Majikanku ... jangan lupa Subscribe, Like dan Vote karya aku ya. Agar aku gak pindah platform 😭
"Tumben lo mau ngamar bareng cewek yang baru sehari lo kenal!" ucap Panji saat Adrian baru memasuki mansion.
"Ada suara tapi gak ada wujudnya. Eh ... tapi gue nyium kayak bau bangkai!" ledek Adrian sambil pura-pura tidak melihat Panji.
Panji melempar Adrian dengan puntung rokok yang habis dia hisap. "Sia lan lo!"
Adrian terkekeh sambil mentoyor kepala Panji. "Yang lain mana?" tanya Adrian.
"Meeting di atas sama Alpha."
Adrian mengangguk, ia paham meeting yang dimaksud adalah meeting membahas tentang saham dan obligasi.
Memang Danu dan Kenzo sudah dipersiapkan orang tua mereka untuk mengurus perusahaan-perusahaan yang orang tuanya kelola apalagi Danu.
Danu bukan hanya mengurus perusahaan dan saham. Ia juga mengurus organisasi Pioneer yang sebenarnya anak cabang dari organisasi yang di bentuk ayahnya, Pravitel' vselennoy.
Namun, organisasi yang Danu handle tidak hanya bersifat menguntungkan satu sama lain.
Tidak seperti mafia yang mengedepankan kriminalitas untuk menghasilkan uang.
Terkadang organisasi yang Danu dan ayahnya jalani ikut melakukan kegiatan sosial baik untuk masyarakat maupun negara.
"Bro! Beneran lo lagi deket sama Primadona angkatan kita? Siapa namanya ... Ray ... Raynesha ya?!"
"Ra-ney-sha, Nji namanya. Bukan Ray-ne-sha!" Ralat Adrian sambil mengeja nama Shasa.
"Lagian susah amat namanya. By the way kalian udah jadian ya?"
Adrian melirik Panji kesal. "Kepo lo kaya monyetnya Dora!"
"Kepo lah, kira-kira dia bisa tahan sama lo berapa lama, ya? Yang udah udah kan, paling lama dua Minggu. Secara lo bego. Punya cewek tapi selingkuh sama temen sekelasnya!" Panji tertawa sambil memegangi perutnya.
"Yee ... gak pernah ya gue jadian sama mereka. Mereka aja yang ngaku-ngaku jadi pacar gue. Secara gue kan--"
"Ba jingan!" lanjut Kamandanu santai memotong kalimat Adrian.
Seketika semua yang ada di ruangan tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Danu. Lelaki itu tampak menuruni tangga bersama sahabat baik mereka, Kenzo.
Mereka berdua baru selesai membahas perusahaan orang tua mereka, ikut bergabung bersama Adrian dan Panji di ruang tamu sambil menyambar cemilan yang berada di meja.
"Ada yang mau kita bahas sama lo, Ian!"
"Apa Nu? Kalau soal Shasa, sorry gue males jawabnya!"
"Bukan soal itu. Ini lo gak salah ceklis semua ekskul bakat dan minat? Gak pusing bagi waktunya? Pioneer lagi aktif-aktifnya. Soalnya kita udah kerja sama bareng Ultimo Re," ucap Kenzo memberikan kertas formulir yang Adrian isi.
"Loh, memang kalian engga ambil banyak ekskul?"
Danu, Kenzo dan Panji menggelengkan kepala bersamaan sambil menatap Adrian bingung.
"Apa ini?" ucap Panji menunjuk ekskul yang Adrian ceklis. "GYM!" lanjut Panji.
"Kenapa emangnya? Biar badan gue tetap berotot, lah. Emang lo gak ambil ekskul itu, Nu?" tanya Adrian sambil melirik Danu, sang ketua Pioneer.
Danu menatap Adrian dengan senyum mengejek. "Waktu gue terlalu berharga buat gue habisin di sekolah. Kalau cuma mau nge-gym, gue punya alatnya lengkap!" Danu sambil menunjuk ruangan gym-nya yang berada di lantai 2.
"Mau renang gue punya kolam renang, mau jujitsu gue udah sabuk putih-merah, band atau seni suara? Gue punya studio band bahkan studio rekaman!" lanjut Danu.
"Dihh si sombong!" ucap Adrian sambil memutar bola matanya.
"Lo aja yang pea, Ian. Segala PMR lo ceklis, gak sekalian lo ikut cheerleaders!" Tawa Kenzo sambil melempar kertas itu ke paha Adrian.
"Lagian dilihat dari banyaknya ekskul yang mau lo ambil, lo bakal seharian di sekolah. Emang lo sanggup?" tanya Panji khawatir.
"Gue ... gue lagi seneng aja di sekolah seharian."
Diam-diam Danu menatap Adrian sangat intens. "Lo pacaran sama Raneysha?" tanya Danu tiba-tiba.
Adrian yang sedang memegang stik PS langsung menoleh cepat ke Danu. "Engga, emang kenapa?"
"Gak apa-apa!" ucap Danu, kemudian ia fokus kembali dengan laptopnya.
