Memendam Benci Dan Cinta

Memendam Benci Dan Cinta

Chapter 1 - Crazy

2023

Nafas keduanya memburu seperti sedang berlari mencapai garis finish. Jika lelaki itu mengeluarkan erangan karena sedang mencumbu gadis kesayangannya. Lain hal dengan sang gadis.

Ia terengah karena tangan lelaki itu selalu mampu membuatnya bergetar sekaligus merinding.

"Pleaseee...."

"Please why Shasa? You want more? More than it? you want I fck you?"

"Y-yes ... Keep my All. Ak--aku tidak mau kamu pergi ... Ahhh!"

"Maaf ... Aku harus pergi!

Tiba-tiba Shasa berdiri di dalam ruangan penuh kaca yang memantulkan wujud seorang laki-laki yang selama ini selalu menjadi mimpi indah sekaligus mimpi buruknya.

"IAN!" pekiknya sambil berlari mengejar pria itu.

Alarm handphone berbunyi. Shasa terbangun pukul 03:00 pagi. Peluh membanjiri pelipisnya. Selama enam tahun ia selalu bermimpi yang sama.

'Kapan gue bisa hidup normal tanpa ada Lo di hidup gue, Ian?'

'Seharusnya perasaan ini ikut terkubur bersama Lo. Nyatanya ... perasaan ini semakin mencuat ke permukaan. Menghantui kehidupan gue dan Aiden.'

Shasa masih melamun di tempat tidur dengan pikiran yang sedang beranak pinak. Bermonolog seperti malam-malam sebelumnya.

Tidak ingin berlarut-larut dalam duka. Shasa turun dari tempat tidur. Seperti kegiatan biasanya, jika ia bangun terlalu pagi, dirinya akan mandi lalu membaca laporan hasil diagnosa para pasiennya.

Selesai dengan aktivitas pagi di ruang kerjanya. Shasa menuju pantry nya untuk memasak. Kali ini ia memasak untuk porsi yang sangat banyak.

"Non, Bude bantuin ya!"

"Gak perlu Bude, ini sudah mau selesai."

"Ya sudah, Bude siapin seragam kamu dulu, ya."

Bude Parni meninggalkan pantry lalu menuju kamar Shasa untuk memastikan bahwa seragam Shasa sudah siap.

"Terima kasih Bude!"

Setelah memasak, Shasa bersiap siap untuk bekerja seperti biasanya.

Saat ini ia bekerja di salah satu rumah sakit jiwa di kota kembang. Shasa merupakan Dokter Psikiater yang baru dipekerjakan di rumah sakit tersebut. Rumah sakit milik kakeknya dan neneknya.

Selama 7 setengah tahun, Shasa berjuang untuk mendapatkan gelar yang saat ini melekat pada dirinya.

Di snelli berwarna putih yang ia kenakan tertera nama Dr. Raneysha Zefanya, M.Sc.

"Bude ... Raneysha berangkat dulu, ya!"

"Iya Sayang, hati-hati di jalan!" jawab Bude Parni.

...💕💕💕💕💕...

Shasa memasuki lift dan menekan tombol B1 yang berarti akan membawanya menuju basemen tempat dirinya memarkirkan mobil.

Saat ini Shasa tinggal di sebuah apartemen yang cukup mewah di Bandung bersama ART yang sudah ia anggap seperti keluarganya sendiri.

Drrrttttt Drrrtttt

Ponsel Shasa bergetar berulang kali yang menandakan ada telpon masuk melalui aplikasi WhatsMax.

"Morning Sayang!" Salam Shasa.

"Morning, Sayang! Kamu sudah berangkat?" sapa seorang laki-laki bersuara lembut dari seberang telpon.

"Sudah Sayang, ini baru keluar lobby. Kamu sudah sarapan?"

"Sudah Sayang, o-iya ... nanti siang kita makan siang bareng, ya. Kebetulan aku ada meeting di Deket rumah sakit dengan klien dari Beijing," ajak Aiden.

"Oke Sayang, berkabar aja ya! Jangan lupa vitaminnya di minum dan maskernya di pakai kalau keluar!"

"Siap Bu Dokter!" Aiden terkekeh di akhir telponnya.

...💕💕💕💕💕...

Saat di lampu merah banyak sekali pengamen dan pengemis. Shasa membukakan kaca jendela mobilnya.

