"Aiden, ayo kita menikah!" ucap Shasa dengan wajah seriusnya sambil menatap mata Aiden.
"Buahahahha." Seketika Aiden tertawa sambil memegang perutnya.
"Kenapa?" tanya Shasa sambil mengernyitkan dahi.
Pertanyaan yang Shasa lontarkan sangat pelan hampir tidak terdengar karena tawa Aiden yang cukup keras.
"Hahahaha Shasa ... Shasa ... kamu kenapa sih!"
Shasa masih menatap Aiden bingung dan sebal, mengapa ajakan nya malah seolah-olah lelucon bagi Aiden.
"Kenapa? Ada yang lucu?"
"Ya lucu banget lah, Sayang. Kamu diem aja dari tadi bahkan ngelamun pas aku tanya. Tapi pas kamu bicara, kamu malah ngelamar aku. Itu harusnya kata-kata aku buat kamu, Sayang!" Aiden masih terkekeh.
"Ehh ... aku malah ke duluan kamu!"
"Jadi, kamu mau gak? Nikah sama aku," tanya Shasa sekali lagi.
"Gak bisa Shasa aku --"
"Jadi kamu nolak aku?" tanya Shasa memotong kalimat Aiden.
Aiden menggenggam tangan Shasa dengan cepat, lalu menatap wanita itu.
"Gak bisa sekarang Shasa. Kita harus mengurus dokumen untuk nikah dulu. Selain itu, Aku harus menghadap Brigadir Jenderal Djoko Sailendra untuk melamar Kamu!"
Aiden mengelus pipi Shasa yang ternyata gadis itu mengeluarkan air matanya.
Aiden mengelus wajah Shasa dan mengusap air mata di wajah wanita itu lalu turun ke pipi, kemudian berlanjut di rahang Shasa.
Aiden menatap wajah Shasa yang sedang memejamkan matanya lalu ia melumat bibir ranum Shasa dengan lembut.
Aiden melepaskan ciumannya dan berdehem.
"Sabar ya, Sayang. Kita pasti menikah!"
Ucapan Aiden hanya di anggukan oleh Shasa. Shasa senang, ternyata Aiden memiliki niatan serius dalam hubungan mereka yang sudah lama ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Bang Ian, ayo kita makan!" bujuk Martin saat Adrian sedang menonton televisi yang menayangkan kartun bocah botak kembar.
"Nanti!"
"Nantinya kapan? Ini udah mau jam 7 malam, Bang!"
Tidak ada jawaban dari Adrian, Martin mendekati Adrian sambil menarik tangan lelaki itu namun ditepis dengan kasar oleh Adrian.
"Jangan sentuh gue!"
"Kok ... kalau sama gue gak bekerja ya, caranya Kak Shasa," gumam Martin.
Martin menyendok nasi dan lauk, lalu ia makan di samping Adrian.
"Hmmm ... masakan Mba Sarah enak," goda Martin sambil menyendok kan satu persatu ke mulutnya.
"Bang beneran gak mau makan?"
Adrian menggeleng-gelengkan kepalanya seperti burung kutilang.
"Ya udah kalau gak mau makan, Martin abisin ya Bang!"
Adrian langsung menatap Martin tajam. "Jangan, punya Shasa!"
Martin akhirnya paham. Adrian cuma mau makan bareng Shasa pikirnya.
Kemudian Martin menghabiskan makanannya lalu membersihkan alat-alat makannya. Setelah itu Ia mendekati Adrian lagi.
"Kak Shasa lagi kerja, Bang. Kemungkinan pulang besok. Tadi Kak Shasa nyuruh Bang Ian makan. Bang Ian harus makan. Kalau Bang Ian gak makan, nanti Kak Shasa gak mau kesini!" Bohong Martin.
'Dih gue kaya lagi ngebujuk ponakan gue yang masih PAUD,' batinnya sambil terkekeh.
Adrian langsung berjalan mendekati meja makan dan mengambil porsi makan yang sangat banyak. Bahkan bisa buat konten mukbang.