"Dih gak jelas lo." Adrian kembali menatap Danu bingung kemudian melanjutkan ucapannya. "Bukan engga sih, tapi belum!" lanjutnya sambil terkekeh.
"Kayak mau aja dia sama lo!" balas Danu tanpa mengalihkan tatapannya pada laptop di tangannya.
"Mau lah!" jawab Adrian dengan Pede nya.
"MAU MUNTAH !!" ucap Kenzo dan Panji bersamaan
Mereka pun kembali menertawakan Adrian yang hari ini jadi bahan ledekan. Sedangkan Adrian tampak acuh dan melanjutkan bermain GTA nya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Shasa berjalan di koridor sekolah dengan mengenakan seragam khas murid perempuan SMA Alexandra.
Kemeja putih dengan dasi pita besar berwarna abu-abu dan rok abu-abu putih corak kotak-kotak.
Tak berbeda jauh dengan murid lelakinya, mereka mengenakan celana panjang abu-abu putih corak kotak-kotak dengan kemeja putih dan rompi berwarna abu-abu di lengkapi dasi cravat.
Shasa menata rambutnya dengan model half braids. Gaya rambut dengan aksen kepang yang diikat di bagian belakang.
Rambut membuat Shasa semakin terlihat manis dan feminim. Pantas saja ia mendapat julukan indigenous gems. Permata pribumi.
Karena di angkatan Shasa, hanya dirinya wanita berdarah Indonesia asli, tanpa campuran. Kalaupun ada yang pribumi seperti dirinya, mereka adalah murid laki-laki.
"Itu dia yang lagi dekat sama salah satu Casanova Alexandra!" bisik suara murid-murid di lorong.
"Siapa Casanova nya? 'Kan, kita punya 3 Casanova di sini!" tanya murid yang lainnya
Shasa mulai terganggu dengan bisikan-bisikan yang ia dengar di sepanjang lorong.
Sesekali Shasa menyapa mereka yang beradu tatap dengan dirinya.
"Adrian. Lo lupa? kemarin mereka pulang bareng?"
"Pantes aja Adrian suka. udah cantik, pintar, ramah lagi!" ucap salah satu murid cowok yang ikut nimbrung.
"Culture orang pribumi, memang mereka ramah-ramah. Idaman cowok-cowok bule banget!"
"Husssttt ... hussstttt Adrian and Pioneer dateng!"
Mereka refleks memberikan jalan pada Adrian dan teman-temannya yang berjalan seperti membentuk pagar.
Aura masing-masing anggota inti Pioneer benar-bener membuat siapa saja fokus menatap mereka.
Garis wajah mereka memiliki keunikan sendiri, Adrian Edmund Chaiden seorang pria yang ramah, ceria dan mampu berbaur dengan siapa saja.
Meskipun mulutnya tajam, namun ucapan pedas yang ia katakan tidak sama dengan hatinya.
Adrian meskipun berwajah khas orang Korea Selatan, namun ia memiliki postur tubuh atletis, mengikuti gen sang ayah, Edward.
Jelas saja, Adrian memiliki darah keturunan Korea dari sang ibu - dan Inggris dari sang ayah.
Kamandanu Dallin Harrison memiliki aura yang sangat pekat, jarang sekali tersenyum.
Wajahnya sangat dingin dan mampu membuat orang-orang disekitarnya terintimidasi.
Padahal saat tersenyum ada dua lesung pipi yang membuat kadar ketampanannya bertambah. Mungkin dirinya tidak tau dengan kelebihannya itu.
Cowok yang akrab disapa Danu ini memiliki darah keturunan Rusia - Indonesia. Dan dialah pemimpin dari Pioneer yang sesungguhnya.
Berbeda dengan Danu, temannya yang berwajah asia timur, Lee Kenzo Nakamura memiliki wajah oriental mirip Shun oguri.
Kehidupan keluarga Kenzo sangat tertutup, sama seperti Danu. Karena ayah mereka yang menggeluti bisnis hitam sehingga tidak terlacak keberadaannya.
Terakhir ada Panji Adriatic, Panji satu-satunya cowok berwajah asli Indonesia seperti Shasa.
Namun background keluarga Panji yang membuatnya menjadi salah satu most wanted di sekolah ini. Karena ia adalah anak seorang selebritis yang namanya sangat terkenal.
Orang tua Panji memiliki banyak rumah produksi dan management artis yang menciptakan artis-artis baru hingga nama mereka langsung melejit berkat koneksi orang tua Panji.
Keempat cowok itu berjalan dengan tegapnya melewati deretan para murid. Baik laki-laki maupun perempuan yang sedang mengagumi mereka.
Saat langkah mereka hampir mendekati Shasa, teman-teman Adrian seolah paham.
Mereka memilih berjalan lebih dahulu meninggalkan Adrian yang saat ini menyamai langkahnya dengan Shasa.
"Udah sarapan, hemm?" tanya Adrian saat sudah berdiri di samping Shasa.
Shasa menggeleng. "Tapi gue bawa bekal," ucap Shasa sambil mengangkat lunch bag nya.
