Keesokan harinya, Marcell memasuki ruang karyawan di saat karyawan tengah memulai aktivitas.
"Kalian! Saya minta pindahkan meja kerja Devina ke ruangan saya. Cepat!!"
Dengan wajah yang diselimuti oleh emosi, Marcell meminta petugas kebersihan untuk mengambil meja kerja Revina yang berderetan dengan karyawan-karyawan yang lain.
"Loh! Pak. Mau dibawa ke mana meja saya! Bapak nggak bisa seenaknya sendiri mengambil meja kerja saya!"
Devina dibuat kesal oleh sikap bosnya yang tiba-tiba saja meminta karyawan untuk memindahkan meja kerjanya.
"Diam! Kau tidak punya hak untuk melarangku! Di sini akulah yang berkuasa. Jadi kau tinggal menurut saja!"
"Tunggu apa lagi. Cepat kalian pindahkan!"
Dua petugas kebersihan menurut, dan langsung mengangkat meja kerja Devina, walaupun ditahan oleh pemiliknya.
"Jangan Aku mohon jangan ambil meja kerjaku."
"Maaf Nona. Kami hanya menjalankan perintah."
Devina menangis dan memohon-mohon agar Marcell tidak berlebihan terhadap dirinya.
"Pak, saya mohon. Tolong jangan seperti ini. Saya tahu Anda yang berkuasa di sini tapi anda tidak punya hak untuk mengatur waktu hidup saya. Saya akan tetap bekerja di sini bersama dengan karyawan yang lain. Tolong mengertilah Pak."
Wanita itu hanya bisa menangis saat melihat meja kerjanya dibawa keluar dari ruangannya. Rasanya ia ingin mengumpati pria yang sudah menaburkan luka di hatinya.
"Vina! Saya bilang diam! Jangan merengek-rengek seperti anak kecil. Lebih baik ikuti saya!"
Semua karyawan hanya bisa terbengong saling bertatapan dan tidak bisa membantu Devina. Tari yang sudah akrab dengan Devina menaruh rasa kasihan namun tidak bisa memberinya pertolongan.
Marcell semakin mendekati wajahnya ke wajah Revina, hingga tersisa beberapa centi saja, dan membuat Devina ketakutan.
"Tunggu apa lagi? Ikutlah bersamaku, atau aku akan menyeretmu!"
Dengan sangat terpaksa, Devina memutuskan untuk keluar dan mengikuti anjuran bosnya. Dia tidak ingin diperlakukan buruk di depan semua karyawan. Dia tidak ingin semua orang menaruh kecurigaan mengenai hubungan mereka.
"Pak, saya mohon mengertilah. Kita ini bukan lagi pasangan suami istri. jangan bersikap seperti ini. Kalau sampai karyawan-karyawan di sini tahu dan mencurigai kehidupan kita bagaimana? Di sini saya bukan lagi istri anda, dan anda tidak berhak untuk menyakiti saya!"
Marcell menghentikan langkahnya saat tiba di depan ruang kerjanya. Dia membalikkan badan dan bersedekap dada dan bertatapan langsung dengan Devina.
"Ya, kau memang benar. Kita memang bukan lagi pasangan suami istri seperti dulu, tapi nggak ada salahnya kan kalau saya ingin mengajakmu untuk senang-senang seperti yang pernah kita lakukan dulu sewaktu kita masih belum berpisah."
Plak!! Devina langsung melayangkan tangannya menampar mantan suami yang tidak bersikap sopan padanya.
"Jaga bicaramu ya?! Anda pikir saya ini perempuan murahan yang mudah untuk dibujuk rayu dan diperlakukan seperti binatang? Begitu rendahnya penilaian anda terhadap saya, Pak. Walaupun saya miskin, saya masih memiliki harga diri! Saya tidak serendah yang anda pikirkan!"
Marcell merasakan panas di pipi kanannya akibat tamparan keras yang dilayangkan oleh Devina. Wanita itu benar-benar sangat berani, tak peduli walaupun ia akan dipecat dari tempatnya bekerja.
"Memangnya ada yang salah dengan perkataan saya tadi? Pada kenyataannya kamu memang perempuan murahan, kan? Kalau kamu perempuan baik-baik, kamu tidak akan tidur bersama laki-laki lain di saat suamimu sedang bertugas di luar kota. Kamu sudah melukai hatiku Devina, kamu sudah menghancurkan hidupku, hingga aku tidak memiliki kepercayaan lagi terhadap wanita."
Devina sendiri juga bingung bahkan sampai sekarang dia tidak tahu siapa yang sudah memfitnahnya.
