Bab 13. Siapa Mereka?

"Ada apa ini?"

Suara bariton pria itu memasuki dapur dan membuat Devina maupun Kenzo refleks menoleh padanya. Devina terkejut ketika mendapati Marcell sudah ada di dapur rumah kontrakannya.

"Mom! Atut." Kenzo yang tidak pernah melihat pria itu langsung mengeratkan pelukannya pada Devina. Sedangkan Azalea menangis dengan hidungnya yang dipenuhi oleh darah segar.

"Bapak ngapain ke sini? Bapak ..,"

"Saya tanya, ada apa ini? Kenapa kalian menangis?"

Tidak menjawab pertanyaan dari Devina, Marcell bergegas mendekati Devina untuk melihat anak kecil yang menangis kesakitan.

"Darah? Vina! Ini kenapa? Cepat, ayo bawa ke rumah sakit!"

Marcell paling tidak bisa melihat anak kecil menangis apalagi dia dalam keadaan keadaan kesakitan. Ia tak peduli siapa anak kecil itu, yang terpenting baginya adalah menolongnya terlebih dahulu.

Devina mengangguk menurut. Dia langsung beranjak dengan menggendong Azalea mengikuti Marcell yang sudah keluar untuk menyiapkan mobilnya.

"Mom, tatut. Nggak ucah dibawa ke lumah catit."

Azalea takut jika saja ia harus disuntik oleh dokter. Dia menangis sejadi-jadinya.

"Sayang, kamu harus nurut ya? Nggak apa-apa kok, di rumah sakit, nggak akan disuntik. Nanti diobatin lukanya."

Kenzo hanya diam dengan memegangi baju Devina erat-erat. Dia sendiri juga takut melihat kehadiran orang yang masih belum pernah ditemuinya.

"Ayo lekas masuk!"

Devina langsung masuk duduk di belakang kemudi, diikuti oleh Kenzo, dengan raut wajahnya sangat ketakutan.

"Mommy, aku di lumah aja ya?" Dia kurang nyaman ikut bersama ibunya. Takut pria itu akan menculiknya.

"Enggak sayang, kamu ikut sama Mommy. Nggak boleh di rumah sendiri ya? Nggak papa kok, Om nggak jahat."

Devina membujuk kedua anaknya agar tidak takut pada Marcell. Kini dia pasrah walaupun Marcell akan mengintimidasinya, yang terpenting adalah anaknya bisa terselamatkan. Ia sangat yakin Marcell tidak akan membiarkan anaknya sendiri terluka.

"Vina, kalau boleh tahu mereka ini siapa kamu?" Pria itu bertanya dengan suara datar dengan tatapan tertuju ke jalanan karena ia sedang fokus menyetir mobil.

"Mereka ini anak-anakku."

Detak jantung Marcell seakan berhenti saat Devina menjelaskan bahwa kedua anak kecil itu adalah anaknya.

"Anak dari mana? Kamu bilang kamu masih sendiri? Kamu bilang masih nggak ada orang lain di hati kamu, terus kamu dapat anak dari mana? Kamu mengadopsi mereka? Vina, kau ..., -

Ingin marah, tapi waktunya tidak tepat. Ia pun memutuskan untuk diam dan mengemudikan mobilnya dengan cukup kencang menuju rumah sakit.

"Semoga saja tidak terjadi sesuatu yang buruk padamu, nak? Maafin Mommy ya? Mommy belum bisa menjadi orang tua yang baik buat kalian. Mommy udah ninggalin kalian sampai membuat kalian celaka seperti ini. Mommy memang pantas untuk disalahkan, kalau saja Mommy memiliki banyak uang, mommy tidak akan ninggalin kalian buat bekerja."

Devina menangis dengan memeluk puterinya, sembari mengusap hidung yang dipenuhi oleh darah, namun sudah agak mengering.

"Mommy jangan belcedih. Ini cemua bukan calah Mommy, tapi adek tadi keplecet caat manjat meja. Kan tadi aku udah bilang jangan manjat meja, bial aku yang ambilin makanan, tapi adiknya tetep ngeyel, manjat meja dan akhilnya  jatuh."

Kenzo menghapus air mata yang membasahi pipi Devina dengan penuh kasih sayang. Anak kecil itu sangatlah menyayangi ibunya karena semenjak mereka dilahirkan, mereka hanya melihat ibunya yang selalu ada stand by menemaninya.

