"Sha, pulang sekolah ke rumah gue yuk!"
"Ngapain?"
"Nyokap gue mau arisan, tapi dia gak ada temen buat pergi. Tante gue belum pulang dari LN."
Shasa bingung dengan permintaan Adrian yang memintanya untuk menemani mamanya arisan.
Pasalnya saat ini dirinya sudah mulai diantar jemput oleh supir kakeknya. Jadi, kemana pun Shasa pergi, harus sepengetahuan sang kakek.
Insiden sebulan yang lalu di rumah Shasa, membuat sang kakek menjadi over protektif dalam mengontrol setiap kegiatan yang Shasa ikutin baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Seperti sekarang ini, dirinya paham betul bahwa ia akan mengalami kesulitan untuk meminta izin pada kakeknya.
"Gue minta izin dulu sama kakek gue ya?"
"Gue yang ngomong deh, sini!"
Tiba-tiba handphone Shasa sudah beralih tangan, Adrian mencari kontak Djoko Sailendra di handphone Shasa. Setelah ketemu, lelaki itu berjalan menjauh dari Shasa.
"Gimana?" tanya Shasa ketika Adrian menghampirinya dengan wajah lesu.
'Kan ... pasti gak diizinin sama kakek!' batin Shasa.
Adrian menyerahkan handphone itu kepada pemiliknya dan kembali duduk di bangkunya lalu menghadap Shasa.
"Boleh dong. Gue!" ucap Adrian sambil tersenyum lebar. Bangga.
"Ihhh ... gue pikir gak diizinin. Soalnya tampang lo lesu banget kayak gak kebagian daging kurban!" ledeknya.
Adrian tertawa sambil mengacak-acak rambut Shasa dan pergi meninggalkan gadis itu begitu saja.
Tidak tahu kah Adrian, jika perbuatannya meninggalkan rasa berdebar di hati Shasa.
"Lo ada hubungan sama Adrian ya, Sha? Pacaran gitu?" tanya Fani ketika Andrian sudah tidak terlihat di ujung pintu kelas.
Shasa menoleh cepat ke arah Fani. "Engga, Fan. Just friends!"
"You liar! Mana ada temen yang mau di pegang-pegang. Friends with benefits maksud lo!" celetuk Debby dari arah depan Shasa sambil menunjukkan wajah sinis nya.
"Hati-hati ya lo kalau ngomong. Bukannya lo yang suka menawarkan tubuh lo untuk dijamah sama cowok mana aja termasuk Adrian!" balas Shasa tak kalah sinis nya.
"Why not? Kalau gue sih dibesarkan dengan budaya barat ya, Sha. Jadi yang kayak begitu bukan hal yang tabu buat gue. Sedangkan lo, lo dididik dengan budaya timur. Seharusnya lebih mengenal sopan santun, bukan begitu?"
"Udah mulai jadi guru kewarganegaraan lo? Segala ngomongin norma dan sopan santun. Balik sana ke negara tercinta lo, negara ini gak nerima bule yang merangkap jadi jal ang kayak lo."
"Lo ngatain gue apa, Sha? Lo yang jal ang!"
"Nyokap lo yang Indo itu milih nikah kontrak sama bokap lo biar menghasilkan bibit blasteran kayak lo. Supaya ... " Kalimatnya sengaja Shasa gantungkan agar Debby penasaran. "lo mau tau gak alasannya supaya apa?"
Debby yang paham jika Shasa sedang memprovokasinya, seketika berdiri dan meninggalkan Shasa sambil menarik tangan Ririn, gadis yang duduk di depan dirinya dan Fani.
Shasa dan Fani hanya tertawa melihat kepergian Debby. Dari arah depan kelas tepatnya di bangku Danu, lelaki itu menatap ke arah Shasa dengan pandangan yang sangat tajam.
"Menjijikan!" desis Danu.
Tidak terdengar di telinga Shasa namun gadis itu memahami dari gerakan bibir lelaki itu. Seketika Shasa membuang wajahnya dan kembali berbicara pada Fani.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Adrian memarkir dengan asal motornya lalu mengintruksikan Shasa agar menyamai langkahnya.
Saat di depan pintu, Adrian hanya terdiam. Tak lama pintu terbuka menampakkan sekitar 4 asisten rumah tangga berjejer di sebelah kanan dan kiri mereka.
"Selamat siang Tuan Adrian. Saya bantu bawakan tasnya!" pinta salah satu wanita berpakaian maid.
Adrian langsung memberikan tasnya, kemudian menarik lengan Shasa agar tidak jauh dari langkahnya.
