"Jangan dibuka!" teriak Shasa dari arah pintu kamar mandi.
Adrian langsung menoleh menatap Shasa yang lari pontang-panting meraih album foto itu.
"Kenapa banyak foto mirip aku di situ?" tanya Adrian dengan wajah bingung.
"Kamu udah liat semua?" tanya Shasa dengan nada tingginya.
"Baru bagian depannya," sahut Adrian dengan suara yang kecil hampir tidak terdengar oleh Shasa, karena Adrian sedang berbohong.
Ia terkejut dengan nada Shasa yang meninggi saat buku bersampul pink itu berada di tangannya.
"Ok." Shasa langsung meninggalkan Adrian yang sedang kebingungan.
"Kenapa dia? Gila kali ya teriak-teriak," gumam Adrian.
Adrian langsung merebahkan badannya di kasur. Ia masih mengingat sampul depan yang mana banyak foto yang sangat mirip dengannya atau mungkin itu dirinya di masa lalu.
Adrian melirik ke luar kamar mencari keberadaan Shasa. Ternyata wanita itu sedang duduk di sofa dengan tubuh yang bergetar, terlihat dari belakang saat ini Shasa sedang menangis.
Segera Adrian menghampiri Shasa yang saat ini sedang menutupi wajahnya dengan kedua tangan, sambil memangku buku yang ternyata itu adalah album foto yang sempat Adrian buka tadi.
Sebenarnya Adrian sudah melihatnya sampai habis dan melihat album foto yang ternyata seperti catatan.
Hari ini niatnya, Adrian ingin memastikan lagi. Apakah buku itu ada kaitannya dengan dirinya atau tidak.
Karena dari awal ia menempati apartemen ini. Hanya buku berbentuk album itu yang sedikit demi sedikit membantu ingatannya.
"Kamu kenapa menangis?"
Shasa mendongakkan kepalanya dan terkejut dengan penampakan perut ABS Adrian di depannya.
Meskipun tubuh Adrian kurus, entah mengapa otot-otot di tubuhnya tidak ikut hilang.
"Kenapa kamu gak pakai baju, Ian? Bahaya!"
Adrian mengerutkan keningnya. "Bahaya kenapa? Aku gerah!"
'Bahaya untuk kesehatan jantung gue!' Monolog Shasa.
"Bahaya nanti kamu masuk angin!" ucap Shasa mencari alasan yang masuk akal.
"Baju aku dipakai kamu!"
"Emang gak ada baju lain?" tanya Shasa sambil mengarah ke lemari.
Adrian menggelengkan kepalanya, "Sempit! aku suka pakaian yang seperti ini!" Adrian menunjuk Hoodie yang sedang Shasa gunakan.
"Ya sudah aku pakai kemeja kamu, kamu pakai Hoodie ini. Gak apa-apa kan, bekas aku pakai? Besok aku beliin lagi Hoodie yang banyak untuk kamu," ucap Shasa.
Kemudian Shasa memasuki kamar mandi untuk berganti Hoodie nya dengan kemeja Adrian yang kebesaran untuknya.
"Ini ... sekarang kamu tidur ya, Ian. Aku ngantuk!"
Shasa menyimpan buku berbentuk album foto itu di lemari baju Adrian dan itu diperhatikan oleh Adrian tanpa Shasa sadari.
Shasa pura-pura menguap dan menaiki tempat tidur. Namun Shasa belum mengambil posisi rebahan. Masih dengan duduk di kepala kasur dan menyelimuti kaki nya dengan selimut.
Adrian ikut menaiki tempat tidur dan mengikuti apa yang Shasa lakukan.
"Tidur Adrian!" perintah Shasa
"Kamu?"
"Aku juga tidur kok ini!"
"Sambil duduk?"
'Oke baiklah Shasa, pura-pura lah tertidur, lalu nanti setelah Adrian pulas aku bisa kembali ke kamarku!' pikir Shasa.
