Didalam ruang keluarga yang hangat. Namun pembahasan mereka sangat dingin dan bahkan membuat Shasa berkali-kali meremas bajunya.
Ia fokus menatap sang ayah dan bundanya bergantian.
"Bagaimana dengan Chaiden dan Aditama, Yah?" tanya Shasa semakin penasaran.
Sungguh hanya Adrian yang saat ini Shasa khawatirkan, bahkan ia tidak memperdulikan latar belakang Adrian dan organisasi yang Adrian ikuti saat ini.
"Mereka tidak akan lama, mereka akan hancur karena perang saudara. Aditama tidak menyukai Chaiden karena kisah asmara anak mereka."
"Maksudnya, ibu dan ayah Adrian tidak mendapatkan restu dari kedua orang tua mereka?"
"Kamu benar, maka dari itu mereka memiliki perjanjian pra nikah. Bahkan ayah mendengar rumor, jika perusahaan yang sedang Edward jalanin mengalami gangguan yang disebabkan oleh Aditama!" jelas Handoko.
"Aditama itu old money. Konglomerat tersukses hingga kini, mengalahkan Harrison. Namun ia menutupinya!" sambung Minati.
"Mereka dalam satu bendera, tapi kenapa mereka saling menyerang, Ayah? Shasa tidak paham!"
"Shasa, uang dan kekuasaan itu tidak ada saudaranya bahkan uang bisa membutakan segalanya. Mereka lebih cinta uang dan kekuasaannya dari pada orang-orang yang harusnya mereka kasihi!" jelas Handoko.
Shasa mulai paham, pantas saja Adrian tidak memperdulikan orang tuanya karena Adrian tau siapa prioritas orang tuanya. Bukan dirinya melainkan uang mereka.
"Jadi Bunda harap kamu fokus sekolah saja. Tidak perlu terlibat dengan mereka!" pinta Minati, bunda Shasa.
Shasa menganggukkan kepala sebagai jawaban. Rasa cemas masih ia rasakan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Sha, lo rencananya liburan ke mana?"
Shasa menopang dagunya. "Ke Bandung ikut ayah bunda tugas! Lo ke mana?"
"Gue ke Paris. Oh iya! Ayah dan bunda lo tugas apa, by the way?" tanya Fani penasaran.
"Mereka berdagang. Wirausaha kecil-kecilan gitu!" sahut Shasa berbohong.
Ia tidak mungkin mengatakan jika ayah dan ibunya adalah seseorang yang berperan penting dalam negara ini.
Fani mengangguk anggukkan kepalanya dan bergantian menatap Arden. "Lo, Den? lo mau ke mana?"
Arden menunjuk wajahnya sendiri dengan jarinya. "Gue?"
"Iya elo. Emang yang namanya Arden siapa lagi? Kecuali kalau lo ganti namanya jadi Sarden!" kesal Fani.
Arden terkekeh, "Gue gak kemana-mana, paling nonton konser 2PM di Korea. Gue pengen liat Taecyeon dari dekat!" ucap Arden sambil menghentakkan kedua kakinya di lantai saking senangnya.
Fani dan Shasa tertawa sambil meringis memperhatikan ekspresi Arden yang memang fans berat Taecyeon 2PM.
"KITA MENANG... KITA MENANG... KITA MENANG...."
Suara sorak-sorak dari arah pintu masuk menggema memecah kelas yang sebelumnya hening.
Ada Adrian yang sedang digendong oleh teman-temannya. Browzy, Richie, dan Farel mengangkat tubuh Adrian dan mengaraknya dari lapangan futsal hingga ke kelas.
"Kita menang turnamen Futsal dan Basket guys lawan SMA Angkasa!" ucap Browzy heboh di dalam kelas.
"Dan kalian tau siapa kapten futsal dan basket kita?!" seru Farel tak kalah hebohnya.
"A.DRI.AN!" ucap heboh para teman-teman Adrian yang tadi mengarak Adrian.
Tidak lupa para cewek pun ikut mengarak Adrian dan bersorak, entah mereka dari kelas mana saja.
Semua siswa dan siswi maju ke depan kelas untuk memberikan selamat pada Adrian.
"Congratulation ya, Ian. Sukses selalu!" ucap Shasa ketika bersalaman dengan Ian.
"Thanks Sha!"
Kegaduhan kembali terjadi dilakukan oleh teman-teman Adrian, kecuali Pioneer yang hanya menatap Adrian dari tempat duduknya. Siapa lagi kalau bukan Kamandanu.
