PART 004

Selamat membaca,,,

[GUS LUKMAN & SYAFA]

Setelah mencuci pakaian yang kelewatan banyak itu. Syafa harus menjemur nya ke lantai tiga samping kamar paling ujung, dibantu oleh kedua curutnya siapa lagi kalau bukan Isyana dan Anjani yang sudah siap memegang pegangan ember ada tiga ember sedang yang berisi kan semua pakaian ukhti Syafa, dia sebenernya rajin mencuci hanya saja dia kemarin-kemarin sibuk. Sibuk dihukum sama Gus Galak.

"Ckkk... Ini tangga kok banyak banget sihhh." Keluh Isyana yang menenteng ember berisikan pakaian Syafa.

"Ho'o, masih ada satu lantai lagi, semangat ukhti." Ucap Anjani menyemangati kedua temannya, dia mengambil nafas sebentar setelah itu mereka kembali naik tangga menuju lantai tiga.

"Kenapa kita bisa pilih kamar lantai tiga sih!" Kesal Syafa, merutuki perkataan teman-temanya saat awal mereka jadi santri di pesantren ini.

"Tau tu! Siapa tuh yang ngomong biar kita bebas jauh dari kamar pembina." Timpal Isyana melirik Anjani disamping nya. Anjani yang merasa tersindir memutar bola matanya jengah.

"Yaudah sihhh, nikmatin ajah, bentar lagi juga kita lulus." Jawab Anjani santai sambil meletakkan ember yang dia bawa. Karena mereka sudah sampai di tempat biasanya santri putri lantai tiga untuk menjemur pakaian mereka.

"Nasi udah jadi bubur." Lanjut Anjani sambil duduk di bangku kosong diikuti Isyana disamping nya.

"Kalian ngak mau bantuin jemur juga nih?" Tanya Syafa melihat keduanya sedang duduk santai.

"Ngelunjak kamu Syafa, udah dibantuin nyuci sampe bantu angkat dari bawah ke lantai tiga." Jawab Isyana kesel dengan Syafa yang hanya tersenyum tipis.

"Bilang makasih kek! Ini malah senyum." Sambung Anjani.

"Hhh... Syukron ukhti-ukhti yang paling jamiilaatun jiddan." Ujar Syafa kepada kedua temannya sambil tersenyum lebar menampilkan giginya yang rapih.

"Yok, balik kekamar udah selesai." Ajak Syafa setelah cucian nya dijemur semua.

"Lets go."

"Hayya!"

###

"Bagaimana hubungan mu dengan Ning fitri Gus?" Tanya ustadz Kalasa sahabat sekaligus pembina asrama santri putra.

Kalasa Kertabumi namanya, mereka berteman sejak duduk di bangku madrasah Aliyah, sampai ketiganya masih berteman sampai sekarang.

"Entahlah." Jawab Gus Lukman.

"Kau belum memberikan jawabannya? Sudah sholat istikharah Gus?" Tanya ustadz Brama. Sambil meminum secangkir kopi. Saat ini mereka bertiga sedang berada di pos keamanan pesantren.

"Sudah, tapi Allah masih belum memberikan petunjuknya," Jawab Gus Lukman sambil menatap kedepan. "Jika boleh jujur. Saya menyukai perempuan lain." Sambung Gus Lukman pandangannya menerawang jauh kedepan. Kedua temannya hanya saling melirik.

"Hhhh, lawak kamu Gus, siapakah perempuan yang berhasil mencairkan es balok ini." Ucap ustadz Kalasa sambil terkekeh.

"Beritahu kan kepada kami siapa perempuan itu?" Sambung ustadz Brama. Yang juga penasaran siapakah yang berhasil meluluh kan Gus dingin ini.

"Kalian tidak perlu tau." Jawab Gus Lukman tampa beban.

"Ckkk... Sungguh teganya dirimu mas." Ujar ustadz Kalasa. Dengan dramatis sambil memegang lengan Gus Lukman. Gus Lukman yang mendapat perlakuan seperti itu dari temannya hanya pasrah. Meladeni mahkluk seperti Kalasa ini memang harus sabar.

"Lepaskan saya Kalasa." Ucap Gus Lukman mulai jengah dengan tingkah ustadz Kalasa padanya.

