Bab 07. Gagal Move on

Tak ada yang bisa dilakukan, akhirnya Devina sangat terpaksa menemui mantan suaminya di sebuah cafe yang tidak jauh dari kantor. Dengan muka cemberut, Devina menghenyakkan panggulnya di sebuah kursi kayu tepat berhadapan langsung dengan mantan suami, sekaligus bosnya di kantor.

"Apa yang ingin kau katakan padaku? Lekas katakan. Aku nggak punya waktu buat meladenimu!"

"Ck! Sadis amat. Baru datang udah marah-marah. Duduk dulu biar ku pesankan makanan buat kamu."

"Nggak perlu! Aku nggak lapar." Dengan cepat Devina menolak. Rasa dongkol di dada tak bisa disuap oleh sepiring makanan.

Marcell tak menggubris, dia memanggil pelayan cafe dan memesan nasi goreng spesial beserta jus apel kesukaan Devina.

"Nggak perlu takut buat bayar, aku tau kamu tidak memiliki uang." Pria itu mengejek dengan menatap intim pada mantan istrinya.

"Iya, udah tau aku miskin. Jangankan buat beli nasi goreng, buat beli es jus aja aku nggak punya. Kau itu orang yang berkuasa, sangat tidak pantas berdua dengan wanita lain miskin sepertiku!"

Dengan senyuman devil pria itu menjawab. "Suka-suka dong! Mau ketemu sama kamu, atau kuntilanak sekalipun tak masalah bagiku. Apa kamu tak rindu ingin makan bareng aku?"

"Enggak! Tidak ada yang kurindukan. Semuanya udah beda. Yang dulu tinggal kenangan, dan kenangan di masalaluku sangatlah menyakitkan, kurasa tidak perlu lagi untuk diingat. Sekarang aku lebih mikirin buat masa depan."

"Hmm, Oke. Tapi kalau masa depan kamu masih berurusan sama aku bagaimana?"

Devina menautkan kedua alisnya. "Maksudnya?"

Pria itu mengedikkan kedua bahunya. "Ya coba aja pikir sendiri. Terkadang untuk mencapai masa depan itu cukup sulit jika masa lalu tidak bisa dilupakan. Bahkan pemenang di masa depan kebanyakan orang di masa lalu."

"Tapi kalau masa laluku bersama orang yang tega seperti kamu lebih baik tidak usah datang di masa depanku. Apa kedatanganku ke sini hanya untuk kau ajak cerita yang tidak bermutu seperti ini? Kalau ada hal yang penting lekas beritahu aku, ini udah hampir jam 22.00 malam dan kamu memintaku untuk datang kemari sendirian. Aku bela-belain datang kemari dengan menggunakan angkot, dan aku harus mengeluarkan uang untuk membayar angkot, sedangkan besok aku masih butuh uang untuk makan. Bisakah kau mentolelirku? Tolong jangan bersikap sesuka hatimu sendiri."

Marcell tidak tahu seperti apa kehidupan Devina setelah berpisah darinya. Ia pikir Devina sudah bahagia dengan orang yang sudah menjadi selingkuhannya.

"Jangan sok miskin di depanku. Aku sama sekali nggak tertarik oleh aduanmu. Jangan berpura-pura menderita didepanku, yang menderita di sini itu aku. Kau tega menyelingkuhiku!"

Devina membuang nafasnya. Lagi-lagi mantan suaminya kembali memulai perdebatan.

"Kalau kamu udah tau aku suka selingkuh, kenapa masih juga mengejarku? Kau bilang udah ilfeel sama aku, tapi kenapa kau memintaku buat menemuimu?"

"Ya suka-suka lah."

Devina mendengus dengan menatap jam di pergelangan tangannya. "Kalau nggak ada hal yang penting, aku akan pulang sekarang. Ini udah malem, takut nggak ada angkot."

"Oh, ayolah! Jangan buru-buru pergi. Temani aku makan dulu. Dari pagi aku belum sempat makan, ditambah lagi dengan berdebat sama kamu membuat moodku hilang. Sekarang kamu harus bertanggung jawab!"