Panji dan Kenzo memasuki kelas Adrian yang seperti kapal pecah. Kenzo memilih duduk di bangku kosong sebelah Danu dan Panji duduk di meja Danu.
Mereka menatap Adrian sambil menggeleng gelengkan kepala.
"Lo yang kapten basket aja gak sampe di arak begitu. Norak, anjir!" Dumel Panji.
"Gue ngeri star syndrom anjir, Bestie lo!" ucap Kenzo, sambil menatap Danu.
"Siapa Bestie gue? Dia?"
"Iya, siapa lagi yang suka adu jotos sama lo?"
Danu meninggalkan Adrian bersama kerumuman nya sambil memakaikan kembali headset ke telinganya.
"Mau kemana lo, Nu?" teriak Kenzo.
"Biasa!"
Kenzo paham arti kata 'Biasa', cowok itu pasti akan nongkrong lagi di basecamp pecinta alam dekat SMP Cakrawala.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"SHA ... koper kamu sudah dimasukan ke bagasi?" teriak Minati dari bawah tangga.
Shasa keluar dari kamarnya mengenakan dress berwarna biru muda selutut. Rambutnya di kuncir kuda ditambah pita dengan warna senada di kepalanya.
"Sudah Bun, ini aku udah siap!" ucapnya sambil menuruni anak tangga satu persatu.
Minati memperhatikan putrinya. "Cantiknya Anak Bunda. Sebentar lagi punya pacar. Ehhh apa udah punya ya?" ledek sang bunda sambil mencolek hidung Shasa.
Shasa salah tingkah dengan candaan sang bunda. "Apaan sih, Bun!" ucapnya tersenyum kecil.
"Belum boleh ya anak Ayah pacar-pacaran! Apalagi kalau sama anak Pioneer. Jangan dulu ya, Sha!"
"Iya Ayah!" Shasa menunduk menyembunyikan kesedihannya. "Kalau berteman aja, boleh kan, Yah?" tanya Shasa.
"Boleh ... tapi jangan terlibat dengan mereka. Apalagi Kamandanu dan Adrian. Mereka berbahaya, Sha."
Minati yang tahu anaknya badmood, segera mengusap punggung Shasa dan membawanya menuju mobil mereka.
Mereka mengemudikan mobil menuju ke arah Bandung. Tempat Handoko dan Minati melaksanakan tugas sementara mereka.
Shasa hanya mengikuti kemana ayah dan bundanya tugas sekaligus berlibur, karena akan aneh rasanya jika liburan semester nya diisi hanya berdiam diri di rumah.
Ia sebenarnya tidak memiliki rencana akan kemana saja selama di Bandung. Dirinya akan mengikuti kemana kakinya akan melangkah kali ini.
Shasa menyumpal telinganya dengan headset yang tersambung di iPod touch gen 2 nya. Memutar beberapa musik yang memang menjadi favoritnya.
Tak lama notifikasi handphonenya berbunyi menandakan ada seseorang yang mengiriminya beberapa chat.
Adrian: Dimana Sha? Liburan bareng yuk!
Shasa meringis membaca chat yang Adrian kirimkan. 'Adrian sungguh to the point'.
Shasa tidak mendengarkan peringatan ayahnya untuk menjauhi anak-anak pioneer khususnya keluarga Aditama.
Ia membalas pesan Adrian dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya.
Shasa: Aku lagi perjalanan ke Bandung nemenin Ayah Bunda tugas.
Adrian: Bandung mana? Gue juga lagi di Bandung. Ayo kita ketemu, gue mau ajak lo ke TSB.
Shasa tersenyum kecil lalu melirik ayah bundanya.
"Yah ... Bun ... nanti penginapan kita dekat TSB gak?"
"Kamu mau ke kesana, Sayang?" tanya Minati sambil melirik sang suami.
"Iya, Bun. Bisakah kita stay di hotel dekat TSB?" pinta Shasa.
Handoko mengangguk menyetujui permintaan sang putri tanpa curiga. "Kita menginap di Ibis hotel aja. Bersebelahan dengan TSB!"
Shasa yang senang kemudian mengabari Adrian bahwa ia akan menginap di hotel dekat dengan tujuan mereka berlibur.
Adrian yang membaca chat balasan dari Shasa, sangat senang. Sebenarnya Adrian masih ada di Jakarta bahkan agenda liburan Adrian dan teman-temannya adalah Gunung Lawu.
"Kita cancel aja ke Lawu, gimana kalau kita ke Malabar?"
"Gak ada otak lo, kita siap-siap buat ke Lawu lo tiba-tiba aja mau kita ke Malabar!" seru Panji sewot yang lagi memakan nasi padangnya di meja makan.
