Bruuukkkkk
"SHASA ..." Adrian segera menghampiri Shasa yang pingsan tidak jauh darinya.
"Sha ... Shasa."
Adrian berjongkok. Menepuk nepuk pipi Shasa. Namun tidak ada respon dari gadis itu.
Segera Adrian menggendong Shasa yang bertubuh kecil itu ala bridal style dan berlari ke kerumunan siswa yang sedang merokok di belakang sekolah.
Adrian yakini mereka senior di sekolah ini. Mereka bukan salah satu anggota Osis yang bertanggung jawab dengan acara MOS ini.
Adrian tidak peduli. Yang ingin ia lakukan sekarang menanyakan di mana ruang UKS berasa.
"Permisi. Di mana ruang UKS-nya?" tanya Adrian panik.
Segerombolan siswa yang sedang merokok itu terkejut dengan kehadiran Adrian yang menggendong seorang gadis.
"Abis lo apain itu cewek Ampe pingsan gitu? Ganas lo mainnya," kekeh seorang siswa bertubuh gendut.
"Gue serius ANJNG. DIMANA UKS NYA!" teriak Adrian sambil menatap nyalang satu persatu siswa yang sedang menertawakan nya.
"Dii-- di sana deket tower climbing," ucap salah satu siswa yang mengenal siapa Adrian.
Adrian segera berlarian menuju arah yang orang itu tunjuk.
"Anak keluarga Chaiden, bro. Nyokap nya Aditama. Jangan macem-macem lo!" ucap laki-laki yang tadi memberi tahu lokasi dimana UKS berada.
"Serius lo? Kok lo ga bilang sih! sialan! Ahhh gagal dong kita berteman sama dia!?"
"Semoga aja dia gak inget muka lo!" Lelaki itu terkekeh.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Ini kenapa dia?" tanya seorang petugas PMR ketika Adrian masuk ke dalam ruang UKS
"Pingsan! Kalau mati, udah gue bawa ke rumah sakit!" ucapnya ketus.
Sang petugas PMR yang bername tag Micha memutar bola matanya malas.
"Maksud gue, dia pingsan karena apa? Jatuhkah, atau la--"
"Dia belum sarapan!" potong Adrian cepat, segera ia menidurkan Shasa di brankar.
"Lo urus dia, gue mau cari makanan buat dia."
Pramudita yang melihat punggung Adrian menjauh dari ruang UKS seketika menggeleng.
"Kok ada ya laki-laki seganteng itu tapi sayang ketus banget mulutnya. Idih, untung aja lo ganteng!" gerutu Micha saat membantu Shasa untuk sadar dengan mengoleskan minyak kayu putih.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Biasanya orang pingsan itu pas bangun-bangun makan apa ya?"
Adrian berjalan sambil berpikir keras.
"Bubur ayam? Ahhh ga kenyang. Nasi goreng? Seret pasti. Nasi Padang kali ya?" gumam Adrian sambil celingukan di kafetaria yang menjual berbagai macam makanan.
Adrian mendekati seorang cowok yang berpakaian seperti dirinya, maksudnya yang sedang dalam masa MOS.
Cowok itu nampak asik makan di kantin. Padahal waktu masih menunjukkan jam pelajaran, yang mana harusnya anak itu sedang mengikuti kegiatan MOS.
"Ohhh elo, gue pikir siapa. Pantes aja berani banget lagi MOS makan di kantin!" seru Adrian pada anak itu.
"Kenapa lo?" jawabnya singkat namun dengan pertanyaan.
"Galak amat sih lo, Nu! Gue mau tanya dong sama lo!"
"Apa?" Kamandanu tampak asik dengan sarapannya, tidak melirik Adrian sama sekali.
"Gue mau tanya, kalau orang pingsan bangun-bangun makannya apa?" tanya Adrian
"Cakeppp!"
"Gue bukan lagi pantun, Sialan!"
