PART 002

Assalamu'alaikum teman-teman

Bismillahirrahmanirrahim

Happy Reading,,,

[GUS LUKMAN & SYAFA]

Di asrama putri tepatnya dikamar Az-Zahra yang berisi tiga orang yang sedang Bersiap-siap untuk berangkat ke masjid utama pesantren yang letaknya di tengah-tengah asrama putra dan asrama putri hanya tembok saja yang membatasi.

"Jangan lupa bawa Al Qur'an sama buku catatanya." Ujar tiba-tiba Anjani. Mengingatkan teman-temannya bahwa hari ini mereka ada kajian dari salah satu ustadz di pondok ini.

"Iyya ustadzah!" Mereka menjawab bersamaan sampai Anjani sedikit kaget dibuatnya.

"Kalau udah siap semua yok buruan, nanti telat." Ajak Syafa pada kedua temannya.

Di asrama putri ada tiga lantai, masing-masing lantai memiliki jumlah kamar dua puluh yang dimana diisi satu kamar ada lima penghuninya, namun kamar Syafa dkk hanya diisi tiga orang saja kebetulan kamar mereka terletak pada lantai tiga kedua dari ujung.

"Ayok, buruan mana turun tanggah lagi." Ucap Isyani yang sudah siap.

Mereka kemudian berangkat

kemesjid bersamaan tidak lupa mengunci kamar mereka.

Saat tiba di masjid sudah banyak santriwati yang lain termasuk santriwan yang juga mulai berdatangan.

"Masya Allah, calon-calon ku kok ganteng banget sih." Itu suara Anjani. Tiba-tiba saja bersuara saat tak sengaja melirik pintu masuk untuk santri putra.

"Astaghfirullah, tobat kamu. Matamu kok jelalatan banget sih?" Ucap Syafa.

"Ini tuh ngak bisah dilewati Fa, kapan lagi coba liat mereka?" Jawab Anjani dengan semangat 45 nya.

"Istighfar banyak-banyak punya teman seperti kamu deh Anjani." Ujar Isyana. Yang sibuk mencari tempat duduk untuk mereka sholat.

"Kita duduk dimana nih? Udah pada penuh semua." Ucap Syafa pada kedua temannya.

"Tuh! Masih ada yang kosong di ujung paling bekelakang." Tunjuk Anjani.

"Ayok, buruan nanti ada yang tempatin lagi." Ajak Isyana kepada kedua temannya.

Mereka buru-buru kesana takut ada yang tempati, karena masih banyak yang baru saja datang.

Sampai tiba waktu azan magrib yang dimana tandanya sebentar lagi mereka menunaikan ibadah sholat Maghrib berjamaah, suara azan dikumandangkan begitu merdunya entah siapa pemilik suara merdu itu.

"Imam sholat malam ini siapa yah?" Bisik Isyana pada Syafa yang posisinya ditengah kedua temannya.

"Ngak tau, mungkin Kiyai Zaen." Jawab Syafa dengan suara kecilnya.

Semua santri siap untuk melakukan sholat Maghrib berjamaah yang di imami oleh Gus Lukman sendiri, terlihat gagah dengan balutan gamis putih panjang dan sorban hitam serta kopiah putih sangat pas dikenakannya.

Suara saat memulai takbiratul ihram sampai dengan membaca surah Al-Fatihah dan surah pendek, hingga selesai do'a suara Gus Lukman sangat indah dan merdu.

Setelah sholat berjamaah ada kajian wajib setiap selesai sholat Maghrib berjamaah dari ustadz dan ustadzah yang ditugaskan oleh pihak Pesantren sendiri, dan malam ini Gus Lukman mendapatkan jadwal pengajiannya.

Dia berdiri dihadapan semua santri dan pembina asrama dengan gagahnya.

"ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH." Gus Lukman membuka dengan salam.

"WA'ALAIKUM SALAM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH." Jawab semua jamaah.

"Pertama-tama puji syukur kita panjatkan atas nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah SWT, sehingga kita masih bisah berkumpul disini dalam keadaan sehat..."

"Masya Allah, Gus Lukman kok ganteng banget sih." Puji Anjani membuat Syafa dan Isyana menoleh.

"Siapa yah wanita beruntung yang bakal jadi pendamping Gus Lukman?" Lanjut Anjani. Dengan mata berbinar menatap Gus Lukman yang sedang membawakan materi.

"Pasti beruntung banget istrinya, bisah dapatin Gus Lukman. Apa wanita itu saya ya?" Lanjut Isyana,

"Tidak mungkin Ukhti!" Ujar Anjani menatap dari samping Isyana.

"Never try Ukhti, astaghfirullah Isyana." Ucap Syafa.

"Ihh, kalian kenapa sih? Siapa yang tidak mau punya suami spek Gus Lukman, duhh beruntung banget deh."

