Teman-temannya yang sedari tadi memperhatikan mereka merasa gemas dengan tingkah kedua cowok ganteng namun agak gesrek itu.
"Woyyyy Kamandanu!! Lo mau bego-in gue ya?!" teriak Adrian dengan lantang dari arah mejanya.
Ia baru tersadar ucapan nyeleneh yang Kamandanu sampaikan padanya.
"Kan, lo emang bego!" ucap Kamandanu santai sambil memasang kembali headphone nya dan lanjut membaca.
...💕💕💕💕💕...
"Kalau masuk tutup lagi pintunya. Ruangan ini ber-AC. Gak pakai AC ya di rumah lo?" ucap Kamandanu ketus kepada Shasa.
Shasa yang baru dari toilet dan memasuki kelasnya kembali, segera menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari meja paling depan dekat pintu.
Kemudian Shasa cepat-cepat menutup rapat pintu yang ia buka. Lalu berjalan menjauh dari meja lelaki yang akrab di panggil Danu.
"Ketus amat sih lo!" sahut Adrian dari arah bangkunya.
Kamandanu menatap Adrian malas. Kemudian mengabaikan ucapan cowok itu.
Adrian mendekati Kamandanu dan duduk di samping cowok itu.
"Kalau lo ketus sama cewek, mana ada yang mau sama lo!" Adrian menasehati Kamandanu namun lelaki itu cuek tidak peduli.
"Lo kenal gue berapa lama, Ian? Sejak kapan gue suka tebar pesona kayak lo dan Kenzo?"
"Iya juga ya. Gue lupa. Lo kan, gak suka cewek ya? Buat gue semua ya!"
"Ambil sana, karungin kalo perlu!"
"Kacang kali ah dikarungin!" Adrian tertawa terbahak-bahak.
"Nanti malam jangan ngumpul di markas. Gue mau tidur nyenyak!" perintah Danu.
"SIAP BOS!"
Adrian langsung meninggalkan Danu yang sibuk membaca buku entah buku bergenre apa. Adrian tidak peduli.
Bel masuk berbunyi
Semua siswa-siswi MOS akan dikumpulkan dalam satu aula besar seperti auditorium.
Dalam perjalanan menuju auditorium, Shasa memperhatikan Alexandra School yang begitu mewah, benar-benar sekolah impian.
Shasa harus berterima kasih kepada sang Kakek yang sudah mengizinkannya bersekolah disini.
Meskipun orang tua Shasa tidak mengizinkannya, karena status sosial yang nantinya akan memberatkan Shasa dalam menempuh pendidikan di sekolah ini.
Selain itu, orang tua Shasa berasal dari organisasi yang berlawanan dengan organisasi yang melindungi sekolah ini.
Sehingga tidak mungkin bagi Shasa mendapatkan privilege meskipun orang tua Shasa memiliki pekerjaan yang sangat penting untuk negara ini.
"Perhatikan langkah lo jangan sampai jatuh!" Adrian memperingatkan Shasa dari arah belakang.
Shasa hanya menoleh dan tersenyum manis pada Adrian. Lelaki itu menyamakan langkahnya dengan langkah sang gadis di sampingnya. Sesekali di antara mereka saling curi pandang.
Mereka tiba di pintu masuk auditorium. Lengan Adrian ditarik paksa oleh teman-temannya yaitu Richie dan Browzy.
Adrian memperhatikan Shasa dari jauh dan melirik teman-temannya dengan wajah kesal.
Shasa memilih bangku yang berada di tengah-tengah, di sampingnya sudah duduk seorang gadis yang bername tag Stefani.
Gadis cantik berkulit zaitun dan bermata hitam namun indah seperti wajah-wajah orang Portugis. Ditambah hidungnya yang mancung, tersenyum ramah saat Shasa berdiri di dekatnya.
"Boleh saya duduk disini?" tanya Shasa meminta izin pada cewek yang bernama Stefani itu.
Cewek itu mengangguk dan menatap Shasa dengan senyum lebarnya.