Adrian mengesampingkan tubuhnya menghadap Shasa yang sedang dalam posisi terlentang dan tangan Adrian menyentuh dahi Shasa yang dipenuhi anak rambut.
Dengan pelan Adrian mengelus-elus rambut Shasa hingga terdengar dengkuran halus dari wanita itu.
Adrian sulit memejamkan matanya. Ia menatap Shasa dalam, seolah-olah wanita itu bisa pergi kapan saja jika ia mengalihkan pandangannya.
"Apa dulu kita pernah bersama? Kenapa rasanya aneh setiap berdekatan dengan kamu?" gumam Adrian sambil memegangi dadanya.
Adrian menuju balkon kamar untuk sekedar duduk dan melihat keluar. Ia teringat film yang tadi ia tonton bersama Martin.
Mengapa dirinya tidak asing dengan suara tembakan dan aksi pukul-pukulan itu.
"Arrgghhhh!" Adrian meringis merasakan kepalanya yang berdenyut hebat.
Kilasan-kilasan ia mengenakan seragam putih abu-abu berkelebat membuatnya sulit berpijak dengan benar.
Berkali-kali Adrian harus menahan tubuhnya pada tralis pagar balkon. Dari telinganya seperti terdengar musik klasik sonata no. 14 - Moonlight.
Bruukkkk
...💕💕💕💕💕...
BACK TO 2013
"Hoosshhh ... hoshh ... hoosshh ....!"
Terdengar nafas yang memburu dari seorang gadis saat sang satpam sudah menutup pintu gerbang sekolahnya.
"Pak, jangan ditutup dulu, Pak!" ujar seorang anak perempuan dengan kuncir kepang konro dan pita warna warni. Di name tag nya tertulis nama 'Raneysha'
"Kamu sudah terlambat! Tunggu di sini. Guru kesiswaan dan OSIS yang akan menangani kalian."
Sebelumnya, gadis itu ditemani Seorang anak laki-laki yang turun dari mobil Ford Mustang nya, menatap ke arah gerbang sekolah.
Supir menyarankan untuk menerobos masuk, namun lelaki itu menahannya. Ia memilih turun dan berdiri di samping gadis bernama Raneysha itu.
"Jangan lama-lama, Pak. Panggil guru dan OSIS-nya, soalnya saya gak biasa kena terik matahari!" celetuk seorang anak laki-laki memakai topi ulang tahun berbentuk kerucut yang name tag nya bertuliskan 'Adrian E. Chaiden'.
Mereka cukup lama berdiri di depan pagar dengan saling diam, sesekali Adrian melirik gadis di sebelahnya yang sedang memainkan kuku-kukunya.
"Siapa nama lo?" tanya laki-laki bertubuh tinggi, berkulit putih dan berwajah mirip Choi jin Hyuk namun saat tersenyum mirip Kim woo bin.
Mirip ya guys gak plek ketiplek sama.
Shasa menunjukan name tag nya yang bertuliskan namanya. Lelaki yang diketahui bernama Adrian itu mengangguk.
Sempat Shasa berfikir jika lelaki di sebelahnya buta. Mengingat ia bersekolah di SMA elit dengan standar masuk yang luar biasa ketat, membuat ia harus mengenyahkan pikiran itu.
"Gue Ian! Gue harap kita bisa jadi teman baik. Karena gue gak suka punya musuh apalagi cewek cantik kayak lo!" ucap Adrian menjulurkan tangan pada shasa.
"Raneysha. Thanks ya, Ian. Lo teman pertama gue di sini," balas Shasa dengan senyum manisnya
"Raneysha, nama lo ribet. Enaknya di panggil apa ya?"
"Apa aja, asal jangan di panggil Sayang!"
"Hahahaha ... bisa lucu juga ya lo. Takut di omelin ayang nya, ya?"
"Gue gak boleh pacaran dulu sama ayah bunda, by the way. Lo bisa Panggil gue Shasa."