"Jangan mimpi terlalu tinggi ukhty, nanti jatuh sakit trus nangis." Ucap Syafa.

Syafa mengalihkan pandangan nya kedepan melihat Gus Lukman, ia juga mengakui pesona Gus Lukman memang tidak main-main, saat sedang serius menatap Gus Lukman tiba-tiba saja Gus Lukman juga menatapnya, hanya sesaat karena Syafa langsung menundukkan kepalanya takut melihat mata tajam Gus Lukman.

"Astaghfirullah halazim, zina mata." Cicit Syafa pelan.

"hah? Kamu ngomong apa Syafa?" Ucap Anjani. Yang samar-samar mendengar ucapan Syafa yang kurang jelas.

"Hah! Ngak ngomong apa-apa kok, salah dengar kamu." Sangkal Syafa. Sambil kembali menatap kedepan

Mereka mendengarkan kajiannya sampai selesai, setelah itu dilanjutkan sholat Isyah berjamaah.

###

Semua santri telah kembali ke asrama masing-masing dan saat ini ketiga sijoli itu sedang mengantri untuk mengambil makan malam mereka, lalu dibawa kemeja yang masih kosong bergabung dengan santriwati yang lainnya.

"Tadik tuh Gus Lukman pesonanya ngak main-main deh." Anjani mulai kumat lagi.

"ngomong-ngomong nih yah, katanya Gus Lukman mau dijodohin sama anak temannya Kiyai zaen benar gak sih?" Tanya Anjani. Pada kedua temannya yang sibuk menyantap makanan di depannya tampa minat menimpali perkataan Anjani.

"Kalau makan itu diam, jangan banyak omong kesedek baru tau rasa kamu!" Syafa memberikan wejangan kepada Anjani.

"Betul itu, Nanti selesai makan baru lanjut ngomong." Ucap Isyana sambil sesekali menyuapkan makanan kedalam mulutnya.

"Na'am ukhty,l."

Mereka lanjut makan tampa ada yang berbicara lagi, sampai mereka selesai makan, kemudian mereka kembali kekamar untuk istirahat, setelah sholat Isyah para santri tidak memiliki kegiatan, belajar sendiri-sendiri di masing-masing kamar tampa membuat keributan yang mengganggu kamar lainnya.

"Besok kan hari minggu jadi mau bobo siang sepuasnya." Ucap Syafa. Semangat 45 sambil tersenyum lebar merabahkan dirinya pada lantai beralaskan karpet tipis.

"Ngak ada ya! Cucian kamu numpuk tuh." Cecar Anjani. Sambil melipati kembali mukenah yang tadi digunakan nya. "Awas ajah kamu sampai ngak nyuci besok, aku aduin kamu ke ustadzah arah." Matanya melototi Syafa yang masih asik rebahan.

"Hahaha, Aduin ajah biar dihukum lagi." Ujar Isyana. Kelewatan santai duduk bersilah di samping Syafa.

"Kalian kok gitu! Tega banget sama temen sendiri juga." Jawab Syafa. Memajukan bibirnya sampai beberapa senti, kesel dengan teman-temannya.

"Lanjut cerita yang tadi waktu dikantin, yang kamu bilang Gus Lukman mau dijodohin. Emang bener?" Ujar Isyana. Melihat kearah Anjani yang sedang menutup pintu kamar tidak lupa menguncinya juga.

"Tunggu bentar, bergibah tampa ngemil tuh ngak afdhol." Jawab Anjani mengambil beberapa cemilan di lemarinya.

Memperbaiki posisi duduk agar terasa nyaman saat bercerita.

"Aku ngak tau kalau itu beneran apa ngak, soalnya aku dengar juga dari kamar sebelah kita. Kalian taukan Ning Fitri anak pemilik yayasan Hidayatullah dari Bandung itu?" Anjani bercerita sambil sesekali memasukkan makan ringan ke mulut nya.

"Yang pernah datang beberapa kali ke pondok kan? Yang anaknya Kiyai Adam Izhaq? Yang cantik Masya Allah itu?" Cecar Syafa. Dengan raut wajah penasaran, sambil mencomot cokelat yang dipegang Isyana tanpa pemiliknya sadari saat sedang minum.

"Iya kan?" Tanyanya lagi memastikan.

"Benar banget Ning Fitri Fujianti." Jawab Anjani.

"Tapi cocok sih yang satu cantik yang satu lagi ganteng, tapi tetap ajah ngak ridho saya kalau Gus Lukman udah dapat pawangnga." Sedih Isyana. Temannya hanya menatap prihatin kepada Isyana.