Martin tidak melewatkan kesempatan begitu saja. Ia segera memvideokan kegiatan Adrian yang sedang makan. Gunanya untuk menginformasikan kepada Shasa.
Di Tempat lain, Shasa tersenyum bahkan terkekeh saat melihat video yang dikirimkan Martin.
Hal itu diperhatikan oleh Aiden yang sedari tadi memperhatikan Shasa yang belum menyentuh makanan nya.
"Kenapa belum kamu makan, Sayang? Kamu gak suka? Mau aku pesankan lagi?"
"Hahhh?" Shasa terkejut dengan deretan pertanyaan Aiden.
"Aku suka kok, Sayang. Ini mau aku makan!" Shasa meletakan handphonenya ke dalam tas mungilnya.
"Ada apa sampai bikin kamu tersenyum geli, hemm?"
"Engga, tadi ada salah satu asisten mengirimkan video pasiennya yang lagi mukbang. Lucu aja caption nya."
"Hemm begitu." Aiden mengamati wajah Shasa ketika wanita itu memasukan makanan ke mulutnya.
"Sayang, kamu bisa nggak resign dari tempat kerja kamu? Aku punya posisi penting untuk kamu di perusahaan baru aku nanti, Aku yakin cocok untuk Kamu!"
Shasa menatap Aiden sambil mengerutkan keningnya.
"Resign? Bagaimana resign kalau Aku yang punya rumah sakitnya, Aiden. Kamu lucu." Shasa terkekeh.
"Kamu bisa merekrut psikiater yang berkompeten untuk menggantikan posisi Kamu saat ini. Jadi, Kamu hanya perlu memantau perkembangan rumah sakit saja tanpa harus repot-repot menangani pasien, apalagi kalau pasien itu nantinya membahayakan Kamu."
"Kamu tau kan, Ai? alasan Aku ambil Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa karena apa? Kamu belum lupa, 'kan?!"
Aiden menarik nafasnya dalam dalam dan menghembuskan nafasnya pelan sambil menggenggam tangan kiri Shasa.
"Aku ingat Sha, Kamu selalu merasa sakit jika melihat anak-anak muda yang kecanduan narktika, Kamu selalu ingin menolong orang-orang yang mentalnya terganggu karena Kamu pun pernah ada di masa itu."
"Itu kamu paham, Aiden ...."
"Aku hanya menyarankan yang terbaik untuk masa depan kita. Aku hanya ingin kamu fokus menjadi Ibu dari anak-anak Kita nanti. Maaf kalau Aku terkesan egois," ucap Aiden sambil menundukkan kepalanya.
"Engga, Kamu gak salah Aiden. Disini Aku yang egois. Aku yang lebih memikirkan masa depan Aku sendiri. Aku lupa memasukan Kamu dalam masa depanku. Aku akan pikirkan kembali tawaran Kamu."
Aiden tersenyum hangat lalu mendaratkan ciumannya di kening Shasa.
"Terima kasih, Sayang!"
Inilah yang Aiden suka dari Shasa, gadis penurut yang tidak keras kepala dan tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Aiden merasa beruntung memiliki Shasa.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Bang lo bisa main PS gak?" ajak Martin.
"PS itu apa?" tanya Adrian dengan muka polosnya.
'Yailah amnesia dia akut banget Ampe PS pun gak inget.' Monolog Martin sambil menatap Adrian sedih.
"Kalau nonton bokp mau gak bang?" ajak Martin sambil tersenyum jahil.
Adrian hanya mengangguk, ia kembali melihat ke arah kaca.
Padahal pemandangan saat ini sudah gelap hanya tetesan air saja yang terlihat di kaca karena embun.
Semenjak menghuni apartemen milik Shasa, spot pemandangan yang Adrian suka adalah kaca yang menampilkan pemandangan bukit.
Terkadang Adrian menatap lama foto Shasa yang tergantung di kamar.
Foto Shasa yang sedang menghadap ke arah belakang. Adrian seperti De Javu saat menatap foto itu, membuat hatinya seketika berdesir.
"Shasa ..." gumam Adrian berkali-kali.