Devina mendelik menatapnya jengkel. "Bertanggung jawab apalagi? Emangnya apa yang sudah kulakukan padamu? Kamu jangan membuatku emosi! Aku nggak punya banyak kesabaran. Tolong mengerti aku!"

"Kamu sendiri nggak pernah ngerti sama perasaanku, Vina!"

"Nggak ngerti gimana maksud kamu? Kamu yang udah mentalak aku. Aku bahkan tidak pernah mengerti tuduhan yang selama ini kamu tudingkan padaku. Kau begitu buruk menuduhku telah berselingkuh dengan laki-laki lain padahal aku tidak pernah mengenali laki-laki lain selama kita pacaran bahkan sampai menikah. Kau terlalu jahat! Aku nggak menyangka kalau kau tega menyakiti aku sampai seperti ini. Ini aku yang sakit bukan kamu! Coba kamu tanya pada orang tuamu, cari tahu kebenarannya tentang foto yang kau tunjukkan padaku siang tadi. Benarkah foto itu asli atau diedit hingga nampak begitu sempurna di matamu!"

Devina kesal selalu disudutkan dan difitnah terus oleh mantan suaminya. Ucapan Marcell sangatlah menyakiti hatinya. Tak disangka, orang yang sangat dicintai tidak mempercayai setiap kata yang keluar dari mulutnya.

"Pesanan sudah siap."

Dua orang pelayan wanita datang membawa dua piring nasi goreng dan dua jus pesanan Marcell.

"Apa ada yang diperlukan lagi mas?"

"Enggak mbak, ini saja sudah cukup."

"Kalau begitu kami tinggal ya?"

"Oke, terimakasih banyak mbak."

Marcell menang Devina yang tengah membuang muka dengan muka tertekuk.

"Ayo Mahan dulu, nanti kuantar pulang."

"Enggak perlu. Aku bisa pulang sendiri. Kamu bisa makan, aku akan pulang sekarang!"

Devina bangkit dari tempat duduknya dan menyelempangkan tas kecil di pundaknya.

"Mau ke mana kamu?! Kembali duduk dan makan dulu," perintah Marcell.

"Sudah kukatakan kalau aku nggak mau makan, aku nggak lapar. Aku sudah sangat kenyang dengan ucapanmu yang selalu menohok hatiku!"

"Oke-oke, aku minta maaf. Tapi please tolong, kita makan dulu. Aku nggak bakalan izinin kamu pulang sendirian, aku akan menemanimu, tenanglah. Lagian masih pukul sepuluh, belum juga pukul dua belas, jadi masih aman."

"Aman .. aman. Kamu enak masih bisa bebas. Nggak pulang semalaman juga nggak jadi masalah, kalau aku? Harusnya kau bisa mengerti posisiku!"

Devina teringat pada kedua anaknya yang ditinggal di rumah berdua saja. Pasti mereka akan menangis saat bangun tidur tak mendapati dirinya.

"Yaudah, kita makan sebentar, aku janji akan mengantarmu pulang."

"Sudah kubilang kalau aku nggak mau makan, tolong jangan paksa Aku."

"Mubazir kalau nggak dimakan, mendingan dibungkus aja. Nanti kamu bisa memakannya di rumah. Sekarang aku minta ini makanannya dibungkus, dan kamu minum jusnya. Temani dulu sebentar, aku mau mengisi perutku."

Sekilas Devina melirik ke arah nasi goreng yang tersaji di atas meja. Dalam hati bergumam. 'Anakku pasti seneng kalau aku pulang bawa nasi goreng. Mereka nggak pernah makan nasi goreng yang dibeli di luar. Bagaimana aku bisa menelan makanan seperti ini, sedangkan anakku menungguku di rumah. Ya Tuhan, begitu jahatnya aku. Sudah mentelantarkan anak-anakku demi pria gila ini.'

"Mbak, kemarilah." Marcell melambaikan tangannya memanggil pelayan cafe.

"Iya mas? Ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan dengan ramah.

"Saya minta tolong bungkus nasi goreng ini dan saya juga pesen ayam gorengnya tiga, dibungkus sekalian mbak, nggak pakai lama."

"Baik mas, akan segera saya siapkan."