"Ayok dog mas! Siapa sih perempuan itu?" Tanya Ustadz Kalasa lagi-lagi memegang erat lengan Gus Lukman, sedangkan ustadz Brama hanya terbahak-bahak melihat itu. Lumayan totonan gratis kapan lagi coba liat si dingin tertekan batin ustadz Brama.

"Ckkk... Kalasa apa kau tidak malu diliat santri yang lewat, mereka memandang mu seperti memandang orang utan yang tidak mau lepas dengan majikannya." Ujar ustadz Brama.

"Kau menyamakan ku dengan hewan itu? Wahh tega sekali kau." Sungguh dirinya ingin sekali memukul mulut lemes temannya itu.

"Muka saya ganteng begini kok di samain orang utan, astaghfirullah mas." Sambung ustadz Kalasa jengkel dengan temannya ini.

"Kau ganteng dari mananya? Kalau diliat dari ujung pipet?" Ucapa ustadz Brama kembali terbahak-bahak melihat wajah Ustadz Kalasa yang kesel.

"Kau memang mirip, kenapa menyangkalnya." Itu suara Gus Lukman. Ustadz Kalasa yang mendengar itu hanya pasrah dan wajah yang ditekuk.

"Hahaha, tuh kan? Memang benar apa yang ku katakan." Ujar ustadz Brama.

"Sudahlah, saya pamit dulu" Ucap ustadz Kalasa bangkit dari tempat duduknya hendak pergi.

"Mau kemana ente?" Tanya ustadz Brama penasaran.

"Mau buang air kecil, kenapa? Mau ikut?" Tanyanya dengan wajah tengil, lalu segera pergi setelah mengucapkan salam bada kedua temannya.

"Ada-ada saja kelakuannya."

"Kau butuh cermin?"

"Untuk apa aku butuh cermin?"

"Agar kau melihat dirimu sendiri, kau lebih parah dari Kalasa." Jawab Gus Lukman dengan santai.

###

Setelah makan siang tadi. Syafa memisahkan diri dari kedua temannya, dia pergi ke taman dibelakang aula yang sempat tadi pagi dia bersih kan karena dihukum oleh Gus Lukman. Syafa datang kesini karena dia ingin menghafal kan surah Ar-Rahman dari Gus Lukman. Dia tida bisa menghafal saat bersama teman-teman nya yang ada dia malah asyik ngobrol bukan menghafal.

"Masih lama sihhh, tapi pengen cepat-cepat seteronan, apa lagi seminggu kedepan bakal ujian pertengahan semester." Ucap Syafa sambil memandang langit biru, saat ini dia duduk sendiri di gazebo dengan Al qur'an ditangannya.

"أَعُوْذُ بِاللِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيم"

Syafa mulai menghafal dengan suara yang indah nan merdu.

"بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ"

"اَلرَّحۡمٰنُۙ"

"عَلَّمَ الۡقُرۡاٰنَؕ"

"خَلَقَ الۡاِنۡسَانَۙ"

"عَلَّمَهُ الۡبَيَانَ"

Syafa masih melanjutkan bacaannya tampa di sadari sepasang mata tajam sedari mengawasinya dari kejauhan sampai ketia ia tertegun mendengar suara indah itu, dia masih setia disana menunggu sampai bacaan gadis cantik tapi bandel itu selesai, masya Allah suaranya batin laki-laki itu.

"Shodaqollahul 'adzim'." Ucap Syafa menutup hafalannya dengan senyum titip sambil mencium Al qur'an itu dengan takzim.

"Aku bisa menyetorkan hafalan ku pada Gus galak sebentar malam, yah aku harus menyetor ya agar aku bisa bebas dari hukuman." Ujar syafa bangkit dari tempat duduknya hendak pergi ke asrama mau bobo siang batinnya.

Saat tak sengaja didepan aula dia hampir menabrak punggung seseorang, untung saja dia tidak sedang buru-buru, kepalanya perlahan melihat siapa yang di depannya ini. Mata melotot sempurna lalu dia alihkan pandangnya ke sembarang arah agar tak melihat yang bukan mahramnya.