Adrian hanya mengangguk sambil tersenyum. 'Gak boleh pacaran katanya, yahhhh.'
"Kalian sudah telat, malah pacaran depan gerbang!" ucap salah satu anggota OSIS yang memakai kacu merah di lengan kanan nya. Yang menandakan bahwa mereka panitia MOS.
Adrian menatap tidak suka pada senior yang menegurnya itu.
"Usil banget mulutnya!" gumam Adrian yang hanya di dengar oleh Shasa.
"Cepat kalian masuk, ikutin gue!" perintah salah satu OSIS yang bername tag Karen.
Adrian dan shasa segera mengikuti Kakak kelasnya yang bersuara cempreng itu.
Karen membawa Adrian dan Shasa menuju perpustakaan lama yang letaknya di belakang sekolah mereka.
Adrian menatap bingung pada bangunan itu. selama ia sekolah di yayasan Alexandra, baru ini ia menemukan bangunan hampir roboh seperti yang ada di depannya ini.
Berbeda dengan Shasa, ia mengira jika perpustakaan itu merupakan perpustakaan utama Alexandra School.
Karena perpustakaan itu berisi buku-buku lama dan arsip-arsip lama yang Shasa liat sangat lengkap.
"Kalian harus bersihin perpustakaan ini sampai bersih tanpa debu!"
Adrian menatapnya nyalang.
"Lo gila?! lo pikir bokap nyokap gue sekolahin gue disini buat jadi OB? Sakit lo ya!"
"LO ... GUE ...? Berani lo ngomong LO GUE sama senior lo!"
"Kenapa? Kenapa gue harus takut sama jal ang kayak lo!"
Wajah Karen memerah. "Lo itu bener-bener gak ada sopan santunnya, ya!"
"Lo yang ngajarin gue buat songong! Kalau lo nyuruh kami dengan cara baik-baik, gue bakal pertimbangkan untuk kerjain!" balas Adrian sambil bersidekap dada.
Karen sedikit bergidik dengan aura yang Adrian pancarkan. Baru kali ini ia melihat adik kelas yang luar biasa tampan namun sangat menyeramkan.
Karen langsung menatap nametag yang tergantung di badan Adrian. Kemudian ia berdesis sinis namun cukup membuatnya bergetar.
"Lo tunggu aja Adrian. Gue bakal laporin kalian ke ketua OSIS!"
"Lo lapor aja, sekalian lo lapor ke kepsek, suruh dia kesini!" tantang Adrian dengan senyum miringnya.
Shasa menarik lengan Adrian. "Ian ... jangan! udah kita kerjain aja, ya. Kita jangan banyak musuh seperti yang tadi lo bilang," bujuk Shasa.
"Gak bisa Sha. Ini hukumannya berat, gak manusiawi, dan gak mendidik juga. Emang setelah lulus dari sini, lo mau jadi kacung? Ini namanya pembullyan berkedok MOS! Harusnya mereka bisa memberikan hukuman yang bersifat akademis bukan begini caranya."
Shasa membenarkan perkataan Adrian. Namun kesalahan mereka pun ada hukumannya.
Tiba-tiba muncul seorang laki-laki berjalan mendekati mereka setelah mendengar keributan yang Adrian buat.
"Ada apa ini?" tanya laki-laki itu.
"Ini Ai, ada yang telat tapi dia gak mau di hukum. Katanya hukuman yang kita kasih gak mendidik, malah kita di bilang lagi melakukan pembullyan!" rengek Karen.
"Emang hukumannya apa?"
Karen menjelaskan hukuman yang ia berikan untuk Adrian dan Shasa, hal itu membuat dahi lelaki itu mengerut dan menatap Karen dengan lekat.
"Gue sebagai wakil ketua OSIS meminta maaf atas kesalahpahaman yang dilakukan salah satu anggota gue ini. Bener yang lo bilang, tapi gue harap lo juga paham konsekuensi dari keterlambatan itu apa. Agar kedepannya kalian bisa lebih menghargai waktu dan disiplin," ucap lelaki itu tenang dengan disertai senyum ramahnya.