Keasikan bercerita sampai mereka tertidur dilantai yang hanya beralaskan karpet kecil tapi tebal jadi mereka tidak akan kedinginan, mereka sering tidur melantai ketimbang memakai tempat tidur yang sudah disediakan pesantren, lebih enak tiduran dibawa lantai.

###

Sama seperti pesantren pada umumnya, dimana santri-santrinya mengerjakan sholat sunnah malam yakni, sholat sunnah Tahajjud. Dikamar yang terdapat tiga mahkluk ciptaan Tuhan itu masih asik terlelap, sampai ketokan pada pintu membangun kan mereka.

Tok, tok.

"Bangun dek, sholat sunnah tahajjud sebentar lagi mau dimulai." Itu suara ustadzah Arah yang masih setia berdiri didepan pintu kamar Az-Zahra.

Masih tidak ada sahutan didalam sana sampai ustazah Arah membuka pintu kamar mereka menggunakan kunci cadangan yang sering dia bawah saat seperti ini.

Tak

Kunci kamar dibuka menampilkan kamar yang gelap gulita ustazah arah mencari saklar lalu menyalakan lampu kamar, nampak lah tiga manusia yang masih asik tidur sambil berpelukan.

Huuuff

"Ukhty-ukhty! Ayok bangun siap-siap buat kemasjid." Ucap ustadzah Arah yang masih setia mengguncang tubuh mereka secara bergantian.

"Astaghfirullah! Sabar Arah sabar." Ujarnya. "Ayok bangun dek." Ustazah Arah mengguncang keras bahu Anjani sampai gadis itu bangun dari tidurnya.

Masih setengah sadar berusaha untuk mengumpulkan semua nyawanya. "Na'am ustazah." Ucapnya dengan suara khas bangun tidur.

"Bangun kan teman mu lalu bersiap ke masjid, ustazah tunggu di gerbang masjid kalau lambat ustazah hukum kalian bertiga." Ujarnya. Melihat Anjani yang sudah berhasil membangun kan kedua temannya.

"Na'am ustazah." Jawab mereka.

"Ustazah mau kekamar lainnya jangan tidur lagi, Assalamu'alaikum." Ustazah Arah meninggal mereka bertiga dan segera bersiap untuk berangkat ke masjid takut dihukum.

Saat sudah sampai didepan masjid terlihat beberapa pembina asrama yang sedang mengawasi santri-santrinya, mereka buru-buru mengambil tempat ujung paling belakang sengaja biar bisah tidur tampa ketahuan pembina batin mereka bertiga.

Biasanya santri-santri di pondok ini setelah sholat sunnah tahajjud mereka tidak kembali ke asrama melainkan tadarrus bersama sampai masuk waktu sholat subuh.

"Ngantuk banget." Ucap Syafa. Yang matanya hampir tertutup rapat.

"Hmm, waktu subuh masih lama lagi." Timpal Anjani. Sambil melihat sekitarnya, lalu beralih melihat kedua temannya yang entahlah.

"Nanti setelah subuh ada tadarrus bersama ustadz Brama." Ujar Andini.

"Ngantuk." Syafa bersuara dengan pelan.

###

Sholat subuh berjamaah telah selesai beberapa waktu lalu, para santri sedang bertadarrus bersama dengan dipimipin ustadz Brama, dan jangan lupakan mata tajam milik Gus Lukman yang sedang menatap salah satu santri putri yang berada dibarisan paling belakang dekat dinding sambil metup matanya dengan tenang tampa menghiraukan teman-temannya yang berusaha untuk membangunkannya sedaritadi.

"Ihh! Syafa bangun ah, nanti kamu dihukum lagi." Ujar Isyana yang lelah membangun kan temanya ini. "Bangun iih!" Sambil mencubit sedikit kulit tangan Syafa.

Syafa yang dicubit pun meringis pelan membuka matanya perlahan "sakit tau! Bangunin tuh yang baik-baik." Ucap Syafa sambil menguap. Kesel dengan temannya yang baru saja mencubit nya dipikir tidak perih apa dicubit sedikit.

"Tuh, liat mata tajam Gus Lukman dari tadik natap kamu terus Syafa." Ujar Anjani. Yang sedaritadi memperhatikan tatapan Gus Lukman pada temannya, tatapan Gus Lukman seperti singa yang melihat daging.

Syafa yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya tiba-tiba melebarkan pupil matanya tiba-tiba saja rasa ngantuk nya menghilang digantikan dengan rasa panik saat tatapan matanya melihat Gus Lukman yang masih setia menatap kearahnya.

"Astaghfirullah! Habis lah kau Syafa." Ucapnya pada dirinya sendiri. Dia meringis pelan meratapi nasibnya yang sebentar lagi tamat dihadapan Gus Galak itu.

Sabar ya Syafa, semangat.

[GUS LUKMAN & SYAFA]

                      

 

Bogor, 16/nov/2023

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!