Ia memberikan mereka satu persatu box dan air minum yang sudah disatukan dalam satu plastik.

"Orang gila ... Orang gila...."

Shasa melihat Anak-anak kecil sedang mengarak seorang laki-laki tinggi berhoodie hitam dengan wajah kumal dan Hoodie yang kebesaran melekat di tubuhnya.

"Ya ampun anak-anak itu!" Shasa menggelengkan kepalanya melihat ulah anak-anak yang jahil.

"Orang gila ... orang gila ... orang gila...." Lagi-lagi suara itu menggema di jalanan.

Beberapa anak-anak itu tidak hanya menyoraki lelaki berhoodie hitam yang sedang berjalan pelan.

Namun, mereka juga menimpukinya dengan batu dan botol plastik yang mereka temui di sepanjang jalan.

"Eehhh adik-adik, jangan seperti ini! Gak baik."

"Kenapa? Dia kan, orang gila! Ya nggak teman-teman?"

"Biar bagaimana pun, dia manusia," ucap seorang wanita cantik yang mengenakan blouse navy dan celana jeans berwarna senada sambil menenteng banyak box dalam plastik.

Shasa memberikan satu persatu box yang berisi makanan pada anak-anak itu.

Setelah mereka mendapatkannya, Anak-anak kecil itu berlarian menjauhi lelaki yang memilih berjongkok diam sambil menundukkan kepalanya yang tertutup Hoodie.

"Ini untuk kamu."

Shasa memberikan box nasi yang sama dengan anak-anak tadi dan air putih untuk lelaki itu.

Ini sudah menjadi kebiasaannya setiap hari Jumat. Ia akan berkeliling di sekitaran tempat tinggalnya untuk memberikan beberapa makanan yang dibelinya atau di buatnya kepada orang-orang yang ia temui.

Seperti anak-anak yang akan sholat Jum'at, driver online yang sedang mangkal ataupun fakir miskin di jalan.

Saat lelaki itu mengangkat wajahnya menatap box nasi dan air yang Shasa berikan.

Dengan jelas Shasa melihat wajah lelaki itu. Lelaki itu pun menjulurkan tangan menerima barang yang Shasa berikan.

"Ian ... Adrian! Ini gak mungkin..." desis Shasa.

Kedua lututnya lemas selemas-lemasnya. Jika ia tidak berpegangan pada tembok di sebelahnya, Shasa yakin ia sudah pingsan.

Laki - laki yang di panggil namanya Adrian hanya diam tidak menanggapi ucapan yang keluar dari bibir tipis Shasa.

Laki-laki itu sibuk membuka bungkusan box nasi dan air yang di berikan Shasa. Ia memakannya dalam diam dengan pandangan mata kosong lurus ke depan.

"Adrian..." panggil Shasa lagi.

Kali ini Shasa sambil menggoyangkan bahu lelaki itu untuk meyakinkan bahwa lelaki di depannya ini benar-benar Adrian.

Ia masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Shasa datang sendiri ke pemakaman Adrian ketika lelaki itu dinyatakan meninggal.

Padahal saat itu Shasa sedang fokus mengikuti Medical college admission test di luar negeri.

Mendengar kabar kematian Adrian, membuat dirinya drop. Bahkan berbulan-bulan Shasa mengurung diri di kamar apartemennya hingga prestasinya di kampus menurun drastis.

Hanya Aiden yang lagi-lagi membantu Shasa di masa terburuk wanita itu. Aiden dengan sabar memahami Shasa dan membantu Shasa dari depresinya.

"Pasti ini hanya mirip!" gumam Shasa.

Lelaki itu tetap diam tidak bergeming. Tatapannya begitu kosong meskipun ada orang lain yang mengajaknya bicara. Ia berperilaku seperti tidak ada siapapun di dekatnya.

Shasa teringat jika Adrian memiliki tatto bergambar kartu AS di lengan kanan nya.

Tanpa jijik dan takut, Shasa menarik lengan kanan lelaki itu dan melihat tatto yang sama seperti milik Adrian teman sekaligus musuh bebuyutannya.

"Lo lagi bercanda, 'kan? Ini acting Lo, 'kan?" Adrian tidak menanggapi. "Ayo ikut gue!"