"Haaah ... Apa Bang?" tanya Martin yang tidak mendengar ucapan Adrian.
Martin menegaskan kembali apa yang di gumam kan Adrian berkali-kali. Ohh ternyata Adrian menggumamkan nama Shasa.
"Kak Shasa nanti juga pulang, Bang. Ayo kita nonton!"
Martin menarik lengan baju Adrian untuk ikut duduk di sebelahnya. Adrian tidak suka di sentuh olehnya. Akan mengamuk Adrian jika Martin melakukan itu.
Martin tidak benar-benar mengajak Adrian menonton bokp. Ia memutarkan Film thriller kriminal Aleksey Balabanov: Brother.
Mereka menonton sambil memakan cemilan yang tadi Martin beli saat Adrian tertidur.
Film yang mereka tonton merupakan film action bertema tentang mafia Rusia. Adrian menatap film itu dengan serius bahkan ia tidak menyentuh cemilannya.
Sesekali Adrian mengerutkan kening dan mengepalkan tangannya jika ada adegan tembak menembak.
"Gue udah nonton ini berkali kali, Bang. Tapi tetap lupa alurnya. Namanya susah-susah. Maklum pemainnya orang Rusia!" Cerita Martin yang hanya di balas dengan gumaman oleh Adrian.
"Bang, gimana ya rasanya jadi pembnuh bayaran dari seorang mafia?"
Adrian tiba-tiba tertawa keras padahal film yang ditampilkan sedang tembak-tembakan.
Martin menggeser tubuhnya sedikit karena melihat ekspresi aneh dari Adrian.
Baru ini Martin mendengar Adrian tertawa terbahak-bahak seperti nonton sitkom lapor pak.
Segera ia menghubungi Shasa untuk melaporkan kejadian malam ini. Tak lupa Martin meminta Shasa untuk mengecek CCTV jika ingin melihat aktivitas Adrian.
Martin tidak berani memvideokan aksi Adrian kali ini,takut Adrian menyerangnya.
"Bang ... Bang Adrian kenapa ketawa begitu?" tanya Martin memberanikan diri.
"Mau liat pembunuhan bayaran mafia?" Adrian menjawab pertanyaan Martin sambil tersenyum smirk.
Pertanyaan Martin di jawab dengan pertanyaan balik oleh Adrian, membuat Martin bergidik ngeri. Ditambah ekspresi Adrian yang menatapnya tajam.
"Engga Bang, gue cuma bercanda. Gak pengen kok liat yang begituan!"
"Pengecut!" ucap Adrian ketus.
Terserah deh Adrian mau berkata apa. Yang penting aura Adrian yang semulanya hitam pekat berubah menjadi sedikit kelabu.
Cepat-cepat Martin ingin mengganti film yang mereka tonton. Dan sialnya remote nya ada di samping Adrian, lebih tepatnya di duduki Adrian.
Martin mendekati Adrian dengan susah payah sambil sesekali ia berpura-pura menawarkan makanan pada Adrian.
"Bang ... mau ini gak?"
Adrian hanya melirik lalu fokus kembali dengan filmnya.
Martin tidak kehabisan akal, ia menempelkan tubuhnya ke Adrian agar bisa merebut remote yang sedang Adrian duduki.
"Jangan dekat-dekat!"
"Engga Bang. Gue cuma mau ambil remote ini doang. Mau ganti filmnya!" ucap Martin sambil menunjukan remote yang ia pegang
"MAU GUE BUNUH LOE?!" Ancam Adrian sambil berteriak.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Aku harus pulang, Aiden!" ucap Shasa panik.
"Ada apa memangnya? Ada sesuatu yang mendesak?"
"Ada pasien yang butuh penanganan aku!" ucap Shasa
"Kan, ada asisten Kamu, Sha? Psikiater di rumah sakit juga banyak. Ayolah masih banyak yang handle, gak melulu kamu. Kita jarang-jarang loh, ketemu begini!"
"Aiden ... ini pasien pribadi aku, bukan dari rumah sakit. Ini pasien yang aku pulangkan kemarin," ucap Shasa.