"Hati-hati saat berjalan Syafa, kamu hampir menabrak saya." Yap dia adalah Gus Lukman, dia juga yang tadi memperhatikan Syafa sedang menghafal.

"Afwan Gus. Syafa tidak melihat Gus." Cicitnya dengan pelan sambil menunduk.

"Kau ini! Ngapain kamu di taman sendiri di siang bolong begini? Bukannya istirahat malah berkeliaran." Ujar Gus Lukman, berdecak pinggang sambil melihat Syafa yang setia menundukkan pandang nya.

"Gus galak kepo deh." Ehh.... Apa yang baru saja dia katakan, aduhh mulutnya lemes banget sihhh batinnya.

"Apa kamu bilang! He! Yang sopan kamu Syafa." Ujar Gus Lukman sedikit meninggikan suaranya mendengar jawaban dari Syafa.

"Aduhh, afwan Gus. Syafa ngak sengaja serius deh." Jawab Syafa sambil mengangkat dia jarinya berbentuk v sebagai bentuk damai pada Gus Lukman.

"Astaghfirullah."

"Syafa pamit Gus, Assalamu'alaikum." Salam Syafa sambil buru-buru berlari kecil menghindari amukan Gus Galak.

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, astaga anak itu." Jawab Gus Lukman, masih setia menatap kepergian santri bandel itu, dia memegang detak jantungnya yang seperti ingin copot dari tempatnya.

"astaghfirullah tenanglah jantung." Ucapa Gus Lukman.senyum simpul tak bisa dia tahan yang terukir sempurna di bibir nya.

###

Tak terasa sholat maghrib berjama'ah di pondok pesantren Al Ikhlas sudah selesai santri-santri yang lain mulai mencari tempat disekitar lingkungan masjid untuk menghafal alquran, tidak lupa Syafa dkk yang mengambil posisi dekat pintu masuk yang disebelahnya terdapat jendela yang dibiar kan terbuka, mereka memilih tempat itu sengaja cuman untuk melihat santri putra itu usulan Anjani. Syafa dan Istana hanya ikutan.

"Duhh deg-degan nih, mau setoran sama Gus Lukman." Ucap Syafa yang sedari tadi melihat Gus Lukman duduk diteras masjid dengan kedua temannya.

"Ckkk... Kaya ngak biasa ajah kamu Syafa." Ujar Isyana yang menimpali Syafa.

"Jangan-jangan kamu suka sama Gus Lukman!" Tuding Anjani menatap Syafa.

"Ihh... Kamu kalau bicara di filter dulu Anjani." Sangkal Syafa pada Anjani yang duduk didepannya.

"Ya siapa tau kan? Dah sana tuh liat Gus Lukman udah sendiri disana, buruan." Ujar Anjani sambil menunjuk ke arah Gus Lukman.

"duhh iya iya sabar ih." Jawab Syafa menarik nafasnya dalam kemudian bangkit dari tempat duduknya menuju tempat Gus Lukman duduk.

"Assalamu'alaikum Gus" Ucap Syafa sambil menunduk dihadapan Gus Lukman.

Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, ada apa?" Tanya Gus Lukman pada Syafa yang sudah duduk dihadapan nya sambil memegang Al qur'an ditangan nya.

"Ana mau setoran surah Ar-Rahman Gus."

"Kau sangat cepat menghafal Syafa, bahkan ini baru sehari."ucap Gus Lukman heran dengan Syafa yang menghafal begitu cepat.

"Afwan Gus, ada tugas hafalan minggu lalu dari madrasah surah Ar-Rahman juga Gus." Syafa menjelaskan kepada Gus Lukman kenapa ia menghafal dalam sehari, itu memang benar hafalan itu minggu lalu dari ustadz Kalasa sebagai guru Tajwid di kelas XII.

"Ah! Seperti itu ternyata." Balas Gus Lukman.

"Baiklah mari kita mulai setoran mu, silahkan." Pinta Gus Lukman siap mendengar suara merdu itu. Gus Lukman terdian mendengar dengan baik sampai bagian Syafa selesai.

[GUS LUKMAN & SYAFA]

Terpopuler

Comments

yoongi kocheng

yoongi kocheng

beneran gus suka sama syafa?

2024-04-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!