Adrian yang sedang memasukan barang-barangnya ke tas carrier tampak acuh dengan omelan Panji.
"Lo beneran mau ke Malabar? Apa pisah aja kita?" usul Kenzo
Danu segera mendudukkan tubuhnya di samping Adrian bersama laptop di tangannya.
"Kita geser ke Malabar aja. Kita belum pernah kesana, kan? Gue denger Lawu juga lagi rame!" jelas Adrian dengan alasan yang membuat mereka berpikir dua kali.
"Ian, ke Malabar mah bukan geser, tapi loncat. Atur aja lah, gue mah ngikut aja!" ucap Kenzo sambil menggendong tas carrier nya.
"Gue reservasi hotel tempat kita nginap dulu ya. Ibis hotel kayaknya bagus!" Adrian memeriksa handphone nya.
Danu mengerutkan kening bingung, mereka mau naik gunung kenapa Adrian reservasi hotel. Bocah gila emang.
"Kita ketemu di basecamp aja, Ian. Gue sama anak-anak nginep di deket basecamp Malabar aja," timpal Danu.
"Oke, no matter!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Adrian dan shasa benar-benar menikmati waktu liburan mereka berdua. Mengunjungi TSB dan menaiki serta memasuki berbagai macam wahana. Ternyata mereka berdua penikmat wahana yang dapat memacu adrenalin.
"Kalau di Jakarta, kita ke Dufan ya!" ajak Shasa dan diangguki oleh Adrian.
Setelah puas bermain, Adrian mengajak Shasa mengunjungi daerah Sukajadi.
Mereka mengendarai motor trail kesayangan Adrian yang sengaja ia bawa saat memisahkan diri dengan anak-anak pioneer yang lain.
"Lo mau susu, gak?" Shasa yang berjalan di depan Adrian, lalu berbalik menatap lelaki itu yang menghentikan langkahnya.
Adrian yang terkejut seketika menatap Shasa serius. "Hah ... susu apa, Sha?"
"Ini susu murni, Ian. Susu asli dari sumbernya. Lo doyan, gak?"
Adrian terkejut dengan penawaran Shasa yang to the point. Bahkan ia hampir tersedak saliva nya sendiri saat mendengar pertanyaan Shasa.
"Hah, beneran? Doyan ... doyan ... siapa yang nolak susu dari sumbernya!" Mata Adrian turun ke bukit kembar Shasa.
Sedangkan Shasa yang tidak begitu memperhatikan Adrian, segera menarik tangan lelaki itu.
'Agresif juga Shasa, gue makin demen nih!' Monolognya.
"Mau hangat atau dingin, Ian?"
"Hah? Apa aja gue suka kok."
Adrian yang sedang membelakangi Shasa kemudian ditepuk pundaknya oleh gadis itu.
"Ini!" Shasa menyodorkan satu bungkus susu dalam plastik kiloan yang sudah di beri sedotan dan diterima Adrian dengan bingung.
"AA ... apa ini Sha!" Adrian menatap bingung.
Shasa yang sudah meminum susu hangatnya kemudian melirik Adrian bingung.
"Tadi katanya mau susu. Itu gue beliin susu. Asli itu, Ian, dari peternakan sapi langsung dan di jamin steril! Gue selalu beli ini setiap ke Bandung!"
"Ohhh susu ini. Ya ... ya ... ya ... susu sapi ya!" Adrian meminum sambil meringis. Untung saja ia suka susu yang rasanya hambar itu. "Gue pikir susu apaan!"
"Lo mikir susu apaan, Ian? Jangan ngeres ya otak lo!" Tawa Shasa yang hanya dibalas kekehan dari Adrian.
Puas mereka bermain-main sepanjang Bandung, membuat mereka memutuskan untuk kembali ke hotel untuk makan malam.
Saat di lobby hotel, Shasa bertemu dengan ayah bundanya dan mengajaknya untuk makan malam.
"Kamu sekalian ikut saja, Nak Adrian!" ajak Minati saat menggandeng anaknya untuk menyamai langkahnya.
Adrian mengangguk sungkan untuk mengikuti wanita itu. Namun Shasa menarik tangan Adrian untuk ikut bergabung makan malam dengan mereka.
Handoko menatap Adrian penuh intimidasi. "Kamu liburan kesini sama siapa?"
"Sama teman-teman Om," jawab Adrian
"Saya gak lihat teman-teman kamu!"
"Mereka menunggu saya di basecamp Malabar Om, kemungkinan besok pagi saya menyusul mereka!"