Shasa menatap ke sekeliling tempat itu kali aja ada kamera yang terpasang dan mengatakan bahwa mereka sedang shooting.

Tapi nihil. Shasa tidak menemukan apapun hanya ia dan Adrian di tempat itu. Shasa menarik tangan Adrian sedikit kencang. Sedangkan lelaki itu hanya pasrah dengan wajah datarnya dan tatapan kosongnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Haloo!"

"Iya hallo, siapa disana?" sahut seseorang diseberang telpon.

"Hay kamu lupa suara aku! Aku sedang di Indonesia. Ayo kita bertemu!"

"Aahhhh ya ampun! benarkah? Aku akan menyusul. Kau share lokasi saja!"

"Take care ya, nanti setelah sampai apartemen, aku share lokasi ke kamu. Jangan terburu-buru aku berencana lama disini!"

"How long?"

"Mungkin selamanya," jawab wanita itu terkekeh, sambil menatap dompetnya yang terpampang foto dirinya dengan kekasihnya.

"Benarkah? Itu kabar baik. Aku akan memberitahukan kepada yang la-"

"Tidak usah. Aku hanya ingin bertemu dengan mu. Hanya kamu lah sahabat baik ku!"

"Kau so sweet sekali!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Tuan Aiden, rapat dengan PT. Nila Indonesia di undur menjadi siang jam 1."

Seorang Sekretaris masuk ke ruangan Aiden untuk memberikan informasi mengenai schedule mereka yang tiba-tiba berubah.

"Seenaknya saja merubah jadwal! Batalkan saja kerja sama dengan mereka! Cari investor lain!"

"Tidak bisa, Tuan. PT. Nila Indonesia ini memiliki reputasi yang baik dalam pelayanan jasanya sebagai eksportir dan importir. Bahkan Tuan besar sudah mewanti wanti kita, agar menjalin hubungan kerja sama dengan perusahaan tersebut," jelas Yessi sekertaris Aiden.

Aiden menghembuskan nafas frustasi, lagi-lagi untuk bertemu dengan Shasa tertunda.

Room Chat Shasa

Aiden: Sayang, maaf ya. Lunch kita batal. Investor mengubah jadwal meeting jadi siang ini 😭😢 .

Dengan wajah sedihnya. Aiden menunggu Shasa membalas pesannya.

Benar saja. Tak lama Shasa membalas pesan Aiden.

Shasa: no problem Sayang. Aku juga ada pasien baru yang butuh penanganan pribadi ❤️😘 .

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Shasa melirik Adrian yang duduk di sebelah kemudinya. Lelaki itu tertunduk dalam. Entah apa yang laki-laki itu lakukan dan pikirkan dengan menatap ke bawah.

Shasa menurunkan tudung yang melekat di kepala Adrian untuk memastikan bahwa lelaki ini sedang tertidur atau melamun.

Ternyata Adrian sedang menatap kebawah sambil melamun entah apa yang sedang lelaki itu lihat sepertinya ada hal menarik di bawah jok mobil Shasa.

"Ehhmm!" Shasa berdehem sambil melirik Adrian.

"Lo udah gak mandi berapa hari?" tanya Shasa dan tidak ada sahutan dari Adrian.

Masalahnya dari tubuh Adrian terhirup aroma yang kurang mengenakkan di indra penciuman shasa.

"Lo kenapa bisa begini?" tanya Shasa kembali.

"Lo bawa handphone, nggak? Biar gue bisa hubungin keluarga atau sahabat terdekat Lo!"

"...."

"Apa mereka tau kalau Lo masih hidup?"

Tidak ada sahutan, Shasa seolah-olah sedang berbicara sendiri karena Adrian memilih fokus dengan pemandangan di luar kaca mobil.

Shasa mengotak Atik kontak di handphone nya berharap masih memiliki nomor teman-temannya.

Namun nihil. Shasa ingat bahwa sebelum kelulusan, dirinya memang sudah menghapus seluruh kontak yang berhubungan dengan SMA Alexandra kecuali Arden, Fani dan Aiden kekasihnya.

"Minum...."

Tiba-tiba Adrian bersuara meminta minum. Adrian mengeluarkan suara Bass nya sedikit serak seperti orang tercekat.

Dengan cepat Shasa membuka kan botol air minum dan memberikan nya pada Adrian.

Adrian meminum air itu namun baru sedikit ia meminum lelaki itu melemparkan botol minumnya.