"Of course, silahkan!" Ia menepuk-nepuk bangku yang ingin Shasa duduki.
"Bangku ini kosong, tidak ada yang mau duduk dengan ku!" ucapnya dalam bahasa inggris, Shasa menangkap ada nada sedih di akhir kalimatnya.
Shasa menoleh pada cewek itu. "Aku Shasa, kamu siapa? Kita bisa jadi teman!" ucap Shasa sambil menjulurkan telapak tangannya.
"Aku Stefani." Gadis itu menunjukan nametag pada Shasa
"Call me by name, Fani!" lanjutnya sambil menerima uluran tangan Shasa.
Shasa tersenyum senang karena ia mendapat teman baru lagi di Alexandra School.
"Tentu saja kita harus berteman, kita teman sekelas!"
Shasa langsung menoleh cepat. "Benarkah? Aku tidak begitu memperhatikan. Karena wajah kalian semua blasteran!"
Fani terkekeh, "Iya ... hanya kamu yang pribumi asli, ya? Maka dari itu aku langsung mengenal dan mengingat kamu Sha, waktu kamu ingin duduk di sini!"
Shasa tersenyum senang karena ia mendapatkan banyak teman baik di sekolah ini.
Tidak seperti bayangan orang tuanya bahwa teman-temannya Shasa nanti akan menolaknya, karena sangat jarang orang yang berwajah pribumi di sekolah ini.
Penggunaan bahasa yang mereka gunakan juga campur-campur. Shasa pusing sendiri mendengar nya.
"Perhatian semua!"
Suara dari mimbar yang terletak di atas auditorium, meng-atensi seluruh siswa untuk menatap ke layar.
Kepala sekolah SMA Alexandra mengucapkan ucapan selamat datang pada seluruh siswa baik siswa baru maupun pindahan.
Sang kepala sekolah menjelaskan hal-hal yang harus di taati dan di hindari selama menjadi siswa dan siswi SMA Alexandra.
Beliau juga menjelaskan dan menampilkan pada layar, fasilitas apa saja yang Alexandra School miliki.
Tak lupa, ia juga menceritakan sejarah terbentuknya sekolah berbasis internasional ini.
Shasa sangat takjub dengan berbagai macam fasilitas yang tersedia di sekolah ini.
Mereka memiliki ruang GYM yang sangat luas. Pantas saja ia melihat siswa disini memiliki badan yang bagus.
Hanya beberapa saja yang bertubuh gempal namun itu pun cukup berotot.
Di sekolah ini juga memiliki fasilitas olahraga yang sangat lengkap sampai mereka memiliki kolam renang olympic. Loker di sekolah juga sangat luas dengan sistem keamanan yang ketat.
Dilihat dari segi fasilitas, sepertinya tidak mungkin ada kasus bullying di sekolah Internasional seperti ini.
Sarana dan prasarana pun sama lengkapnya, ada Masjid, Vihara, Gereja Protestan dan Katolik, Klenteng, bahkan ada Pura. Entah ini sekolah atau surga. Semuanya lengkap.
Alexandra School juga menyediakan asrama bagi siswa dan siswi. asrama tersebut khusus untuk anak-anak yang orang tuanya memiliki pekerjaan harus bolak balik dari negara satunya ke negara lain.
Kebanyakan dari mereka adalah anak seorang diplomatik dan pengusaha yang sudah terkenal.
Alexandra School juga memberikan beasiswa bagi murid-murid yang berprestasi atau masuk menggunakan jalur prestasi.
Oleh sebab itu, jika ada orang pribumi di sekolah ini, sudah pasti mereka masuk melalui jalur prestasi, beasiswa atau keluarganya cukup berpengaruh di negara ini.
"Kamu pasti sudah tau, kan? aku masuk jalur apa ke sini," ucap shasa terkekeh.
Fani menatap Shasa sambil mengedikan bahunya. "It's okey. Selama kamu mau menjadi teman ku dan baik. Aku tidak akan permasalahan siapa kamu dan status sosial kamu, Sha."