"Hati-hati ya di sana. Sedang musim hujan, kan?!" Handoko tentu sudah tau tujuan Adrian dan teman-temannya ke Malabar untuk apa. Apalagi kalau bukan hiking tidak mungkin kan mereka ingin shopping.
"Iya Om terima kasih!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Esoknya saat akan breakfast, Adrian kembali bertemu dengan Shasa. Namun kali ini gadis itu sendiri tidak didampingi kedua orang tuanya. Mereka menikmati breakfast berdua dengan buffet service.
"Today, Gue check out ya, Sha. Have fun, lanjutin liburannya!"
Shasa mengangguk dengan senyum kecilnya. "Have fun! Be careful Adrian!"
"Mau nitip apa?"
"Hah? Emang di Gunung ada apa?"
"Lo sebut aja, nanti gue bawain apapun yang lo sebutkan." Adrian berucap asal seolah-olah dia jin 76 yang bisa mengabulkan permintaan apa saja.
"Engga lah! Lo dan teman-teman lo pulang dengan selamat aja itu udah cukup. Oke?!" ucap Shasa sambil mengacungkan jempolnya.
Adrian menganggukkan kepalanya lalu memberikan sebuah bross berinisial 'A' pada Shasa.
"Kemeja lo kancing yang bener. Bagian atasnya kelihatan!" ucap Adrian saat Shasa tampak bingung dengan pemberian yang ia kasih.
Shasa langsung membekap bagian depan tubuhnya dan tersenyum canggung.
"Thanks Adrian!"
Adrian meninggalkan Shasa yang masih menikmati sarapannya. Ia menatap punggung lebar Adrian dari belakang dengan senyum yang terbit di wajahnya.
Bisakah waktu berhenti berputar sebentar saja. Shasa masih ingin berada di dekat lelaki itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Sepertinya kalian sangat dekat?" Handoko melihat putrinya melalui spion fender nya.
Lalu tatapannya mengarah pada Bross yang saat ini dikenakan oleh putrinya.
Handoko sangat tau arti Bross itu, itu adalah Bross yang menandakan bahwa pemiliknya adalah seorang Aditama -- milik keluarga Aditama.
Hanya keluarga Aditama yang bisa mengenakan bross berinisial A lapisan emas putih dikelilingi berlian.
Tak mendapatkan respon dari sang putri, Handoko berdehem dan itu malah membuat sang istri menolehkan badannya ke belakang untuk memeriksa Shasa.
Gadis itu tampak asik melihat sesuatu di luar kaca mobil dengan pikiran yang hanya dipenuhi oleh Adrian.
Liburannya di Bandung telah selesai meskipun liburan sekolahnya masih tersisa banyak dan mereka sekarang sedang menuju Jakarta untuk pulang.
"Shasa Sayang. Ayah sedang bicara sama kamu. Kenapa kamu tidak jawab pertanyaan Ayah?" tegur sang bunda dengan hati-hati.
Shasa membuyarkan lamunannya dan fokus menatap kedua orang tuanya yang saat ini duduk di depan.
"Ayah tadi tanya apa? Maaf Shasa ngantuk jadinya nggak dengar!" Bohongnya.
Handoko menarik nafas lalu membuangnya perlahan. "Kamu dan Adrian Aditama, ada hubungan apa Shasa? Gak mungkin 'kan hanya teman biasa?"
Shasa menegakkan duduknya. "Teman biasa, Yah. Shasa dan Adrian nggak ada hubungan spesial," ucapnya yakin.
Handoko menangkap kejujuran dari intonasi yang Shasa keluarkan.
Karena profesinya sebagai penyidik di salah satu instansi kepemerintahan. Membuat Handoko dan Minati sedikit banyak bisa membaca gesture dan gaya bahasa seseorang.
"Ayah harap kalian hanya berteman. Dan Ayah mau kamu janji sama Ayah. Jangan pernah terlibat dengan Pioneer, Shasa. Mereka krim--"
BRAAAKKK
BRAAAKKK
"Aaarrrrhggghhhhhh ...."
...(ノಥ,_」ಥ)ノ彡 To Be Continue...
...Jangan lupa Like, subscribe dan Vote nya ya, kesayangan aku....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
Bilqies
kaya nya ibunya Shasa setuju ya Thor tapi lain halnya dengan ayah shasa
2024-05-23
2
Bilqies
kecewa gak tuh si Ian 😬🤣🤣🤣🤣🤣
2024-05-23
1
Bilqies
tuh kan
2024-05-23
1