Ujar Umi Salma menepuk sisi seblah kanannya meminta Syafa duduk disamping nya.

"Nggih Umi," Kata Syafa berjalan pelan kesamping Umi Salma lallu duduk.

"Tumben kesini, ada apa nak?" Tanya Umi Salma menatap menantunya.

"Lukman memberikan hukuman pada nya Umi," Jawab Gus Lukman duduk di depan Umi Salma dan Syafa.

"Loh kenapa bisah di hukum?," Tanya Kiyai zaen menatap putranya.

"Melanggar Abah," Jawab Gus Lukman melihat Syafa yang menatap dengan mata menyipit.

"Ada-ada saja, lalu kau menghukum Syafa apa?," Tanya Umi Salma penasaran.

"Lukman menjadikan Syafa sebagai santri khusus," Jawab Gus Lukman ringan.

"Pelanggaran apa yang di buat Syafa sehingga kau menjadikan dia santri khusus?" Tanya Kiyai zaen merasa heran dengan anaknya.

"Pelanggaran Syafa sudah banyak Abah," Kata Gus Lukman.

"Terserah mu saja nak,"

Syafa terlihat pasrah saja tidak membantah lagi keputusan Gus Lukman yang diberikan kepadanya.

"Jadi kapan tinggal jadi santri khusus?"

"Malam ini Syafa mulai tinggal di asrama khusus,"

"Na'am Gus,"

###

Di asrama putri terlihat tiga perempuan sedang duduk di balkon lantai tiga depan kamar mereka, saat ini Syafa masih belum memberi tahu kepada ke dua temannya bahwa ia akan menjadi santri khusus mulai malam ini entah sampai kapan.

"Terkadang dunia terasa terang kalau sudah siang," Celetuk Isyana yang asyik tiduran melihat langit siang yang cerah.

"Ya iyalah!," Ujar Anjani sedikit nyolot pada Isyana yang asyik tertawa.

"Lah! iyalah terlihat terang karena sudah siang Isyana," Kata Syafa tersenyum simpul melihat kearah Isyana.

"Kurang asupan ya seperti itu," Ucap Anjani merubah posisinya ikut tertidur di samping Isyana.

"Sebentar lagi kita lulus kan? Belum siap buat keluar dari sini," Kata Syafa menatap ke langit biru.

Siang ini terasa lebih sejuk walaupun matahari sudah naik sedari tadik, ini masih jam 10:30 menit, semua santri tidak memiliki kegiatan setelah tadik pagi semua santri wajib membersihkan lingkungan pesantren setelah itu mereka baru bisah beristirahat.

"Iya, padahal kan kita kaya baru jadi santri disini," Ucap Syafa yang ikut berbaring dengan kedua temannya.

"Hufft, kita bakal bareng-bareng terus kan?," Tanya Anjani pada kedua temannya.

"Iya, pasti bismillah yah,"

"Sampai ke jannah nya yah bareng terus,"

Itulah mereka mereka berteman dari saat awal mereka menjadi santri di pesantren ini.

Plashback on

Di halaman pondok pesantren Al Ikhlas terlihat banyak kendaraan roda empat dan juga roda dua, mereka adalah orang tua dari santri baru yang telah lulus memenuhi persyaratan pendaftaran dan telah lulus seleksi.

Mereka data hari ini sebagai santri pondok pesantren dan mengabdikan diri mereka untuk tiga tahun kedepan, terlihat salah satu santri putri yang duduk bersama keluarganya.

"Ayah sering-sering jengukin Syafa yah," Katanya sambil memegang lengan ayahnya.

Dia adalah Syafa Aisyah masih terlihat kecil dengan badan yang tidak berisi tidak juga kurus dan Ayah nya Ahmad Rifai Adnan dan ibunya Anggit Adnan datang untuk mengantarkan putri mereka untuk menambah ilmu di pesantren ini.

"InsyaAllah nak, ayah bakal usahain," Jawab Rifai mengusap pelan kepala anaknya yang tertutup hijab army.

"Iya, InsyaAllah yah nak," Ujar Anggit pada Syafa.