Shasa menatap Fani dengan haru. "Terima kasih ya, Fan," ucap Shasa dengan senangnya.
"Kita bicara santai saja yuk, Sha!" pinta Fani.
"Hey jangan lupakan gue Shasa, gue juga akan menjadi teman sebangku lo yang paling baik!" ucap Arden menoleh ke belakang.
Ternyata cowok itu duduk di depan Shasa dan mendengarkan semua percakapan Shasa dan Fani.
Sambutan selanjutnya dilakukan oleh pemilik yayasan yang ternyata itu Ayah dan Ibu Adrian, Edward Chaiden dan Ariana Aditama.
Banyak siswa yang mengenakan alat bantu penerjemah termasuk Fani.
Ternyata Mr. Chaiden menggunakan bahasa inggris - UK dan Mrs. Chaiden yang menterjemahkan nya ke dalam bahasa Indonesia.
Isi sambutannya tidak lain dan tidak bukan adalah ucapan selamat datang dan di tambahkan dengan pengenalan dirinya dan istrinya yang ternyata komisaris di sekolah itu.
Shasa menatap Adrian dari kejauhan yang sepertinya tidak menyukai kehadiran kedua orang tuanya yang saat ini berada di atas mimbar.
Itu terbukti dari Adrian yang keluar dari auditorium saat orang tuanya baru mengucapkan beberapa kata.
"Fan, gue duluan ya. Mau ke toilet!" pamit Shasa pada Fani.
"Oke Sha. Lo sudah dimasukan ke grup kelas, kan?" tanya Fani.
Shasa mengecek handphonenya dan menggelengkan kepalanya.
"Oke nanti gue konfirmasi ke admin buat masukin lo di grup!"
"Thanks Fani!"
Shasa berlari keluar dari auditorium dan mengejar Adrian yang sedang berjalan cepat menuju perpustakaan tempat mereka di hukum tadi.
'Untuk apa Adrian ke sana?' batin Shasa.
Dari kejauhan Adrian sedang menikmati rokoknya sambil menyembul nyembulkan asap ke udara.
Beberapa kali Adrian menghisap dalam rokok di tangannya dan menghembuskan nya dengan kasar.
Shasa mendekati Adrian lalu memberikannya sebotol air minum dan sebatang permen lolipop.
Adrian menoleh ke arah Shasa yang sedang menatap ke arah depan. Bingung mengapa ada Shasa di tempat ini.
"Lo gak terganggu sama bau rokok? Balik sana nanti baju lo bau rokok!" Adrian menerima air putih dan lolipop yang Shasa berikan.
Shasa mengedikan bahu. "Mau kemana gue? Kan semua juga lagi ada di Auditorium. Gue pusing denger bahasa yang campur campur. Nanti Inggris ... nanti Indonesia!" adu Shasa sambil memainkan permen lolipop di mulutnya.
Adrian tertawa terbahak bahak. "Lo pribumi asli ya? Gak ada darah campuran?"
Shasa mengangguk. "Iya kakek gue gak mau nikah sama orang Belanda atau Jepang dulu. Maunya nikah sama nenek gue yang asli Cirebon. Gak jadi blasteran deh gue. Padahal kakek gue Casanova pada jamannya!" Shasa terkekeh geli.
Adrian mematikan rokoknya dan membuka lolipop pemberian Shasa. "Kakek lo sama gue gantengan siapa?"
"Ya lo lah!"
"Thank you!"
Shasa sadar dengan ucapannya yang refleks. Tidak ingin Adrian berpikir yang tidak-tidak Shasa langsung meralatnya.
"Maksud gue gantengan lo karena lo kan masih muda, kakek gue udah tua, lo hybrid!"
"Anjir gue hybrid. Udah kayak mesin gue!"
Adrian tertawa terpingkal-pingkal membuat Shasa ikut tertawa karena ucapannya yang absurd saking groginya.
"Sorry ya kalau gue salah, maksudnya blasteran." Ralat gadis itu sambil terkekeh geli.