"Oh!" Kamandanu kemudian menatap Adrian serius.
"Lo beliin roti sama teh anget lah. Masa gitu aja gak tau!"
"Emang kenyang? Tadinya gue mau beliin dia nasi Padang, tapi gak ada yang jual ya di sini."
Danu menatap Adrian horor. "Muka doang cakep, tapi bego!"
"Gak apa-apa yang penting 'kan gue cakep!"
Kamandanu menggelengkan kepalanya dan lanjut menikmati sarapannya.
Adrian menuju stand warung yang menjual berbagai macam roti dan susu kemasan. Ia membeli banyak roti dan susu untuk dirinya dan juga Shasa.
"Itu cewek boleh nggak ya makan makanan yang mengandung gluten gini?" gumam Adrian. "Ah ... nggak apa-apa kali!"
lelaki itu berlari begitu saja melewati Kamandanu yang sedang menikmati sarapannya.
"Selera makan gue jadi hilang gara-gara komunikasi sama orang gila."
Adrian memasuki ruang UKS dengan tergesa-gesa. Di sana Shasa sudah terduduk di brankar meskipun wajahnya masih pucat dan badannya sangat lemas.
Adrian mendekati Shasa sambil membawa paper bag.
"Sha, kok lo bangun. Tiduran lagi aja, ini gue beliin roti sama susu!"
Shasa melihat isi dalam kresek hitam yang di bawa Adrian.
"Ini banyak banget, Ian," ucap Shasa sambil tersenyum manis memperlihatkan kedua gingsul nya.
"Senyum lo manis!" ucap Adrian spontan.
"Hah apa?" tanya Shasa meyakinkan pendengaran nya.
Adrian menyadari jika mulut lemesnya terlalu jujur, segera ia mengalihkan pembicaraan.
"Udah lo makan ini! Gue beli semua rasa soalnya. Gue gak tau lo sukanya rasa apa," ucap Adrian panjang lebar dengan nafas terengah-engah.
"Strawberry. Gue suka strawberry ..." kata Shasa sambil mengambil susu rasa strawberry dan roti rasa strawberry.
"Gue juga!" Adrian segera mengambil roti dengan rasa yang sama.
Padahal kenyataannya Adrian tidak begitu suka rasa strawberry ia hanya ingin menyamakan dengan apa yang Shasa suka.
Shasa mengambil tissue yang berada di dekat nakas kemudian mengelap dahi Adrian yang penuh dengan keringat.
"Lo lari-larian ya dari kantin ke sini? Maaf ya, gue ngerepotin lo!"
Adrian memegang tangan Shasa yang saat ini sedang mengelap keringatnya.
"Biar gue aja. Tangan lo masih gemetaran." Adrian terkekeh.
Shasa mengangguk patuh.
"Udah lo makan yang banyak. Kenyangin perut mungil lo itu. Udah perut kecil gak di isi apapun. Jahat banget yang punya perut." Tawa Adrian yang hanya memperlihatkan garis matanya ketika cowok itu tertawa.
Shasa tersenyum kecil. "Terima kasih, Ian!" ucap Shasa tulus dan diangguki oleh Adrian.
Tanpa mereka sadari, dari situlah timbul benih-benih cinta di hati mereka masing-masing yang menjadikannya sebagai debaran pertama antara Shasa dan Adrian.
Shasa yang sudah pulih, memutuskan untuk kembali ke kelas. Meskipun terjadi perdebatan terlebih dahulu dengan Adrian yang ingin mengantarkan Shasa pulang. Namun, di tolak oleh Shasa karena ini hari pertama Shasa bersekolah disini.
"Tapi nanti gue anter lo pulang, ya!"
Shasa mengangguk menyetujui keinginan cowok ini. Adrian si cowok yang tidak bisa dibantah.
Mereka memasuki kelas saat kelas sedang ramai-ramainya karena pemilihan ekstrakurikuler yang akan mereka ikuti.