Pelayan pergi dengan membawa sepiring nasi goreng yang ada di atas meja depan Devina.

Marcell memandang Devina yang nampak begitu gelisah. Entah apa yang tengah dipikirkan oleh wanita itu.

"Kamu itu kenapa sih? Dari tadi kulihat nggak nyaman banget. Memangnya apa yang tengah kamu pikirkan? Jangan bilang ada seseorang yang sudah membuatmu tidak nyaman berada di luar bersamaku?"

Terpopuler

Comments

Rafanda 2018

Rafanda 2018

end aja..,goblok devina,,malas bacanya

2024-04-21

0

Yatinah

Yatinah

Dasar egois kamu cell

2024-04-28

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Kembali Bertemu
2 Bab 02. Jangan Kebaperan
3 Bab 03. Perempuan Murahan
4 Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5 Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6 Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7 Bab 07. Gagal Move on
8 Bab 08. Perang Dingin
9 Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10 Bab 10. Enyahlah dari Sini
11 Bab 11. Peduli
12 Bab 12. Insiden di Dapur
13 Bab 13. Siapa Mereka?
14 Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15 Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16 Bab 16. Mereka itu Anakmu
17 Bab 17. Kita Rujuk
18 Bab 18. Tolong Bantu Aku
19 Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20 Bab 20. Kalian Penjilat!
21 Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22 Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23 Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24 Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25 Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26 Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27 Bab 27. Akhirnya Mengaku
28 Bab 28. Daddy Pembohong
29 Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30 Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31 Bab 31. Azalea Kritis
32 Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33 Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34 Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35 Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36 Bab 36. Selalu Salah Paham
37 Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38 Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39 Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40 Bab 40. Mengalah Demi Anak
41 Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42 Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43 Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44 Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45 Bab 45. Restu dari Orang tua
46 Bab 46. Tinggal Satu Atap
47 Bab 47. Akhirnya Rujuk
48 Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49 Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50 Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51 Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52 Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53 Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54 Bab 54. Pilihan Tersulit
55 Bab 55. Produk Unggul
56 Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57 Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58 Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59 Bab 59. Orang Tua Serakah
60 Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61 Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62 Bab 62. Tabur Tuai
63 Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64 Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65 Bab 65. Ceraikan Aku
66 Bab 66. Hati yang Luka
67 Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68 Bab 68. Tumbal Pesugihan
69 Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70 Bab 70. Nadia Maharani
71 Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72 Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73 Bab 73. Pengakuan Nadia
74 Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75 Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Bab 01. Kembali Bertemu
2
Bab 02. Jangan Kebaperan
3
Bab 03. Perempuan Murahan
4
Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5
Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6
Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7
Bab 07. Gagal Move on
8
Bab 08. Perang Dingin
9
Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10
Bab 10. Enyahlah dari Sini
11
Bab 11. Peduli
12
Bab 12. Insiden di Dapur
13
Bab 13. Siapa Mereka?
14
Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15
Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16
Bab 16. Mereka itu Anakmu
17
Bab 17. Kita Rujuk
18
Bab 18. Tolong Bantu Aku
19
Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20
Bab 20. Kalian Penjilat!
21
Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22
Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23
Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24
Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25
Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26
Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27
Bab 27. Akhirnya Mengaku
28
Bab 28. Daddy Pembohong
29
Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30
Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31
Bab 31. Azalea Kritis
32
Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33
Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34
Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35
Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36
Bab 36. Selalu Salah Paham
37
Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38
Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39
Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40
Bab 40. Mengalah Demi Anak
41
Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42
Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43
Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44
Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45
Bab 45. Restu dari Orang tua
46
Bab 46. Tinggal Satu Atap
47
Bab 47. Akhirnya Rujuk
48
Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49
Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50
Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51
Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52
Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53
Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54
Bab 54. Pilihan Tersulit
55
Bab 55. Produk Unggul
56
Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57
Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58
Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59
Bab 59. Orang Tua Serakah
60
Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61
Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62
Bab 62. Tabur Tuai
63
Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64
Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65
Bab 65. Ceraikan Aku
66
Bab 66. Hati yang Luka
67
Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68
Bab 68. Tumbal Pesugihan
69
Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70
Bab 70. Nadia Maharani
71
Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72
Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73
Bab 73. Pengakuan Nadia
74
Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75
Bab 75. Penjahat Kelas Kakap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!