"Gede amat? Mau sarapan atau mau hajatan?" ledek Adrian sambil terkekeh.
Shasa ikut terkekeh namun pelan. "Sekalian buat makan siang."
"Emang nggak basi sampai siang?"
"Engga, gue pakai lunch box electric. Gue juga 'kan, gak bawa makanan yang bersantan. Jadi aman," lanjutnya.
"Lo emang kenapa gak ikut catering di sekolah?" tanya Adrian heran.
Adrian sempat berfikir jika mungkin orang tua Shasa tidak mampu membayar biaya Snack dan lunch di sekolah ini.
Tapi tidak mungkin, orang tua Shasa kan cukup berpengaruh di lembaga pemerintahan itu.
Gajinya pasti lebih dari cukup untuk biaya anak semata wayangnya.
"Bunda dan Ayah agak rewel, Ian. Gue boleh sekolah di sini aja udah bersyukur banget. Maunya bunda dan ayah, gue homeschooling."
"Kenapa harus homeschooling? Kan lo berprestasi!"
"Musuh Ayah Bunda banyak. Tadinya kalau gue sekolah disini, Ayah mau siapin bodyguard buat jaga gue. Tapi Kakek dan Nenek gue menjamin kalau di Alexandra lebih aman dari pada di Ultima Internasional," jelas Shasa sedikit berbisik ketika menjelaskannya.
Adrian ingat, yayasan Ultima Internasional adalah milik Mr. Dante, ketua dari Ultimo Re. Rival yang sekarang menjadi mitra dari Pravitel' Vselennoy milik Mr. John Igor, ayahnya Kamandanu.
"Kaya anak mafia aja di jaga ketat," ucap Adrian saat sudah memasuki kelas sambil melirik Danu.
Yang di lirik membalas tatapan Adrian dengan tatapan sinis sambil berdecih.
"Bukan ya. Beda. Orang tua gue kerja buat Negara. Kalau Mafia gak tau deh buat siapa. Bokap nyokap gue halal cari duitnya. Gak tau deh kalau Mafia!" ucap Shasa dengan nada sedikit kencang.
Adrian tersenyum lebar menatap Danu yang saat ini sedang menatap Shasa tajam.
Danu berdiri di mejanya sambil menatap Shasa yang berdiri di depan meja guru.
Dengan langkah lebar, Danu mendekati Shasa yang berjalan beriringan dengan Adrian.
"Tanpa Mafia, bokap nyokap loe udah-- dor dor!"
Danu menatap Shasa tajam sambil tangannya membentuk sebuah sen pi dan mengarahkan tepat di dahi gadis itu.
Shasa menatap Danu dengan bingung, kemudian mengalihkan tatapannya pada Adrian untuk meminta penjelasan atas sikap lelaki yang katanya berteman baik dengan adrian.
"Dia kenapa? Gue salah ngomong ya?" tanya Shasa pada Adrian.
Adrian hanya mengedikan bahunya pura-pura tidak tahu. "Gak usah di pikirin. Kan, lo tau kalau Danu itu kayak perempuan. Sensitif. Mungkin lagi haid!"
Adrian tertawa sambil berjalan menuju bangkunya dan meninggalkan Shasa yang mematung di tempatnya berdiri.
"Doorrr...!" seru Fani.
Shasa reflek tersadar dari lamunannya dan menatap Fani gemas. "KYAA ... FANI!" teriak Shasa sambil berlari menyusul Fani yang sedang menuju tempat duduknya.
Saat pelajaran di mulai, fokus Shasa teralihkan oleh sosok misterius dari Kamandanu.
Apa maksud dari ucapan Danu tadi. Apakah dia salah pada cowok itu sehingga tatapan Danu semarah itu padanya. Ia harus menanyakan ini nanti pada Adrian.
"Lo kenapa sih liatin Kamandanu terus?" ucap Arden yang terdengar oleh Adrian.
"Siapa yang liatin dia? Gue? Ahh perasaan lo aja kali," bantah Shasa mengelak.
"Awas ya kalau lo demen sama dia. Dia punya gue! lo sama si Adrian aja sana!" Arden sambil menunjuk Adrian dengan dagunya.
"Hah?!" Shasa menatap horor Arden yang mengklaim kalau Danu miliknya.
"Kenapa? Lo gak ikhlas Danu jadi milik gue?" tanya Arden balik.
"Hehh ... ikhlas kok ikhlas. Buat lo aja. Gue gak bersaing sama cowok soalnya!" ucap Shasa cepat.
Adrian yang sedari tadi menguping pembicaraan Shasa dan Arden terkekeh pelan.
"What happened to you?" tanya Richie teman sebangku Adrian.
"Sorry, nothing!"
...(┛✧Д✧))┛彡to be continue︵¯\(ツ)/¯︵...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
Bilqies
keren Thor ceritanya ❤️
2024-05-21
1
Bilqies
sama aja keles 😀😀
2024-05-21
1
Bilqies
wkwkwwkk
gak terima niih
2024-05-21
1