"GUA MAU MINUM!" teriak Adrian.

Shasa yang terkejut dengan respon Adrian seketika menepikan mobilnya.

Seingat Shasa. Adrian tidak pernah membentaknya dengan nada sekencang itu. Hal itu membuatnya sakit dan terkejut dalam waktu bersamaan.

"Adrian lihat saya! Adrian! Adrian!" panggil Shasa dengan suara yang tegas dan mendominasi.

Pelan-pelan Adrian menengok ke arah Shasa dan menatap Shasa dengan tatapan yang lagi-lagi kosong tidak ada pancaran kehidupan dan kebahagiaan.

"Kamu ingin minum apa? Tidak di lempar-lempar oke! Itu bisa membahayakan kita."

Adrian mengangguk sekali.

"Kamu - ingin - minum - apa?"

Kali ini Shasa bertanya lebih lembut dan memberikan artikulasi yang jelas.

"Vod ka!" jawab Adrian dengan jelas.

"Gak mungkin Adrian, gak mungkin saya kasih kamu itu! yang lain mau?"

"Miskin ya Lo? Kalau gitu gue mau Amer aja!"

'Dih yang lagi cosplay jadi orang miskin, siapa?' Monolog Shasa sambil menggelengkan kepala.

Shasa melanjutkan perjalanan nya menuju rumah sakit tempatnya bekerja dengan pikiran yang buntu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Mereka telah sampai di rumah sakit tempat Shasa bekerja. Rumah sakit ini milik kakeknya sebagai salah satu warisan yang diberikan untuk Shasa.

Secara otomatis, rumah sakit ini adalah miliknya meskipun terkadang ia tidak ingin mengakuinya.

Shasa turun dari mobil dan meninggalkan Adrian seorang diri di dalam.

Ia meminta tolong perawat di lobby untuk membawakannya kursi roda.

Pintu mobil tempat Adrian duduk di buka oleh Shasa dan tak lupa Shasa melepaskan seat belt yang menempel pada lelaki itu.

Kemudian perawat laki-laki membantu Shasa untuk memindahkan Adrian ke kursi roda.

"Siapa ini, Bu Shasa?" tanya salah satu perempuan bernama Nana.

"Tolong di bantu ya, Na. Minta Raka dan Tio untuk memandikan dia terlebih dahulu sebelum terapi. Nanti ada beberapa hal yang ingin saya periksa!" sahut Shasa mengabaikan pertanyaan Nana.

"Baik Bu Dokter. maaf Dok, Nama pasien siapa?" tanya Nana kembali.

"Andika."

Shasa terpaksa berbohong untuk menutupi identitas Adrian. Ia takut jika Aiden mengetahui Adrian masih hidup dan ada di sini.

Shasa memasuki ruangan kerjanya yang bernuansa putih dilengkapi chair therapy serta meja kerja yang berkayu jati.

Dirinya segera menuju meja nya dan menduduki kursi Herman Miller Aeron yang bernilai fantastis.

"Adrian kamu kenapa?" gumam Shasa.

Ia memeriksa kontak handphone-nya sekakinlagi. Barang kali menemukan kontak teman terdekat Adrian terselip di kontaknya.

Tiiinggg tooonggg ...

tiiinggg toonggg ....

Seseorang menekan Bell untuk masuk ke dalam ruangannya. Shasa memencet tombol otomatis yang bisa membuka pintunya hanya dengan satu tombol.

Ruangan Shasa di design kedap suara. Oleh karena itu, ia menambahkan Bell untuk para tamu/staff yang ingin masuk ke dalam ruangannya.

"Bu Dokter, pasien atas nama Andika sudah kami bersihkan, apa tindakan selanjutnya, Dok ?" tanya Raka yang bertugas membersihkan Adrian.

Shasa segera mengambil jas putih kebanggaan nya dan segera menuju ruangan perawatan yang mana disana sudah ada Adrian.

Saat Shasa memasuki ruangan, Adrian sedang tertidur lelap.

wanita itu mendekati brankar tempat Adrian tertidur. Mengelus rambut Adrian yang masih hitam legam seperti 8 tahun yang lalu terakhir mereka bertemu. Namun kali ini rambut Adrian jauh lebih lebat dan berantakan.

