Waktu liburan telah usai. Seluruh siswa Alexandra kembali melanjutkan belajar mereka seperti biasa.
Shasa menghabiskan sarapannya lalu berjalan menuju garasinya. Hari ini ia berniat ingin membawa sepeda motornya agar sampai ke sekolah dengan cepat.
Namun mengingat ia tidak memiliki helm. Shasa membatalkan niatnya dan memilih memesan ojek online.
Semenjak orang tuanya meninggal dan kakek neneknya kembali ke rumah mereka. Shasa tinggal berdua hanya dengan ART yang ditugaskan neneknya untuk menemani Shasa.
Shasa sampai di sekolah dan menuju kelasnya dengan langkah santai. Di kelas sudah banyak siswa siswi yang memenuhi bangku memulai bercengkrama dan saling bertukar cerita mengenai liburan mereka.
Semester kemarin ia duduk dengan Arden namun lelaki itu sekarang telah memiliki chairmate-nya.
Arden duduk dengan Browzy. Sedangkan Fani, gadis itu sudah duduk dengan Debby.
Hanya tersisa bangku kosong di sebelah Kamandanu dan Adrian saja.
'Kenapa mereka gak duduk bareng aja sih! Biar gue bisa ambil salah satu bangku mereka,' gerutu Shasa dalam hatinya.
Ingin duduk dengan Adrian, ia ingat terakhir kali berinteraksi dengan lelaki itu tidak lah baik.
Setelah pulang dari rumah Adrian Hari itu, Shasa tidak banyak bicara dan memilih untuk diam.
Bahkan chat Adrian yang menanyakan kabarnya tidak ia balas. 'Playboy!' Begitulah Shasa menjulukinya.
"Ngapain lo? Gue gak sudi sebangku sama lo!" ucap Danu ketus tanpa melihat Shasa.
"Duduk sebelah gue aja, Sha. Danu hom0. Dia gak suka deket-deket cewek!" timpal Adrian meledek.
Danu yang diledek seperti itu hanya diam tidak membalas. Ia kembali memfokuskan tatapannya pada layar iPadnya.
"Gue boleh ya duduk di sini?"
"Of course my Princess!"
Shasa terkekeh, "Gue tinggal di komplek bukan di kastil, jadi jangan panggil gue Princess!" balas Shasa menyindir.
Adrian yang di balas seperti ini hanya terkekeh geli sambil mengangguk.
"Chat gue kok nggak lo bales sih? Delivered padahal. Lo privasiin ya? Jadi centang birunya gak kelihatan?" tanya Adrian memberondong pertanyaan pada Shasa.
"Satu-satu apa nanya nya. Debat capres aja pertanyaannya satu-satu!" gerutu Shasa saat gadis itu baru mendudukkan tubuhnya ke kursi.
Baru saja Shasa membalas pertanyaan Adrian, Debby yang berada di depan Shasa menatap gadis itu dengan tatapan tidak sukanya.
Shasa segera mengalihkan tatapannya dengan menatap Adrian sebentar.
"Jadi gini ... gue lagi main game. So ... chat lo tertumpuk sama chat lainnya!"
"Ohhh gitu. Ehh BTW, lo bawa bekal gak Sha, hari ini?"
Shasa mengerutkan keningnya. "Kenapa memangnya?"
"Ya kayak biasa. Tukeran!"
"Ohhh itu. Engga Ian. Mulai semester ini gue ikut makan di kantin. Nenek kakek yang minta. Soalnya udah gak ada yang bantu gue masak pagi-pagi."
Shasa murung kembali, ia teringat aktivitas paginya yang selalu masak bersama sang bunda namun sekarang sudah tidak lagi.
"Sorry ya gue jadi bikin lo inget sama bunda!" Adrian menggenggam tangan Shasa.
Ada sepasang mata yang menatap tidak suka penuh benci ke arah Shasa. Namun saat Shasa membalas tatapan itu, ia memutus pandangannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Shasa, Arden dan Fani jalan bersama menuju kantin untuk makan siang bersama. Terlihat kantin sudah cukup ramai di padati siswa siswi Alexandra.
Shasa memilih untuk langsung berbaris antri mengambil jatah makan siang yang telah disediakan dari sekolah.
Ternyata menunya sangat banyak. Untuk karbohidrat terdiri 2 pilihan yaitu nasi putih dan nasi merah.