Shasa duduk di bangku kosong yang terletak di paling belakang bersama seorang laki-laki yang mengenakan kaca mata.
Sedangkan Adrian sudah dipanggil oleh teman-temannya untuk bergabung di bangku paling depan yang sengaja dikosongkan untuk lelaki itu.
"Gue Shasa. Salam kenal ya!" ucap Shasa saat menempelkan bokongnya di bangku.
Cowok berwajah imut mirip Park Bo Gum itu mengangguk cepat sambil membetulkan kacamatanya.
"Gu- gue Arden. Salam kenal!"
"Ehhh lupa tanya. Bangkunya kosong, 'kan? Gue main duduk aja!"
"Iya kosong, gue dari tadi sendirian," jawabnya sambil sibuk mengisi formulir.
Shasa mengintip Arden yang sedang mengisi formulir.
"Itu untuk apa?"
"Ohh ini formulir pendaftaran ekskul. Satu murid minimal dua ekstra kurikuler. Satu ekskul wajib dan satu lagi ekskul bakat atau minat."
Arden menjelaskan dengan detail ekskul apa saja yang wajib dan ekskul apa aja yang sesuai dengan bakat dan minat.
Shasa kemudian berjalan ke depan kelas menuju meja guru untuk mengambil formulir pendaftaran ekstrakurikuler.
Adrian yang memperhatikan Shasa dari awal Shasa duduk. Kemudian mengikuti Shasa yang berjalan menuju meja guru. Adrian pun paham apa yang ingin Shasa lakukan.
Tangan Adrian dan shasa sama-sama menggenggam kertas formulir. Hanya Adrian yang sengaja melakukan itu, tidak dengan Shasa.
"Ehhh sorry!" ucap Shasa refleks lalu melihat siapa yang ia pegang tangannya.
"Ladies first!" kata Adrian dengan senyum menawannya.
Shasa pun tersenyum tidak kalah manisnya. "Thank you, Ian!"
Kemudian Shasa mengisi ekskul mana saja yang ingin ia ikuti.
Pertama, ia melihat deretan ekskul wajib yang harus mereka ikuti. Shasa teringat momen bersama Adrian tadi di ruang UKS tanpa sadar Shasa mencentang ekskul PMR sebagai ekskul wajibnya.
"Lo ikut PMR, Sha?" tanya Arden dengan suara agak keras. "Yeee ... kita Sama dong!" lanjut Arden yang memekik senang.
Shasa tersadar dari lamunan karena suara Arden yang mengagetkannya.
Sekilas mata Shasa beradu pandang dengan mata Adrian yang memang sedari tadi sedang menatap Shasa.
Shasa tersenyum ramah dan dibalas oleh Adrian.
"Lo kenal dia, Sha?" tanya Arden yang sedang memperhatikan interaksi Shasa dengan Adrian.
"Gak sengaja tadi kenal pas kita sama-sama dihukum!"
"Bad boy dia. Jangan dekat-dekat. Tukang bully waktu jaman SMP dulu. Ya maklum lah ... nyokap nya yang punya yayasan ini. nah kalau yang itu--" ucap Arden.
Sambil menunjuk cowok yang memakai Hoodie putih yang sedang mendengar musik dari iPod nya sambil membaca buku.
"Dia anak donatur terbesar di sekolah ini. Jadi lo jangan macem-macem sama dua makhluk itu kalau mau hidup lo aman dan tenang!" lanjut Arden menjelaskan.
Shasa menatap Arden, Adrian dan cowok misterius itu bergantian. Kemudian ia mengangguk paham.
Shasa kemudian fokus mengisi ekskul untuk minat dan bakat. Ia memilih seni vokal dan musik sebagai ekskul minat dan bakat karena tidak ada ekskul seni suara ataupun paduan suara.
"Lo bisa main alat musik?"