"Kira-kira tindakan apa yang akan kita lakukan terlebih dahulu, Dok?" tanya Rio selaku Psikolog yang sering membantu Shasa.

"Sudah tes urine dan darah, Pak Rio?" tanya Shasa.

"Sudah Dok, tadi Dokter Samuel yang melakukan tesnya, hasilnya sudah saya kirimkan melalui e-mail!"

"Oke selanjutnya saya mau terapi EEG, MRI dan CT scan karena saya curiga jika dia tidak mampu mengingat apapun!"

"Bagaimana Anda tau, Dok. jika Pasien mengalami hilang ingatan?"

Shasa menatap lekat wajah Adrian, lelaki yang sampai saat ini masih selalu hadir dalam mimpinya meskipun sudah 8 waktu terlewati.

Ia sampai mengabaikan pertanyaan dari dokter Rio. masih tidak percaya jika di hadapannya ini ada laki-laki yang selalu ia cintai sekaligus ia benci.

TBC

Jangan lupakan LIKE and Subscribe ya reader agar karya ini aku berikan free untuk kalian.

Terpopuler

Comments

Casillas Marko

Casillas Marko

apa lagi ini? cerita di pena dua jempol seru2 banget weehhh

2024-09-16

0

Elvani Yunita

Elvani Yunita

Author paling semangat kalo nulis nih. /Grin//Grin/ kasi aku tips buat semnagat up thor. /Determined//Determined/