Sedangkan protein hewaninya tentu ada pilihan daging sapi dan ikan. Ada juga berbagai jenis sayuran, Snack dan dessert.
"Tau gitu, semester kemarin gue ikut makan di kantin," gumam Shasa yang masih di dengar Arden.
"Pokoknya mulai sekarang lo harus rajin makan di kantin biar gizi lo terpenuhi. Gak kurus kayak sekarang." Arden mengomeli Shasa sambil memilih menu makan siangnya.
Setelah mengambil menu sesuai yang diinginkan, Shasa dan Fani sempat bingung ingin duduk dimana.
Kebanyakan dari mereka rata-rata duduk berkelompok. Jika memutuskan gabung, Shasa tidak yakin kalau diperbolehkan.
Adrian yang melihat Shasa celingukan bingung mencari bangku kosong, segera memanggil gadis itu untuk duduk bersama dengan dirinya dan teman-temannya.
Shasa dan Fani menghampiri Adrian yang sudah terlebih dahulu mengambil makan siangnya. Disana Adrian bersama Kenzo, Panji, Danu, Browzy, Farel dan Debby.
"Gue baru tau kalau Pioneer ada personil ceweknya!" ucap Shasa ketika berjalan mendekati meja Adrian.
"Bukan Sha, Debby mah cuma nempel aja. Mereka bukan anak Pioneer, yang Pioneer Adrian, Kenzo, Panji dan Danu doang. Anggota biasanya kebanyakan di jurusan IPS dan Bahasa." Fani menjelaskan.
Baru saja Shasa menempelkan bokongnya ke kursi, Danu sudah berdiri meninggalkan bangku yang diisi oleh teman-temannya.
"Lah kenapa dia?" tanya Adrian bingung.
Tidak ada yang menjawab pertanyaan Adrian, tapi Shasa menyadari jika kehadirannya membuat Danu tidak nyaman.
Ada sedikit rasa bersalah pada Danu, namun ia kembali fokus menyantap makanannya.
"O-iya Sha, kemarin nyokap gue minta nomor lo. Gue kasih gak apa-apa, kan? Soalnya nyokap gue gak punya temen ngobrol. Siapa tau kan, lo bisa jadi temen ngobrolnya," pungkas Adrian saat Shasa sedang memasukan makanan ke mulutnya.
"Ihhh Adrian ... aku juga mau dong jadi bestie mama kamu. Boleh, kan?" rengek Debby sambil menggoyang-goyangkan lengan Adrian yang sedang ia rangkul.
Jujur saja melihat hal itu membuat Shasa risih berada satu meja dengan mereka.
"Mana mau nyokap Adrian sama cewek gatel kayak lo!" celetuk Kenzo.
"Gue gak minta pendapat lo ya, sipit!" Debby menatap sebal pada Kenzo.
"Pec un!" cicit Kenzo sambil melirik sinis ke arah Debby.
Panji tersedak mendengar celetukan yang Kenzo lontarkan pada Debby yang termasuk cewek most wanted di Alexandra school.
"Sadis bener si Kenzo kalau udah memuji," sindir Panji.
Yang di sindir hanya senyum sinis sambil menatap Debby.
"Kalau udah pernah gue pake namanya Pec un!" bisiknya pada Panji dan masih terdengar di telinga Shasa.
'Circle yang toxic dan aneh.' Monolog Shasa.
Panji hanya melebarkan matanya sambil menutup mulutnya dengan tangan yang ia kepal lalu menatap Debby horor.
"Kenapa lo liatin gue begitu? Demen lo ya sama gue?"
"Sorry Deb, gue nggak demen lobang second dari temen sendiri. Gak tau deh kalau Adrian!" ucap Panji.
Adrian yang namanya keseret-seret menatap Panji bingung, pasalnya ia tidak fokus dengan obrolan Kenzo, Debby dan Panji.
Fokusnya saat ini menatap Shasa yang sedang makan dan mengganggu gadis itu makan.
"Apa sih kok bawa-bawa gue?" tanya Adrian sambil melepaskan tangan Debby dari lengannya. "Deb ... berat bego, lo senderan di bahu gue kayak gini! Kayak monyet lagi nyender di pohon lo," tambah Adrian.
"Kasian amat monyet di samain sama dia!"
Mendengar celetukan Kenzo pada Debby, membuat mereka semua tertawa, tidak dengan Debby. Ia menahan kesal karena dipermalukan bahkan di depan saingannya sendiri. Shasa.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Sha ... Shasa ...!" teriak Adrian dari lobby sekolah.