"Kok lo belain mereka, Ai?" tanya Karen kesal.
Aiden mengabaikan pertanyaan Karen. "Kenalin gue Aiden, gue 11 IPS 1!"
Lelaki yang bernama Aiden itu menjulurkan tangannya pada Adrian dan di sambut baik oleh Adrian.
Aiden pun menjulurkan tangannya ke depan Shasa dan dengan senang hati Shasa menyambut uluran tangan seniornya yang imut dan tampan itu.
"Kalian cukup merapikan perpustakaan ini saja. Klasifikasi sesuai abjad terlebih dahulu, kemudian genre bukunya harap kalian perhatikan, setelah itu kalian rapikan sesuai ukuran buku. Agar rapih, kalian kelompokkan sesuai warna buku supaya mudah di carinya," ucap Aiden menjelaskan sambil mencontohkan cara ia merapikan buku.
"Apa ini perpustakaan lama?" tanya Shasa penasaran.
Aiden menatap Shasa yang mengajukan pertanyaan padanya. "Tidak, ini perpustakaan yang sedang di renovasi. Bisa di bilang lama juga, sih." Aiden terkekeh sambil menatap Shasa dengan lekat.
Adrian langsung berdeham, membuat Aiden memutus tatapannya pada Shasa.
"Sampai disini ada yang belum di mengerti?" tanya Aiden kepada Adrian dan Shasa.
"...."
"...."
Tidak ada yang menjawab baik Adrian maupun Shasa.
"Oke, cukup jelas, ya. Selesai tidak selesai jam 10 kalian harus sudah kembali ke kelas kalian masing-masing. Kalian sekelas, 'kan?"
"Ahh iya, kah?!"
Shasa terkejut karena ia tidak begitu memperhatikan teman sekelasnya waktu class meeting membahas persiapan MOS kemarin.
"Iya kami sekelas!" sahut Adrian dengan wajah dinginnya. Ia masih tidak menyukai hukuman yang ia dapatkan.
Aiden dan Karen pun keluar dari perpustakaan. Shasa segera mengklasifikasi buku sesuai dengan yang tadi Aiden perintahkan.
Adrian mengamati Shasa yang nampak fokus dengan buku-buku di tangannya kemudian Adrian mengikuti apa yang Shasa kerjakan.
"Lo penurut banget ya?"
"Hah? Pasrah lebih tepatnya." Shasa terkekeh.
"Lo bisa kok berontak untuk hal-hal yang mengusik hidup lo, jangan pasrah terus diem aja. Nanti lo di injak!" ucap Adrian. Sambil membantu Shasa menumpuk buku-buku yang sudah di susun sesuai abjad dan genre.
Shasa menatap Adrian sambil mengangguk.
"Gue cuma males ribut aja. Pengen cepet-cepet selesai. Gue laper!"
Adrian menatap Shasa dengan lekat. ternyata gadis itu sudah pucat dan Adrian tidak menyadari soal itu.
"Ayo kita ke kantin!"
"Tapi ini belum selesai, Ian."
"Gak apa-apa! Muka lo udah pucat itu!"
Adrian meraih tangan Shasa untuk mengikutinya untuk keluar dari perpustakaan itu.
Namun belum jauh mereka melangkah dari perpustakaan, tiba-tiba ....
BRUUUKKKKK
...(ノ•̀ o •́ )ノ ~To be continue◡ノ(° -°ノ)...
Please LIKE, SUBSCRIBE, dan Komen 🫰🏿
Jangan lupa ⭐ 5 nya. Terima kasih Majikanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
Katty miaw
eciyeee... Shasa masih nyimpen memori of Adrian
2025-02-23
0
Katty miaw
lah favorit aku semuanya ini 🤣
2025-02-23
0
Katty miaw
waw ❤️ flashback ya Thor?
2025-02-23
0