2024-08-25

1

Mama Mia

Mama Mia

satu bab aja panjang banget berapa banyak kata itu. salut.
aku tak kan mampu

2024-08-08

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Crazy
2 Chapter 2 - Depresi
3 Chapter 3 - Remember me?
4 Chapter 4 - Dijodohkan
5 Chapter 5 - AYO KITA MENIKAH
6 Chapter 6 - Penolakan
7 Chapter 7 - Pertemuan Pertama
8 Chapter 8 - DEBARAN PERTAMA
9 Chapter 9 -TEMAN SEKELAS
10 Chapter 10 - Sang Casanova
11 Chapter Visual
12 Chapter 11 - Pioneer
13 Chapter 12 - ONLY WITH YOU
14 Chapter 13 - Para Pemimpin
15 Chapter 14 - ACCIDENT
16 Chapter 15 - Duka Shasa
17 Chapter 16 - Berusaha Kuat
18 Chapter 17 - Homicide
19 Chapter 18 - Grandparents Home
20 Chapter 19 - Chaiden Family
21 Chapter 20 - Peringatan Awal
22 Chapter 21 - Main Halus
23 Chapter 22 - Salah Paham
24 Chapter 23 - Duka kembali
25 Chapter 24 - Uncle and Aunty
26 Chapter 25 - Toko Buku
27 Chapter 26 - Ketua OSIS
28 Chapter 27 - Inquiry
29 Chapter 28 - Brain Wash
30 Chapter 29 - ENOUGH
31 Chapter 30 - Racing
32 Chapter 31 - Perlawanan pertama
33 Chapter 32 - Privilege
34 Chapter 33 - Bioskop
35 Chapter 34 - Masa lalu Handoyo
36 Chapter 35 - Praduga
37 Chapter 36 - Chef
38 Chapter 37 - Support
39 Chapter 38 - Under Pressure
40 Chapter 39 - Masa depan Hancur
41 Chapter 40 - Majikan
42 Chapter 41 - Perlahan-lahan
43 Chapter 42 - Will you be my Girl?
44 Chapter 43 - Peang
45 Chapter 44 - Blade or Knuckle
46 Chapter 45 - Permainan di mulai
47 Chapter 46 - Basecamp
48 Chapter 47 - Curi
49 Chapter 48 - Siasat Aiden
50 Chapter 49 - Hiking X Hunting
51 Chapter 50 - Kesalahan Indah
52 Chapter 51 - Pamit
53 Chapter 52 - Rest
54 Chapter 53 - Solve Heart
55 Chapter 54 - Luka
56 Chapter 55 - New Issue
57 Chapter 56 - Terkubur dan Terpendam
58 Chapter 57 - Tidak seimbang
59 Chapter 58 - Regret
60 Chapter 59 - Aiden Rules
61 Chapter 60 - Mencintai atau Dicintai
62 Chapter 61 - Tulus
63 Chapter 62 - Anak Haram
64 Chapter 63 - Ceroboh
65 Chapter 64 - Debora family
66 Chapter 65 - Desakan Kamandanu
67 Chapter 66 - Saling Membohongi
68 Chapter 67 - Keajaiban Doa
69 Chapter 68 - Diam-diam menghanyutkan
70 Chapter 69 - Fitnah lainnya
71 Chapter 70 - Teror
72 Chapter 71 - The only one girl
73 Chapter 72 - Never Give up
74 Chapter 73 - Bukan Benci
75 Chapter 74 - Curang
76 Chapter 75 - Stranger
77 Chapter 76 - Danger Line
78 Chapter 77 - Tidak mungkin sekedar teman
79 Chapter 78 - BINGO
80 Chapter 79 - Mundur selangkah
81 Chapter 80 - Backstreet
82 Chapter 81 - Kedagingan
83 Chapter 82 - Masa sulit
84 Chapter 83 - Ke-enakan
85 Chapter 84 - Hukuman Berat
86 Chapter 85 - Percaya
87 Chapter 86 - Tidak ada tempat untuk penghianat.
88 Chapter 87 - Hinaan dan Pujian
89 Chapter 88 - Public Enemy
90 Chapter 89 - Serigala Brengsek
91 Chapter 90 - His Lost
92 Chapter 91 - Save but Lost
93 Chapter 92 - Kegiatan Positif
94 Chapter 93 - Rindu
95 Chapter 94 - Bermuka Dua
96 Chapter 95 - Pregnant
97 Chapter 96 - Chaiden Son
98 Chapter 97 - Tidak terbiasa tanpa mu
99 Chapter 98 - Present Day
100 Chapter 99 - Apartemen Lama
101 Chapter 100 - Memory
102 Chapter 101 - Kost-an
103 Chapter 102 - Melibatkan orang lain
104 Chapter 103 - Care
105 Chapter 104 - Hurt Myself by Hurting You
106 Chapter 105 - Perlakuan sama, Sikap yang berubah
107 Chapter 106 - Belum mengenal dengan baik
108 Chapter 107 - Brain, Beauty, Behavior
109 Chapter 108 - Toxic Relationship
110 Chapter 109 - Like Dusk
111 Chapter 110 - Menyakiti lebih dulu
112 Chapter 111 - Djoko Anger
113 Chapter 112 - Juvenile Delinquency
114 Chapter 113 - Karma
115 Chapter 114 - Tidak adil
116 Chapter 115 - Tawaran Kenzo
117 Chapter 116 - Putus?