"Aku heran sama kamu! Kenapa kamu lebih percaya pada omongan orang lain daripada aku yang nyata-nyata sangat setia menemani kamu. Di sini aku benar-benar difitnah. Aku tidak pernah tidur dengan siapapun. Dan kau pulang-pulang dengan wajah penuh amarah lalu mentalakku tanpa menjelaskan siapa yang sudah memberikan tuduhan buruk itu padaku."
Dengan tatapan kesal, Marcell membantahnya. "Kurasa tidak ada yang perlu dijelaskan, semuanya sudah jelas. Kau sudah membohongiku, kau sudah menghianatiku, dan kau tidak pantas untuk dipertahankan. Aku sudah muak sama kamu. Pengorbananku selama ini kau anggap sampah. Kau tidak bisa menghormatiku sebagai pasanganmu, Aku menyesal sudah mengenalimu!"
Tubuh Devina serasa membeku, hatinya teriris tercabik-cabik mendengar kata-kata pedas yang keluar dari mulut mantan suaminya.
Dengan menahan air matanya ia menjawab. "Kalau kamu memang benci sama aku, kenapa kamu menerimaku bekerja di sini? Kalau kamu sudah muak sama aku, kamu nggak harus menaruh meja kerjaku di ruanganmu. Kamu bahkan bisa bebas memecatku dari sini, mumpung aku masih belum lama bekerja denganmu, lebih baik lepaskan saja aku."
Marcell yang tidak bergeming. Dia membuang muka menoleh ke arah jendela dengan kedua tangannya mengepal.
"Aku memang bukan wanita baik-baik yang bisa menghormati pasangannya seperti yang kamu inginkan. Aku wanita kotor yang tidak ada harga dirinya. Lantas untuk apa kamu masih mempertahankanku di sini? Masih banyak wanita lain di luar sana yang lebih baik dan lebih cantik dariku. Kamu memiliki segalanya, kamu bebas melakukan apa saja. Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, jadi alangkah baiknya jika kamu melepaskanku."
Tidak mendapatkan kepercayaan dari mantan suaminya, lebih baik menjauhinya. Percuma saja jika mantan suaminya tidak pernah menghargai dan juga tidak mau mendengarkan penjelasannya.
"Kau benar-benar wanita sialan! Kau benar-benar memancing kesabaranku."
Marcell mendorong masuk tubuh Devina ke ruangannya dan menutup pintunya menggunakan kaki. Didorongnya tubuh wanita lemah itu dan menghimpitnya di samping lemari.
"Sebelum kau pergi dari sini, lebih baik kau layani aku. Berapa aku harus membayarmu!"
Devina memberontak marah ingin dilepaskan Dia menjerit-jerit berharap Marcell mau melepaskannya.
"Tolong ...! Lepaskan saya! Anda tidak punya hak untuk menyentuh saya. Lepaskan saya!!"
Marcell tersenyum menyeringai. "Tidak ada satu orang pun yang akan menolongmu! Apalagi saya? Lebih baik menyerah lah dan jangan pura-pura menolak. Kamu menginginkan uang kan? Aku akan memberimu banyak uang jika kamu mau melayaniku saat ini juga."
Dengan sekuat tenaganya Devina mendorong tubuh Marcell hingga membuatnya terhuyung. Hendak melarikan diri namun dengan cekatan Marcell langsung menyahut tangannya dengan sekuat tenaga.
"Mau lari ke mana kamu Nona Devina! Jangan coba-coba berlari dariku. Apapun yang sudah ada di tanganku tidak akan lepas begitu saja. Kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu selama ini. Kau sudah menghancurkan hidupku dan kau juga harus hancur bersamaku!"
"Gila! Anda benar-benar sudah gila. Suatu saat nanti kau pasti akan menyesal karena anda sudah salah paham pada saya. Jangan harap saya mau melayani anda walaupun anda memaksa saya seperti ini. Apa anda pikir dengan kekayaan yang anda miliki, Anda bisa berbuat sesuka hati? Saya bukan pengemis, saya juga bukan wanita murahan yang bebas menjual diri hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup. Lebih baik saya mati daripada harus mengorbankan harga diri!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Natha
lahh..
bukannya tadi sudah sepakat bersikap profesional seperti atasan dan bawahan normal seperti biasa?
2024-10-21
1
Anisa Fitriani
sebenernya Revina/Devina sih namanya agak bingung nih thorr
2024-09-15
1
Victoria Neka
ternyata CEO ini sangat bodoh ya
2024-06-04
0