"Ngak ada yang ketinggalan dirumah kan barang-barang kamu?" Lanjut Anggit mengamati tas yang berisi beberapa pakaian anaknya.

"Ngak ada bunda, kalau ada yang Syafa tinggal di rumah bawain kesini yah," Jawabnya sambil tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

"Hhh, iya pasti,"

"Syafa mau ke asrama dulu simpan barang-barang Syafa,"

"Yaudah, kita tunggu disini yah,"

"Siap ibu negara,"

Lalu setelahnya Syafa pergi sendiri menyimpan barang-barang yang ia bawah dari rumah, dia tau dimana letak asramanya karena pada saat di tes dia sempet melihat-lihat lingkungan asrama putri.

Saat sudah sampai di depan asrama putri dia tak sengaja bertemu dengan dua orang perempuan yang seperti beradu argumen.

"Kita di lantai tiga ajah Isyana," Kata perempuan yang memegang buku daftar kamar santri putri.

"Ihh, kalau kita di lantai tiga capek naik turun nya," Jawabnya nampak kesal.

Itu yang dapat Syafa dengar saat sudah sampai di depan mereka berdua.

"Assalamu'alaikum," Salam Syafa lalu mereka yang berdebat tadik tiba-tiba berhenti dan melihat ke arah perempuan itu, mereka adalah Anjani, Isyana dan Syafa.

"Eh, wa'alaikum salam warahmatullahi wabarokatuh," Jawab keduanya.

"Santri baru juga yah?" Tanya Anjani yang melihat Syafa dari atas sampai bawah yang menenteng tas.

"Iya, kalian juga?" Tanya Syafa setelah menganggukkan kepalanya.

"Iya kita santri baru juga disini, tapi kamu kok masiih bawah tas? Belum daftar kamar yah?" Cecar Isyana.

"Iya belum daftar heheh,"jawab Syafa dengan kekehan.

"Pas banget kalau gitu, kita cuman berdua dan kalau kamu mau bisah bergabung juga dengan kita gimana?" Kata Anjani dengan semangat 45 nya.

"Tapi kita di lantai tiga yah,"

Lanjutnya lagi.

"Lantai tiga mulu, pilih yang lantai bawa ajah lah," Tutur Isyana yang lelah dengan Anjani yang sangat ingin di lantai tiga.

"Aku sih ngikutin ajah," Celetuk Syafa yang tidak mau pusing.

"Ok! Deal yah kita bertiga di lantai tiga," Kata Anjani tersenyum puas pada Isyana.

"Apa sih bagusnya lantai tiga?" Tanya Isyana.

"Biar kita jauh dari pembina kamar, biar aman," Jawab Anjani.

"Ckk, terserah kamu deh,"

"Eh kita dari tadik ngobrol tapi ngak tau nama kan?"

"Perkenalkan aku Isyana dan ini Anjani kita baru kenal juga kok,"

"Aku Syafa salam kenal yah,"

Lalu setelah perdebatan singkat itu mereka sama-sama berjalan menaiki tangga untuk ke lantai tiga, dari sanalah mereka menjadi sahabat menerima kekurangan satu sama lain, berteman tampa memandang status.

Plashback of

"Aku pengen ngomong sesuatu sama kalian," Tutur Syafa masih dengan posisi yang sama.

"Apa?" Ujar keduanya bersamaan.

"Kham, aku tadik dihukum Gus Lukman,"

"Ha! Dihukum lagi kamu?" Tanya Anjani syok.

"Iya,"

"Hukumannya apa kali ini dan kenapa kamu bisah di hukum sih?"

"Aku tadik ngintip dikit santri putra di halaman masjid, tapi sumpah aku khilaf kok,"

"Kurang kerjaan banget kamu, pantas ditungguin ngak muncul-muncul,"

"Hahah, maaf deh,"

"Terus kamu di hukum apa lagi?"

"Aku di hukum jadi santri khusus,"

"APA! santri khusus Syafa?"

"Iya,"

"Astaghfirullah,"

[GUS LUKMAN & SYAFA]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!