118 Chapter 117 - My All
119 Chapter 118 - Malu
120 Chapter 119 - Who's your girlfriend?
121 Chapter 120 - Menunda
122 Chapter 121 - Hubungan yang rumit
123 Chapter 122 - Jangan Ikut Campur
124 Chapter 123 - Teasing
125 Chapter 124 - Anak ku
126 Chapter 125 - Two Ship
127 Chapter 126 - Menguap
128 Chapter 127 - Saling mencintai
129 Chapter 128 - Ice Cream
130 Chapter 129 - Last Message
131 Chapter 130 - Homicide not Suicide
132 Chapter 131 - Cadaver
133 Chapter 132 - Ariana Funeral
134 Chapter 133 - Sejuta Memori
135 Chapter 134 - Mulai membalas
136 Chapter 135 - Friendship
137 Chapter 136 - Minimal
138 Chapter 137 - Rindu Membelenggu
139 Chapter 138 - Memanas
140 Chapter 139 - Pelajar atau Pel--
141 Chapter 140 - Andai
142 Chapter 141 - Western Sky
143 Chapter 142 - War in library
144 Chapter 143 - Angel For Heaven
145 Chapter 144 - Bad Girl
146 Chapter 145 - Angels trapped with the devil
147 Chapter 146 - RED2612
148 Chapter 147 - Disgusted
149 Chapter 148 - Debaran pertama menjadi memori
150 Chapter 149 - Balas Budi
151 Chapter 150 - At least
152 Chapter 151 - Luka yang sama dari orang yang berbeda.
153 Chapter 152 - Anfal
154 Chapter 153 - Tersiksa
155 Chapter 154. Without you I am nothing
156 Chapter 155 - Aware
157 Chapter 156 - Are you pregnant?
158 Chapter 157 - Leave her, come back to me!
159 Chapter 158 - Ignoring You
160 Chapter 159 - Aditama Family
161 Chapter 160 - Aditama's Treasure
162 Chapter 161 - Childbirth
163 Chapter 162 - Kesempatan Tidak Datang Dua Kali
164 Chapter 163 - Adrian Plan
165 Chapter 164 - Restu Sailendra family
166 Chapter 165 - Berusaha berdamai
167 Chapter 166 - Melepaskan
168 Chapter 167 - Okhotnik
169 Chapter 168 - Sadis
170 Chapter 169 - Realistis
171 Chapter 170 - Surprise dari Adrian untuk Wulan
172 Chapter 171 - Memanfaatkan
173 Chapter 172 - Pertanyaan tanpa jawaban
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Chapter 1 - Crazy
2
Chapter 2 - Depresi
3
Chapter 3 - Remember me?
4
Chapter 4 - Dijodohkan
5
Chapter 5 - AYO KITA MENIKAH
6
Chapter 6 - Penolakan
7
Chapter 7 - Pertemuan Pertama
8
Chapter 8 - DEBARAN PERTAMA
9
Chapter 9 -TEMAN SEKELAS
10
Chapter 10 - Sang Casanova
11
Chapter Visual
12
Chapter 11 - Pioneer
13
Chapter 12 - ONLY WITH YOU
14
Chapter 13 - Para Pemimpin
15
Chapter 14 - ACCIDENT
16
Chapter 15 - Duka Shasa
17
Chapter 16 - Berusaha Kuat
18
Chapter 17 - Homicide
19
Chapter 18 - Grandparents Home
20
Chapter 19 - Chaiden Family
21
Chapter 20 - Peringatan Awal
22
Chapter 21 - Main Halus
23
Chapter 22 - Salah Paham
24
Chapter 23 - Duka kembali
25
Chapter 24 - Uncle and Aunty
26
Chapter 25 - Toko Buku
27
Chapter 26 - Ketua OSIS
28
Chapter 27 - Inquiry
29
Chapter 28 - Brain Wash
30
Chapter 29 - ENOUGH
31
Chapter 30 - Racing
32
Chapter 31 - Perlawanan pertama
33
Chapter 32 - Privilege
34
Chapter 33 - Bioskop
35
Chapter 34 - Masa lalu Handoyo
36
Chapter 35 - Praduga
37
Chapter 36 - Chef
38
Chapter 37 - Support
39
Chapter 38 - Under Pressure
40
Chapter 39 - Masa depan Hancur
41
Chapter 40 - Majikan
42
Chapter 41 - Perlahan-lahan
43
Chapter 42 - Will you be my Girl?
44
Chapter 43 - Peang
45
Chapter 44 - Blade or Knuckle
46
Chapter 45 - Permainan di mulai
47
Chapter 46 - Basecamp
48
Chapter 47 - Curi
49
Chapter 48 - Siasat Aiden
50
Chapter 49 - Hiking X Hunting
51
Chapter 50 - Kesalahan Indah
52
Chapter 51 - Pamit
53
Chapter 52 - Rest
54
Chapter 53 - Solve Heart
55
Chapter 54 - Luka
56
Chapter 55 - New Issue
57
Chapter 56 - Terkubur dan Terpendam
58
Chapter 57 - Tidak seimbang
59
Chapter 58 - Regret
60
Chapter 59 - Aiden Rules
61
Chapter 60 - Mencintai atau Dicintai
62
Chapter 61 - Tulus
63