"It's oke, oiya lo tau gak? Edward Chaiden itu bokap gue!" ucap Adrian sambil menatap Shasa.
Shasa hanya mengangguk masih dengan memainkan lolipop di mulutnya, hal itu membuat Adrian gemas.
Untuk mengalihkan pikirannya yang melanglang buana, Adrian memfokuskan pandangannya ke depan.
"Gue tau dia bokap lo. Arden cerita banyak soal lo dan temen lo yang tadi berantem sama lo. Si Hoodie putih! Dia temen lo, kan?"
"Arden emang biang gosip," cicitnya sambil tersenyum getir. "Ohh si Danu. Lelaki pelangi itu!"
Shasa menatap Adrian yang sedang terkekeh sambil memainkan lolipop nya dan ia pindahkan dari kanan ke kiri.
"Masa sih dia pelangi? Pantes jutek banget kayak cewek lagi PMS! Emang begitu ya sikapnya?"
Adrian tertawa ngakak dengan sematan yang Shasa berikan pada Danu.
"Dia Alpha gue. Satu club sama gue!"
"Club apa? Maksud gue club jenis apa?"
"Macem-macem. Kebetulan gue, Danu, Panji dan Kenzo satu hobi dan memiliki beberapa kesamaan. Sama-sama suka membahas dan mengikuti Hiking, balapan motor kadang mobil, otomotif, saham, party, hemm war dan terkadang hal-hal yang gak bisa gue ceritain ke lo, sorry ya," ucap Adrian membatasi ceritanya.
"Gue paham, seru ya punya temen yang satu circle begitu."
"Tapi di antara kita cuma Danu yang gak suka party. Bahkan gak pernah ikut. Dia lebih suka nongkrong di depan SMP Cendrawasih."
"Ngapain? Jagain parkiran?" tanya Shasa sambil tertawa geli.
Adrian tertawa terbahak-bahak. "Gue sama yang lain juga bingung, apa yang dia lakuin. Punya cewek di sana juga engga, jajan disana pun engga, bahkan saham keluarganya pun gak ada di SMP itu."
"Oh ya? Mungkin mereka ada niat buat beli sekolah itu kali," ucap Shasa asal.
"Hahahaha buat apa, anjir!" Adrian kembali tertawa terbahak bahak.
"Dia anak tunggal dan cucu satu satunya di keluarga Harrison, gak mungkin orang tuanya beli bangunan kumuh yang gak ada laba nya untuk mereka, kalaupun dia mau beli pasti sekolah ini yang mereka beli!" lanjut adrian.
Shasa hanya mengangguk tidak mengerti jalan pikiran orang-orang yang memiliki banyak uang.
"Lo nanyain background Kamandanu ke gue bukan karena lo suka sama dia kan?"
Shasa terkekeh, "Engga lah, gak mungkin gue bisa suka sama cowok jutek, galak, sombong kayak dia. Bukan tipe gue!" ucap Shasa yakin.
Adrian tersenyum sambil mengangguk. 'Kaya gue dong ya yang ramah, tamah dan baik hati ini.' Monolog nya.
"Kenapa lo senyum-senyum?" tanya Shasa. "Gak lagi kesambet setan sini kan?"
"Sembarangan lo nuduh. Kasian setan sini kalau lo tuduh yang enggak-enggak!"
Adrian menarik tangan Shasa untuk berdiri mensejajarkan dirinya meskipun tinggi Shasa hanya sedada Adrian.
Karena gerakan refleks, Adrian membuat Shasa terhuyung dan menabrak dada Adrian yang bidang.
"Awww!"
...(ノ≧∇≦)ノ ミ To be continue ︵└(՞▽՞ └)...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
Elvani Yunita
semangat thor /Determined//Determined/
2024-09-04
1
rachelrobby
padahal ceritanya bagus banget tpi like nya parah bangett pada mampir dong ke novel ini
2024-05-31
1
Bilqies
ciee yang lagi berduaan niih....
jangan macem macem yaaa loo Adrian 😂😂
2024-05-12
1