Bab 18. Tolong Bantu Aku

Sepulang dari rumah Devina Marcell langsung melaju ke rumah orang tuanya mereka memang tidak tinggal bersama Marcel sudah sangat malas untuk tinggal di rumah orang tuanya Dia memutuskan untuk menempati rumah pribadinya yang baru dibelinya 1 tahun setelah perpisahannya dengan Devina.

"Mama ...! Mama ...!"

Tak peduli dibilang tidak memiliki sopan santun, dia berkata cukup kencang memanggil-manggil ibunya.

"Iya Den," sahut bibi yang tengah membersihkan ruangan.

"Mama ada di mana Bi? Kok sepi?"

"Emm,, tadi nyonya berangkat arisan Den, mungkin sebentar lagi beliau akan segera pulang. Aden tunggu saja sebentar," jawab asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja di kediaman orang tua Marcell.

Marcell melihat jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul setengah tiga sore, dia berharap orang tuanya segera pulang.

"Apakah Aden disiapkan makan?" tanya Bibi sebelum meninggalkannya.

"Nggak perlu aku cuman sebentar saja kok. Setelah bertemu dengan Mama aku juga bakalan balik."

"Oh,, Baiklah Den kalau begitu Bibi tinggal ke dapur dulu ya?"

"Hemm,,"

Marcell langsung mengerjakan pinggulnya di sofa pikirannya benar-benar tidak bisa tenang melihat dan mendengar cerita nyata yang dialami Devina dan juga anak-anaknya membuat hatinya hancur di sisi lain ia sangat penasaran dengan cerita yang selama ini ibunya katakan sangat berbeda sekali dengan cerita yang dikatakan oleh Devina.

"Aku tuh bener-bener bingung. Di sini Devina mengaku bahwa kedua anak kecil itu adalah anakan kandungku, dan di sisi lain, orang tuaku bilang Devina sudah tega berselingkuh dengan teman kecilku. Mana yang harus aku percaya? Devina meyakinkan dirinya tidak pernah berbuat kesalahan, apalagi berniat untuk selingkuh, tapi Mama bilang Devina sudah bermuka dua, di saat aku tidak ada di rumah, dia berselingkuh dengan pria lain, dan foto itu ...?"

Marcell langsung bangkit dari sofa. Dia ingat dengan kata-kata Devina yang memintanya untuk mengecek keaslian foto yang membuat kehancuran rumah tangganya.

"Iya, aku harus mengecek foto ini terlebih dulu. Aku harus mencari fotografer yang handal yang bisa memprediksi tentang keaslian dan juga kebohongan dari foto editan ini."

"Boy .., ya! Kurasa Boy bisa membantuku."

Tak ingin hidup dalam bayang-bayang semu dia pun memutuskan untuk segera menghubungi temannya yang bernama Boy. Boy adalah salah satu temannya yang berprofesi sebagai fotografer para artis yang dipercayai bisa menghasilkan gambar-gambar terbaik dari hasil jepretannya. Dia berniat untuk meminta bantuannya.

("Halo Boy? Apakah kamu bisa bertemu denganku? Apakah sekarang kamu lagi sibuk?")

Boy yang sudah sangat paham dengan Marcell, ia tidak perduli walaupun dirinya tengah sibuk melakukan pemotretan.

("Halo Marcell, ada apa? Tumben kamu menelponku jam segini. Apakah kamu mau mengajakku pergi ke bar? Kurasa nanti malam aja, kalau hari ini aku nggak bisa ke bar, aku masih terlalu sibuk dengan pemotretan," balas Boy.)

("Bukan, ini bukan masalah bar. Aku tidak minat pergi ke bar. Kau itu kan fotografer handal kan? Saat ini aku butuh bantuanmu. Tolonglah aku, luangkan waktumu sebentar saja untukku.")

("Kamu butuh bantuan aku buat apa? Masalah apalagi yang kamu hadapi saat ini? Kamu itu ya, sejak pisah sama istri kamu, masalah datang bertubi-tubi dalam hidupmu. Aku akui kamu sekarang sudah sukses dengan usahamu, tapi sayang sekali, hatimu tidak pernah tenang. Ada aja masalahmu.")

Begitu pahamnya Boy dengan kehidupan Marcell, tapi sayangnya Boy belum pernah berkenalan dengan Devina, keburu mereka berpisah.