"Kalau belum sembuh kenapa keluarganya minta dipulangkan yang ujung-ujungnya merepotkan kamu juga!"
"Aiden ... aku ganti hari yang ke buang ini besok ya. Aku janji, besok Aku kosongkan jadwal buat seharian sama kamu!" Shasa berlari cepat meninggalkan cafe tempat Mereka dinner.
"Sha ... Sha ... Shasa!" Belum sempat Aiden menjawab Shasa sudah kabur angkat kaki dari cafe.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Shasa memasuki unit apartemennya dengan terburu-buru.
Ia memperhatikan Martin yang berdiri di belakang Adrian. sedangkan Adrian sedang fokus menonton film action yang tadi di putar Martin.
Shasa duduk di sebelah Adrian dan mengamati wajah pria itu.
"Kamu sudah makan, Ian?"
Adrian menoleh dan mengangguk.
"Kamu lagi nonton film apa?" tanya Shasa lagi.
"Bokp," jawab Adrian polos.
Shasa seketika berdiri menatap Martin dengan wajah bingungnya.
"Itu Kak, tadi aku jelasin kalau filmnya judulnya Brother. Mungkin Bang Adrian salah dengar," ucap Martin sebelum wanita itu membuka suaranya.
"Adrian yang kamu tonton itu film Brother, bukan bokp," ralat Shasa.
"Kata Martin ini bokp."
"Martin!"
"Tadi aku cuma bercanda aja Kak. Nggak serius aku kasih film begituan!"
"Jangan kasih dia kosa kata yang aneh ya, Martin, Adrian masih dalam tahap penyembuhan."
"Siap Kak, maaf ya Kak!" Martin terkekeh.
"Aku pulang ya Martin, titip Adrian!" pamit Shasa.
Saat Shasa mengambil tasnya di sofa dekat Adrian, tangan wanita itu di pegang erat oleh Adrian.
"Jangan pergi!" pinta Adrian sambil menatap manik shasa.
"Besok aku harus kerja, Adrian. Kamu juga harus istirahat!"
"Tidur bareng lagi!"
"Gak bisa Adrian. Itu gak di perbolehkan. Dosa. Nanti khilaf. Tidurnya di temanin Martin, mau?" Tawar Shasa.
Martin yang disebut namanya seketika menatap horor saat melihat Shasa dan Adrian bergantian.
'Mending gue ikut uji nyali dari pada nemenin Bang Adrian tidur!' Monolog Martin lalu ia bergidik merinding.
"Gak mau. Martin bau!"
"What the maksud?!" Martin langsung menatap Adrian kesal.
"Gue udah wangi ya bang, asal lo tau!"
Adrian tidak menanggapi ucapan Martin ia masih menatap Shasa penuh harap berharap Shasa tidak meninggalkannya lagi.
"Aku temanin kamu sampai tertidur ya," ucap Shasa final.
"Tapi Aku mau bersih-bersih dulu. Kamu tunggu di kamar, ya!" Shasa kemudian mematikan layar televisi yang sedang di tonton Adrian.
Adrian menuruti ucapan Shasa untuk memasuki kamarnya dan ia memilih duduk di kepala ranjang.
Tanpa sengaja Adrian melirik laci yang berada di samping tempat tidur lalu ia membuka laci yang tidak tertutup rapat itu.
Saat Adrian ingin menutupnya kembali, ia penasaran dengan benda berbentuk buku bersampul pink. Adrian membuka buku yang ternyata album foto.
"JANGAN DIBUKA!"
...(ノ•̀ o •́ )ノ ~To be continue◡ノ(° -°ノ)...
Please LIKE, SUBSCRIBE, dan Komen 🫰🏿
Jangan lupa ⭐ 5 nya. Terima kasih Majikanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
yudha
/Facepalm/
2025-01-01
0
Elvani Yunita
Aiden sayang banget sama shasa... jika suatu saat Adrian sadar,pasti shasa bingung mau milih siapa /Frown//Frown/
2024-08-30
1
Bilqies
aku mampir lagi Thor
2024-05-06
1