Shasa tersenyum ramah ke setiap maid yang bekerja di rumah Adrian, membuat Adrian memberikan nilai plus pada gadis itu. Baru ini Adrian bertemu perempuan yang tidak memandang rendah pekerjaan asisten rumah tangga.
Di ruang yang Adrian tuju ternyata adalah ruang keluarga Chaiden, ada seorang pria paruh baya duduk di bangkunya.
Lelaki itu adalah Edward Chaiden. Tentu saja lelaki itu ada di sana dengan laptop di tangannya dan kacamata yang membingkai wajahnya.
"Papa di rumah?"
"...." Tidak ada sahutan dari lelaki berwajah kebangsaan Inggris itu.
Meskipun berwajah tampan, namun Edward memiliki sikap yang dingin dan acuh.
Tidak mendapatkan respon dari Edward -- sang papa. Adrian tidak menunjukkan wajah sedihnya, ia meminta Shasa untuk duduk di salah satu sofa yang bersebrangan dengan Edward.
Sepeninggalan Adrian yang katanya ingin menemui mamanya, Shasa duduk dengan gugup.
Ia lupa jika dirinya belum mengucapkan salam pada sang tuan rumah.
"Selamat siang ... Tuan Edward. Saya Raneysha teman Adrian."
"...."
Lagi-lagi tidak ada sahutan, tapi lelaki itu melirik sekilas lalu menghembuskan nafas kasar.
Shasa sempat berfikir jika pria paruh baya dihadapannya ini mengalami tunawicara. Tapi hal itu ia tepis, karena ia pernah mendengarkan pidato dari pria ini saat penyambutan murid Alexandra.
'Apa bokapnya Adrian gak bisa bahasa Indonesia ya? Ehhh tapi tadi Adrian nyapa bokapnya pakai bahasa indonesia. Mungkin lagi bisulan kali ya mulutnya,' batin Shasa.
'Adrian kenapa lama amat sih, manggil nyokap nya di mana emang? Di Arab kali ya?'
Shasa sudah tidak tahan berada di satu tempat bersama orang yang nyata wujudnya namun tidak ada interaksinya.
'Berasa ikut uji nyali gue. Deg-degan gini. Padahal depan gue bapack-bapack ganteng.' Lagi-lagi Shasa cuma bisa bermonolog.
"HAYO ... lagi mikirin apa lo." Adrian mengejutkan Shasa dari arah belakang.
Refleks Shasa mengucapkan apa yang ia pikirkan. "UJI NYALI!" Ia membekap mulutnya. "Ehhh ... maaf!"
Adrian terkekeh geli sambil memegangi perutnya. Ternyata Adrian mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Makanya sedikit lama.
"Bisa gak sih jangan ngagetin gitu. Gak lucu kalau ada berita cewek cantik matinya karena dikagetin temen sekelasnya."
Adrian kembali tertawa terbahak-bahak melupakan jika di situ ada kedua orang tuanya.
Edward hanya melirik sekilas seperti tadi, lalu fokus kembali dengan laptopnya. Ariana yang berdiri tertutup tubuh Adrian, segera duduk di sebelah Shasa.
"Maaf Sayang. Kamu nunggu Tante lama ya?"
"Ahh ... engga kok, Tante." Shasa mengamit tangan Ariana dan mencium punggung tangannya.
"Kamu Adrian. Kenapa gak langsung bawa Shasa ke kamar Mama. Biar bisa ganti baju dulu. Malah kamu suruh nunggu di sini!"
Adrian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Lupa Mam. Soalnya tadi kan, ada Papa. Aku sapa Papa dulu."
"Nampyeon (Sayang), aku pergi dulu ya, ada acara arisan di --"
"Pergilah!" potong Edward cepat saat Ariana berpamitan.
Nada Edward yang dingin serta berat membuat atmosfer di sekitar mendadak dingin
"Udah Mama berangkat aja. Gak usah pamit-pamit sama bajingan itu!" ucap Adrian dalam bahasa Korea.
Tentu saja bahasa itu hanya Adrian dan Ariana yang tau. Shasa sempat ingin bertanya namun melihat kecanggungan dan dinginnya keluarga ini membuat Shasa mengurungkan niatnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Shasa datang sekolah lebih awal dikarenakan hari ini jadwal dirinya piket kelas.
Seperti biasa, teman-teman Shasa selalu mengandalkan Shasa untuk membersihkan setiap bagian kelas.
Shasa tidak pernah mempermasalahkan sikap teman-temannya yang selalu merundungnya secara tidak langsung. Karena sedikit banyak Shasa mampu membalas perbuatan mereka.
Adrian memasuki kelas di saat Bel baru berbunyi. Seluruh siswa siswi sudah duduk di bangku mereka masing-masing termasuk Shasa yang memperlihatkan langkah Adrian.