("Ya begitulah. Maka dari itu Aku membutuhkan bantuanmu. Tolong please, luangkan waktumu sekarang buat aku.")

("Ck! Maksa banget," seru Boy. Dia sendiri dalam keadaan sibuk pemotretan, tapi ia berpikir tak ada salahnya meluangkan waktu sedikit buat sahabat karibnya.

("Oke Oke, kalau begitu kita ketemuan aja, di mana enaknya? Kamu yang tentukan.")

Marcell terdiam sesaat. Dia langsung memiliki ide untuk saling bertemu di suatu tempat yang menurutnya lebih menyenangkan.

("Gimana kalau kita ketemuan di cafe yang biasanya kita nongkrong. Kalau clear, kita pergi sekarang juga.")

("Oke, sip.")

("Aku otw ke sana kamu juga ya?")

("Oke siap-siap, aku akan segera meluncur ke sana juga. Tunggu aku di sana.")

Marcell menutup sambungannya dan melangkahkan kakinya keluar dari rumah orang tuanya.

"Loh, Den! Kok mau pergi? Bukannya nunggu nyonya pulang?"

"Nanti aku kembali lagi bi. Aku ada urusan sebentar."

"Baik Den, nanti bibi sampaikan pada nyonya."

Marcell mengayunkan langkah kakinya meninggalkan rumah dan menuju ke sebuah cafe tongkrongannya. Lumayan jauh, tapi demi mendapatkan informasi yang akurat, tak dijadikan masalah.

"Ya Tuhan,, melihat anak-anak hidup menderita seperti itu sungguh rasanya mencekik leherku. Mereka kehidupannya sangat kekurangan, dan aku ..., aku bahkan banyak menghambur-hamburkan uang  hanya untuk kesenangan. Aku berdosa besar pada mereka. Bahkan aku sudah mentelantarkan darah dagingku sendiri."

Walaupun awalnya ada keraguan kalau si kembar adalah darah dagingnya, tapi kini ia bisa merasakan, kemiripan yang dimilikinya, detak jantungnya, mengisyaratkan kalau mereka memang darah dagingnya sendiri.

"Jika sampai dugaanku mengenai  kebohongan Mama telah terbukti, maka aku tak segan-segan untuk meninggalkan keluargaku. Apa aku ini masih kurang baik di mata keluarga? Dari kecil aku diperlakukan tidak adil oleh Mama. Papaku juga gitu, mereka seakan-akan tidak peduli pada diriku, mereka lebih mementingkan dirinya sendiri. Jadi pusing aku mikirin mereka mulu!"

Marcell memijit keningnya dengan fokus menatap jalanan yang lumayan rame.

Lima belas menit kemudian, dia telah sampai di sebuah cafe tempat tongkrongannya. Dia langsung masuk dan mencari bangku kosong, dan menunggu kehadiran teman karibnya.

"Kupikir dia udah nyampe duluan, ternyata aku duluan yang nyampe. Tapi gak papa."

Dia bergumam dengan memanggil pelayan cafe untuk memesan makanan.

"Permisi mas, ada yang bisa saya bantu?"

"Mbak, saya mau pesan dua porsi nasi goreng spesial, dengan minuman segar, jus mangga."

"Baik mas, apa ada lagi yang mau dipesan?"

"Enggak, itu saja sudah cukup."

"Ya sudah kalau begitu saya permisi sebentar. Ditunggu pesanannya."

Tidak selang lama dari itu, Boy datang dengan membawa tas kerjanya. Dia langsung menemui Marcell dan mengambil tempat duduk di depannya.

"Sorry, aku terlambat ya? Jalanan lumayan rame."

"Enggak kok, santai aja, aku juga baru nyampe sini. Aku barusan udah pesen makanan."

"Oh, oke thanks. Kebetulan aku juga udah laper." Boy bersyukur Marcell telah mempedulikan isi perutnya.

Mereka berbincang kecil sembari tertawa, disela-sela perbincangannya, Marcell mengarahkan pada titik permasalahannya.

"Boy, aku tadi sudah katakan padamu. Aku ada kepentingan yang tidak bisa kutunda lagi. Aku mohon bantuanmu ya?"

Boy mengangguk. "Oh, iya. Aku juga penasaran dengan masalahmu, ada apa Cell? Apa yang bisa kubantu untukmu?" tanya Boy dibuat penasaran oleh sahabat karibnya.