Chapter 62 - Anak Haram
64
Chapter 63 - Ceroboh
65
Chapter 64 - Debora family
66
Chapter 65 - Desakan Kamandanu
67
Chapter 66 - Saling Membohongi
68
Chapter 67 - Keajaiban Doa
69
Chapter 68 - Diam-diam menghanyutkan
70
Chapter 69 - Fitnah lainnya
71
Chapter 70 - Teror
72
Chapter 71 - The only one girl
73
Chapter 72 - Never Give up
74
Chapter 73 - Bukan Benci
75
Chapter 74 - Curang
76
Chapter 75 - Stranger
77
Chapter 76 - Danger Line
78
Chapter 77 - Tidak mungkin sekedar teman
79
Chapter 78 - BINGO
80
Chapter 79 - Mundur selangkah
81
Chapter 80 - Backstreet
82
Chapter 81 - Kedagingan
83
Chapter 82 - Masa sulit
84
Chapter 83 - Ke-enakan
85
Chapter 84 - Hukuman Berat
86
Chapter 85 - Percaya
87
Chapter 86 - Tidak ada tempat untuk penghianat.
88
Chapter 87 - Hinaan dan Pujian
89
Chapter 88 - Public Enemy
90
Chapter 89 - Serigala Brengsek
91
Chapter 90 - His Lost
92
Chapter 91 - Save but Lost
93
Chapter 92 - Kegiatan Positif
94
Chapter 93 - Rindu
95
Chapter 94 - Bermuka Dua
96
Chapter 95 - Pregnant
97
Chapter 96 - Chaiden Son
98
Chapter 97 - Tidak terbiasa tanpa mu
99
Chapter 98 - Present Day
100
Chapter 99 - Apartemen Lama
101
Chapter 100 - Memory
102
Chapter 101 - Kost-an
103
Chapter 102 - Melibatkan orang lain
104
Chapter 103 - Care
105
Chapter 104 - Hurt Myself by Hurting You
106
Chapter 105 - Perlakuan sama, Sikap yang berubah
107
Chapter 106 - Belum mengenal dengan baik
108
Chapter 107 - Brain, Beauty, Behavior
109
Chapter 108 - Toxic Relationship
110
Chapter 109 - Like Dusk
111
Chapter 110 - Menyakiti lebih dulu
112
Chapter 111 - Djoko Anger
113
Chapter 112 - Juvenile Delinquency
114
Chapter 113 - Karma
115
Chapter 114 - Tidak adil
116
Chapter 115 - Tawaran Kenzo
117
Chapter 116 - Putus?
118
Chapter 117 - My All
119
Chapter 118 - Malu
120
Chapter 119 - Who's your girlfriend?
121
Chapter 120 - Menunda
122
Chapter 121 - Hubungan yang rumit
123
Chapter 122 - Jangan Ikut Campur
124
Chapter 123 - Teasing
125
Chapter 124 - Anak ku
126
Chapter 125 - Two Ship
127
Chapter 126 - Menguap
128
Chapter 127 - Saling mencintai
129
Chapter 128 - Ice Cream
130
Chapter 129 - Last Message
131
Chapter 130 - Homicide not Suicide
132
Chapter 131 - Cadaver
133
Chapter 132 - Ariana Funeral
134
Chapter 133 - Sejuta Memori
135
Chapter 134 - Mulai membalas
136
Chapter 135 - Friendship
137
Chapter 136 - Minimal
138
Chapter 137 - Rindu Membelenggu
139
Chapter 138 - Memanas
140
Chapter 139 - Pelajar atau Pel--
141
Chapter 140 - Andai
142
Chapter 141 - Western Sky
143
Chapter 142 - War in library
144
Chapter 143 - Angel For Heaven
145
Chapter 144 - Bad Girl
146
Chapter 145 - Angels trapped with the devil
147
Chapter 146 - RED2612
148
Chapter 147 - Disgusted
149
Chapter 148 - Debaran pertama menjadi memori
150
Chapter 149 - Balas Budi
151
Chapter 150 - At least
152
Chapter 151 - Luka yang sama dari orang yang berbeda.
153
Chapter 152 - Anfal
154
Chapter 153 - Tersiksa
155
Chapter 154. Without you I am nothing
156
Chapter 155 - Aware
157
Chapter 156 - Are you pregnant?
158
Chapter 157 - Leave her, come back to me!
159
Chapter 158 - Ignoring You
160
Chapter 159 - Aditama Family
161
Chapter 160 - Aditama's Treasure
162
Chapter 161 - Childbirth
163
Chapter 162 - Kesempatan Tidak Datang Dua Kali
164
Chapter 163 - Adrian Plan
165
Chapter 164 - Restu Sailendra family
166
Chapter 165 - Berusaha berdamai
167
Chapter 166 - Melepaskan
168
Chapter 167 - Okhotnik
169
Chapter 168 - Sadis
170
Chapter 169 - Realistis
171
Chapter 170 - Surprise dari Adrian untuk Wulan
172
Chapter 171 - Memanfaatkan
173
Chapter 172 - Pertanyaan tanpa jawaban

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!