Adrian hari ini berbeda. Ia mengenakan masker di wajahnya dan bagian keningnya ia tutupi dengan poni. Hampir tidak terlihat keseluruhan wajah Adrian.
Meskipun sekarang Adrian sedang berkamuflase menjadi jamet kuproy abis nguli. Namun gaya Hedon-nya bak anak-anak pejabat tetap terlihat.
Adrian melirik sekilas ke arah Shasa yang sedang memperhatikannya. Lelaki itu hanya berdehem tanda menyapa.
Baguslah, dari pada disapa dengan cara diklakson 3 kali, macam kuntilanak terowongan angker.
"Lo kenapa maskeran begitu? Gue bau ya?" Shasa mengendus dirinya sendiri.
'Ahh ... kebaperan gue. Gue kan, selalu harum mewangi sepanjang hari macam jalanan yang di Condet!' Monolognya.
Adrian menurunkan maskernya sampai ke dagu lalu memperlihatkan wajahnya yang seperti habis ikut pesta Halloween.
"Gue abis di smackdown bokap gue!"
"Bokap lo siapanya John Cena? Gila sampe gemuk gitu muka lo, Ian!" ucap Shasa sambil menutup mulutnya.
"Ishhh ... lo mah, malah bercanda! Kasihani gue kek!"
"Kasihannnnnn!"
"Lo ya Sha ... salah gue, ngomong sama lo!"
"Salah lagi gue. Ya udah nanti pas break jam 10, gue bawa lo ke TPU ... eh ... ke UKS maksudnya!" Canda Shasa.
Shasa tau, jika suasana hati pria itu sedang tidak baik-baik saja. Oleh sebab itu Shasa berusaha menghibur lelaki disebelahnya ini agar Adrian tidak kepikiran masalahnya di rumah.
Terbukti Adrian sejak tadi terkekeh karena ucapan Shasa meskipun lelaki itu setelahnya harus meringis menahan sakit di wajah dan tubuhnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Awww ... awww ... pelan-pelan Sha ... Ya Tuhan muka gue!"
"Kan, lagi gue obati bukan gue tonjokin. Lagian kok bisa sih lo ngajakin bokap lo smackdown. Emang ada keturunan The Rock lo?" goda Shasa saat mengobati Adrian di ruang UKS.
Adrian mendengar Shasa ngomel hanya ketawa-tawa. "Soalnya dia mukulin nyokap gue. Makanya gue bales. Ehh ... dia bales gue pakai ajudannya. Mana banyak lagi. Sialan!"
Ada nada emosi di setiap ucapan Adrian yang entah mengapa Shasa ikutan sakit mendengarnya.
"Gak gentle ya bokap lo. Tapi lo hebat, Ian. Gue suka!"
Adrian senang mendapat perhatian dari Shasa apalagi tadi gadis itu mengatakan jika dia suka.
Suka pada dirinya kah? Adrian hanya tersenyum samar sambil memperhatikan Shasa.
Shasa bingung harus bicara apa, masalahnya ia tidak pernah berada di posisi Adrian. Dirinya juga baru ini mendengar ada kekerasan dalam rumah tangga.
"Sha ... boleh sekalian gantiin perban gue yang di bahu gak?"
Adrian membuka kancing bajunya dan memperlihatkan dada bidangnya yang putih mulus.
"Hah?!"
Mau nolak tapi Adrian sudah membuka bajunya. Mau tidak mau Shasa membantu mengobati luka dan memar yang ada di tubuh Adrian.
"Yahhh ... muka gue jelek nih. Mana gue mau ada sparing futsal. Gak bisa jadi most wanted deh gue," gerutu Adrian saat melihat pantulan dirinya di kaca.
'Najis Narsis!' batin Shasa sambil melirik malas ke arah Adrian.
"Ngapain lo liatin gue begitu? Naksir lo ya?"
"Dih najis, gak suka gue sama cowok yang suka tebar pesona kayak lo. Bye!"
Tanpa pamit, Shasa pergi meninggalkan Adrian yang masih mengancingkan bajunya setelah Shasa menggantikan perban. Hatinya sangat kesal, bisa-bisanya Adrian lebih memikirkan para fansnya.
'Pesona gue cuma buat lo, Sha ... aishhh kalau lo tau pasti GR lo!'
...(。☬0☬。) To be continue (。☬0☬。)...
Please LIKE, SUBSCRIBE, FOLLOW, VOTE AND RATE ⭐ 5 Below...
(Your my spirit)
IG: Soundofchoi8
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
samara betric
ngakak ya Allah /Facepalm/
2024-04-20
0