"Ini mengenai foto perselingkuhan mantan istriku. Aku sengaja membukanya kembali, karena aku sekarang merasa ada yang tidak beres. Tolong lihat foto ini, apa foto ini asli, atau sebaliknya, palsu."

Marcell menyodorkan beberapa lembar foto yang membuatnya kecewa berat terhadap wanita yang sangat dicintainya.

Terpopuler

Comments

Yatinah

Yatinah

segera ungkap keegoisan mamamu marcell agar kamu dan anak"mu bahagia beserta devina

2024-04-28

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Kembali Bertemu
2 Bab 02. Jangan Kebaperan
3 Bab 03. Perempuan Murahan
4 Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5 Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6 Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7 Bab 07. Gagal Move on
8 Bab 08. Perang Dingin
9 Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10 Bab 10. Enyahlah dari Sini
11 Bab 11. Peduli
12 Bab 12. Insiden di Dapur
13 Bab 13. Siapa Mereka?
14 Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15 Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16 Bab 16. Mereka itu Anakmu
17 Bab 17. Kita Rujuk
18 Bab 18. Tolong Bantu Aku
19 Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20 Bab 20. Kalian Penjilat!
21 Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22 Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23 Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24 Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25 Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26 Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27 Bab 27. Akhirnya Mengaku
28 Bab 28. Daddy Pembohong
29 Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30 Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31 Bab 31. Azalea Kritis
32 Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33 Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34 Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35 Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36 Bab 36. Selalu Salah Paham
37 Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38 Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39 Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40 Bab 40. Mengalah Demi Anak
41 Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42 Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43 Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44 Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45 Bab 45. Restu dari Orang tua
46 Bab 46. Tinggal Satu Atap
47 Bab 47. Akhirnya Rujuk
48 Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49 Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50 Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51 Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52 Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53 Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54 Bab 54. Pilihan Tersulit
55 Bab 55. Produk Unggul
56 Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57 Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58 Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59 Bab 59. Orang Tua Serakah
60 Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61 Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62 Bab 62. Tabur Tuai
63 Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64 Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65 Bab 65. Ceraikan Aku
66 Bab 66. Hati yang Luka
67 Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68 Bab 68. Tumbal Pesugihan
69 Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70 Bab 70. Nadia Maharani
71 Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72 Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73 Bab 73. Pengakuan Nadia
74 Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75 Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
76 Bab 76. Sang Pendosa
77 Bab 77. Panik
78 78. Kejahatan Apa yang dilakukan Mama?
79 Bab 79. Kedok Erna Mulai Terbongkar
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 01. Kembali Bertemu
2
Bab 02. Jangan Kebaperan
3
Bab 03. Perempuan Murahan
4
Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5
Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6
Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7
Bab 07. Gagal Move on
8
Bab 08. Perang Dingin
9
Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10
Bab 10. Enyahlah dari Sini
11
Bab 11. Peduli
12
Bab 12. Insiden di Dapur
13
Bab 13. Siapa Mereka?
14
Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15
Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16
Bab 16. Mereka itu Anakmu
17
Bab 17. Kita Rujuk
18
Bab 18. Tolong Bantu Aku
19
Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20
Bab 20. Kalian Penjilat!
21
Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22
Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23
Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24
Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25
Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26
Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27
Bab 27. Akhirnya Mengaku
28
Bab 28. Daddy Pembohong
29
Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30
Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31
Bab 31. Azalea Kritis
32
Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33
Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34
Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35
Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36
Bab 36. Selalu Salah Paham
37
Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38
Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39
Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40
Bab 40. Mengalah Demi Anak
41
Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42
Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43
Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44
Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45
Bab 45. Restu dari Orang tua
46
Bab 46. Tinggal Satu Atap
47
Bab 47. Akhirnya Rujuk
48
Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49
Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50
Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51
Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52
Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53
Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54
Bab 54. Pilihan Tersulit
55
Bab 55. Produk Unggul
56
Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57
Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58
Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59
Bab 59. Orang Tua Serakah
60
Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61
Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62
Bab 62. Tabur Tuai
63
Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64
Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65
Bab 65. Ceraikan Aku
66
Bab 66. Hati yang Luka
67
Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68
Bab 68. Tumbal Pesugihan
69
Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70
Bab 70. Nadia Maharani
71
Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72
Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73
Bab 73. Pengakuan Nadia
74
Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75
Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
76
Bab 76. Sang Pendosa
77
Bab 77. Panik
78
78. Kejahatan Apa yang dilakukan Mama?
79
Bab 79. Kedok Erna Mulai Terbongkar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!