Marcell melirik pada mereka dari kaca spion. Terlihat begitu dekat hubungan kedua bocah itu dengan Devina, hingga membuatnya iri.

"Enak sekali mereka bisa sedekat itu dengan Devina. Aku saja belum bisa aku juga gitu dengannya, sekarang bahkan untuk mendekatinya saja susah. Lantas mereka ini sebenarnya anaknya siapa? Kenapa Devina begitu dekat dengan mereka. Mana mungkin Devina punya anak? Dia bilang kan belum punya suami lagi setelah pisah dariku. Apa jangan-jangan mereka ini anaknya Devina dengan Leon?"

Pikiran Marcell seketika tidak bisa tenang, sebelum mendapatkan jawaban yang jujur dari mulut Devina.

"Alhamdulillah, kita sudah sampai sayang."

Tidak membutuhkan waktu yang cukup lama, mereka kini tiba di rumah sakit. Deket Azalea menangis cukup kencang, dia takut akan disuntik atau dilakukan dengan buruk oleh dokter.

"Mommy, pulang, ayo pulang mom. Di cini doktelnya jahat!"

Tangan mungilnya memukul leher Devina sampai memerah.

"Sayang, kok jadi marah gini sih. Kan tadi mommy udah bilang, jangan nakal, nggak mungkin dokternya jahat, mana ada dokter jahat.

Setibanya di depan IGD, Marcell membantu Devina mengajak untuk segera masuk.

"Ayo kita masuk dan minta pertolongan, biar aku yang mendaftar."

Devina menoleh pada anak laki-lakinya yang kebingungan untuk mengikutinya keluar dari mobil.

"Pak Marcell, tolong jagain anak laki-laki saya ya? Saya takut dia ketinggalan, bisakah anda menggendongnya?"

Tidak tega melihat anak sekecil itu berjalan terlalu cepat, Marcell pun langsung mengangkat tubuh mungil Kenzo walaupun ada perasaan mendongkol di dadanya.

Marcell langsung mengajak masuk untuk meminta bantuan.

"Suster, tolong bantu kami!"

Seorang suster dengan berjalan tergopoh-gopoh menghampiri mereka, untuk memberikan pertolongan.

"Ada yang bisa kami bantu Pak, siapa yang sedang sakit?"

Dengan cepat Devina langsung menjawabnya. "Anak saya tadi mengeluarkan darah di hidungnya, sehabis jatuh. Saya mohon untuk diperiksa sus."

"Baik nyonya, mari silakan dibaringkan anaknya di sana, dan Saya minta untuk segera mendaftar terlebih dulu, agar lokasi tangani."

"Biar saya yang mendaftar, kamu di sini saja. Ini jaga juga anak kamu."

Marcell menurunkan Kenzo di dekat Devina dan langsung bergegas pergi keluar menuju ruang pendaftaran. Devina mengusap dada saat mendengar satu kata yang keluar dari Marcell yang mengatakan 'jaga anak kamu'

'Ya Tuhan dia sampai mengatakan semua ini karena tidak mengetahui bahwa anak yang bersamanya ini adalah anak kandungnya sendiri. Dia bahkan bermuka jutek menggendong anaknya sendiri.'

Devina merebahkan Azalea diberangkar kecil, di dalam ruang IGD yang dipenuhi oleh banyak pasien.

"Mommy, benelan kan? Nggak disuntik nanti? Pokoknya aku nggak mau kalau dicuntik. Aku akan gigit doktelnya kalau campai dicuntik."

Kenzo langsung melepas tawanya saat adiknya berniat ingin menggigit dokter saat dia akan disuntik.

"Iya dek, gigit aja doktelnya. Nanti Kakak bantuin kalau mau gigit."

"Eh,, kalian nggak boleh nakal ya? Kalau kalian gigi dokter, yang ada kalian malah dijewer. Mendingan ikutin saja apa yang diminta oleh dokter. Ini semua kan demi kebaikan Azalea juga. Azalea apa lebih senang sakit seperti ini?"

"Iya mom, itu hidungnya adik udah cepelti tomat melah."

Kenzo kembali berulah, membuat Azalea kesal pada kembarannya.

"Macaiya hidungku cepelti tomat, Mom? Apa hidungku belubah?"

Azalea meraba-raba hidungnya takut berubah mirip tomat seperti yang dikatakan oleh kembarannya."