"Piano dan biola aja sih, di sini ada, kan?"
Arden yang notabenenya sekolah di yayasan Alexandra mulai dari Day care, Taman kanak-kanak sampai SMA.
Mengetahui betul seluk beluk sekolah itu dan fasilitas apa saja yang ada di Alexandra School.
"Ada, lengkap. Biasanya lo pakai piano jenis apa?"
"Up Right piano. Biasanya gue pakai itu di rumah."
"Oh ... itu ada," jelasnya.
"Kalau lo pilih Seni, lo bakal ketemu sama dia!" Arden menunjuk Adrian menggunakan dagunya.
"Lo pilih ekskul apa, Ian?" tanya seorang cowok blasteran berpipi merah yang bername tag Richie.
Adrian mengamati lembar formulir ekskul yang sebenarnya sudah hapal pilihan apa saja yang akan ia ambil.
Hampir semua kegiatan olah raga dan ketangkasan Adrian ambil mulai dari band, fitnes, futsal, basket, pecinta alam sampai jujutsu. Namun Adrian tampak bingung memilih ekskul wajib yang harus ia ikuti.
"Ric, lo ikut ekskul wajib apa?" tanya Adrian.
"Gue sama Ozy ikut Rokris (rohani kristen)!" jawab Richie.
"Lo ikut Rokris aja, Ian!" lanjut Richie yang mendapat tatapan tajam dari Adrian.
"Hahaha canda ahhh elah serius amat lo!" ucap Richie cepat-cepat takut Adrian mengamuk.
Adrian kemudian berjalan mendekati meja cowok berhoodie putih yang sedang duduk memejamkan mata sambil menutup telinganya dengan headphone.
Braaakkk
Adrian menendang meja tempat cowok berhoodie itu menelungkup kepalanya di meja dengan kedua tangan.
Dengan gerakan refleks cowok itu menarik lengan Adrian dan memiting Adrian dan mendorong Adrian ke tembok.
Hal itu membuat atensi semua siswa tertuju kepada mereka.
"Woyyy Nu ... ini gue, Adrian! lo mau bunuh gue!" teriak Adrian terbata saat Danu memiting nya dari belakang.
"Lo mau apa?" tanya Danu dingin.
"Lepasin dulu! Sakit beg--o!"
Danu langsung melepaskan pitingan nya sambil mendorong Adrian ke arah papan tulis.
"Sakit anjir!" gumam Adrian yang tidak ditanggapi Danu meskipun ia mendengarnya.
"Gue mau tanya, ekskul lo apa aja? Sini gue mau nyamain biar kalau ada kegiatan di Pioneer gak bentrok sama schedule gue yang padat!"
"Cihhh gaya lo, anak haram!" ucap Danu asal.
"Sialan lo! Kalau lo bukan Alpha gue, udah gue ..." Adrian memperagakan dirinya seperti sedang mengulek.
Danu memberikan secarik kertas formulir ke arah Adrian dan itu membuat Adrian cukup kaget.
"Lo cuma pilih pecinta alam dan jujutsu? Wajibnya mana?"
Danu menatap Adrian sambil mengerutkan kening.
"Yang wajib buat kita menyembah Tuhan dan beribadah sesuai keyakinan masing-masing. di situ ada gak?"
"Gak ada sih!" Adrian menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian ia duduk kembali ke bangkunya.
...(ノ•̀ o •́ )ノ ~To be continue◡ノ(° -°ノ)...
Please LIKE, SUBSCRIBE, dan Komen 🫰🏿
Jangan lupa ⭐ 5 nya. Terima kasih Majikanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
Kang ngecrot
abis maraton Bella dan Danu, aku langsung ke sini. ya ampun SE cinta itu sama karya kakak yg nyambung /Drool//Sob/
2024-12-18
1
Katty miaw
kaga ada lah kocak
2025-02-23
0
young match
bikin ngakak nih si danu
2024-10-25
1