Shasa yang sudah hampir sampai di gerbang sekolah untuk pulang, menghentikan langkahnya. Karena ia merasa namanya di panggil.
Membuat ia harus mencari sumber suara yang memanggil. "Ada apa Ian? Lo lari-larian begitu? Mau ikut olimpiade Atletik ?"
Adrian yang masih mengatur nafasnya dengan cepat memegang pergelangan tangan Shasa. "Ayo, gue anter lo pulang!"
"Ehhh ... hari ini bukannya lo ada latihan futsal?"
"Cancel, soalnya sparing nya, di undur Minggu depan. Gue anter lo balik ya?!"
Shasa berfikir sebentar, belum juga ia menjawab, tangannya sudah ditarik Adrian.
"Ini pake!"
Shasa mengenakan helm yang Adrian berikan padanya. "Lo sengaja bawa helm dua biar bisa boncengin cewek?"
"Iya lah. Gue takut di tilang!"
"Bukannya lo punya privilege ya, masa iya lo takut di tilang. Gak malu sama Buggati lo?"
Adrian tertawa terbahak-bahak di atas motornya. Meskipun ia pakai helm full face, ia masih mendengar jelas apa yang Shasa katakan.
'Alesan gue bawa helm dua biar bisa boncengin elu. Ahh elah. Gengsi ... gengsi ... kenapa sih gue kalah mulu sama gengsi!' batin Adrian.
Saat sampai di rumah Shasa, gadis itu di kejutkan oleh keadaan rumahnya yang kacau balau.
Seluruh kaca Jendela bagian depan pecah seperti ada yang menimpuk. Belum lagi isi dalam rumah Shasa berantakan.
Melihat hal itu Adrian segera menghubungi Danu untuk izin membawa Shasa ke markas mereka karena kondisi Shasa saat ini sedang tidak aman.
Shasa mengemasi beberapa dokumen penting orang tuanya dan barang-barang pribadinya untuk ia masukan ke dalam koper.
Dengan tubuh yang gemetar dan air mata yang selalu meluncur tanpa permisi dari manik matanya. Shasa mengemasi pakaian dan buku-bukunya.
Dibantu Adrian, lelaki itu juga sedang sibuk menghubungi orang-orang kepercayaan nya untuk membawa barang-barang Shasa ke rumah Kakeknya
"Gimana nih, Ian. Kakek gue gak bisa di hubungi. Nenek juga sama!" gumam Shasa sambil menyeka air matanya berkali-kali.
"Lo tenang aja. Buat sementara waktu, biar barang-barang lo kita bawa dan taruh dulu di mar--"
"Maksud gue, rumah Kamandanu. Gue udah hubungin dia, kok. Dia izinin lo ke sana." Ralat Adrian.
"Lo serius? Bukannya Danu gak suka liat gue?"
"Serius, bahkan tadi dia sempet nanyain keadaan lo!"
'Danu bisa care? Apa iya? Apa ini cuma akal-akalan Adrian aja biar gue tenang. Ahh tau lah pusing gue!'
Adrian membawa Shasa menuju markas Pioneer yang Adrian bilang Rumah Danu.
Untung markas sedang tidak ramai, hanya ada Danu dan Kenzo yang sedang bermain billiard di salah satu kamar yang dipenuhi aneka mesin Pachinko, Pinball mesin, dan mesin game arcade lainnya.
Shasa memilih duduk di ruang tamu, ia sangat terkejut karena ada vending machine di ruangan tersebut. Bahkan Shasa sempat ragu apakah ini rumah atau tempat hiburan.
"Kalau nomor kakek lo udah aktif, gue anter lo ke rumah beliau ya Sha!" Adrian menyodorkan teh dalam bentuk botol yang ia ambil di vending machine.
Shasa menerimanya dengan sungkan. "Terima kasih Adrian!"
"Kalau mereka belum bisa lo hubungi. Lo bisa kok tidur di kamar gue yang di sana!"
...ʕっ•ᴥ•ʔっ to be continue ʕっ•ᴥ•ʔっ...
please like, subscribe, vote, kembang dan kopinya Majikanku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
Bilqies
semangat terus kak menulisnya
2024-05-25
0
samara betric
semangat up ya kak. aku suka bgt ngikutin the Pioneer geng
2024-04-20
0