Terpopuler

Comments

Melia Gusnetty

Melia Gusnetty

aneh sikap marcel...apa ank nya gk ada yg mirip sm bpk nya...secara kn ank kandung nya...
kosa kata nya msh belepotan thort

2024-05-21

0

Yatinah

Yatinah

anak"yang menggemaskan

2024-04-28

2

Siti Fatimah

Siti Fatimah

baguslah kamu Davina di talak sm Marcel karena Marcel tidak cocok jadi suami dan tidak pantas menjadi ayah untuk anakmu secara Marcel jadi suami tidak mempercayai istrinya dan sebagai ayah tidak punya keterikatan atau ikatan batin kepada anaknya sendiri ..

2024-03-20

5

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Kembali Bertemu
2 Bab 02. Jangan Kebaperan
3 Bab 03. Perempuan Murahan
4 Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5 Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6 Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7 Bab 07. Gagal Move on
8 Bab 08. Perang Dingin
9 Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10 Bab 10. Enyahlah dari Sini
11 Bab 11. Peduli
12 Bab 12. Insiden di Dapur
13 Bab 13. Siapa Mereka?
14 Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15 Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16 Bab 16. Mereka itu Anakmu
17 Bab 17. Kita Rujuk
18 Bab 18. Tolong Bantu Aku
19 Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20 Bab 20. Kalian Penjilat!
21 Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22 Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23 Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24 Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25 Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26 Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27 Bab 27. Akhirnya Mengaku
28 Bab 28. Daddy Pembohong
29 Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30 Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31 Bab 31. Azalea Kritis
32 Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33 Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34 Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35 Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36 Bab 36. Selalu Salah Paham
37 Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38 Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39 Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40 Bab 40. Mengalah Demi Anak
41 Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42 Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43 Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44 Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45 Bab 45. Restu dari Orang tua
46 Bab 46. Tinggal Satu Atap
47 Bab 47. Akhirnya Rujuk
48 Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49 Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50 Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51 Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52 Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53 Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54 Bab 54. Pilihan Tersulit
55 Bab 55. Produk Unggul
56 Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57 Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58 Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59 Bab 59. Orang Tua Serakah
60 Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61 Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62 Bab 62. Tabur Tuai
63 Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64 Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65 Bab 65. Ceraikan Aku
66 Bab 66. Hati yang Luka
67 Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68 Bab 68. Tumbal Pesugihan
69 Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70 Bab 70. Nadia Maharani
71 Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72 Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73 Bab 73. Pengakuan Nadia
74 Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75 Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
76 Bab 76. Sang Pendosa
77 Bab 77. Panik
78 78. Kejahatan Apa yang dilakukan Mama?
79 Bab 79. Kedok Erna Mulai Terbongkar
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 01. Kembali Bertemu
2
Bab 02. Jangan Kebaperan
3
Bab 03. Perempuan Murahan
4
Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5
Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6
Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7
Bab 07. Gagal Move on
8
Bab 08. Perang Dingin
9
Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10
Bab 10. Enyahlah dari Sini
11
Bab 11. Peduli
12
Bab 12. Insiden di Dapur
13
Bab 13. Siapa Mereka?
14
Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15
Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16
Bab 16. Mereka itu Anakmu
17
Bab 17. Kita Rujuk
18
Bab 18. Tolong Bantu Aku
19
Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20
Bab 20. Kalian Penjilat!
21
Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22
Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23
Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24
Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25
Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26
Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27
Bab 27. Akhirnya Mengaku
28
Bab 28. Daddy Pembohong
29
Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30
Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31
Bab 31. Azalea Kritis
32
Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33
Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34
Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35
Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36
Bab 36. Selalu Salah Paham
37
Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38
Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39
Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40
Bab 40. Mengalah Demi Anak
41
Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42
Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43
Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44
Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45
Bab 45. Restu dari Orang tua
46
Bab 46. Tinggal Satu Atap
47
Bab 47. Akhirnya Rujuk
48
Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49
Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50
Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51
Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52
Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53
Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54
Bab 54. Pilihan Tersulit
55
Bab 55. Produk Unggul
56
Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57
Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58
Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59
Bab 59. Orang Tua Serakah
60
Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61
Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62
Bab 62. Tabur Tuai
63
Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64
Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65
Bab 65. Ceraikan Aku
66
Bab 66. Hati yang Luka
67
Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68
Bab 68. Tumbal Pesugihan
69
Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70
Bab 70. Nadia Maharani
71
Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72
Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73
Bab 73. Pengakuan Nadia
74
Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75
Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
76
Bab 76. Sang Pendosa
77
Bab 77. Panik
78
78. Kejahatan Apa yang dilakukan Mama?
79
Bab 79. Kedok Erna Mulai Terbongkar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!