Bab 16. Mereka itu Anakmu

Devina tak kuasa menahan tangisnya saat pria yang sudah membuatnya memiliki keturunan malah mengatai anaknya sendiri sebagai anak haram.

Dia hanya heran, kok ada pria yang tidak peka terhadap darah dagingnya sendiri.

"Kamu belum jawab pertanyaanku, siapa Ayah mereka?"

"Aku nggak tahu siapa yang mereka. Aku juga nggak tahu siapa yang sudah menaburkan benih hingga membuatku melahirkan dua anak kembar. Seumur hidupku aku hanya mencintai satu orang. Bahkan aku melewatkan kamu makan nunggu saat aku masih hidup sekolah."

Marcell sadar dirinya lah yang sudah dicintai Devina semenjak dia masih sekolah. Bahkan dia juga yang sudah merenggut kesuciannya sewaktu masih duduk di bangku sekolah. Tapi saat ia mengajukan gugatan perceraian, Devina tidak dalam keadaan hamil. Wanita itu tidak pernah bercerita apapun mengenai kehamilannya.

"Maksud kamu laki-laki itu, aku? Tapi kan waktu

kita berpisah, kamu tidak sedang dalam keadaan hamil, Vina! Jadi mustahil kalau mereka itu anakku. Bahkan waktu itu kamu juga tidak pernah mengatakan bahwa dirimu sedang hamil."

Marcell membantah jika kedua anak itu adalah anak kandungnya. Seingatnya dulu waktu berpisah, Devina dalam keadaan baik-baik saja dan tidak dalam keadaan hamil. Jadi ia tidak yakin kalau anak-anak itu adalah darah dagingnya sendiri.

"Terserah anggapanmu, yang penting aku udah katakan yang sejujurnya seperti yang kamu inginkan. Kamu mau mengakui dia terserah, tidak juga terserah. Mereka tetaplah anak-anakku, aku akan berjuang sendiri untuk membesarkan mereka. Aku nggak masalah kalau hidupku serba kekurangan, tapi aku yakin masih ada rezeki yang akan datang buat mereka. Selama aku masih bisa bernafas, aku akan perjuangkan hidupku untuk bisa memuliakan anak-anakku!"

Tidak mendapatkan kepercayaan membuat hatinya tertohok. Tapi tak masalah baginya, yang paling penting ia sudah berusaha untuk jujur memberitahu tentang kebenarannya. Dia tidak ingin suatu saat nanti anaknya berbalik membenci karena merasa dibohongi saat bertemu dengan Ayah kandungnya, mereka tidak bisa mengenalinya dengan baik.

"Vina! Kalau memang mereka itu anak-anakku, lantas kenapa kamu dulu tidak pernah cerita kalau kamu sedang hamil saat kuceraikan? Kamu masih mengerti tentang hukum perceraian kan? Wanita hamil tidak wajib untuk diceraikan dan aku menceraikanmu disaat kamu mengandung anak kita, tapi aku tidak pernah mengetahuinya? Itu berarti perceraian kita tidak sah di matamu hukum dan agama."

Dengan dada yang bergemuruh panas, Devina membalas ucapannya. "Memangnya kamu pernah bertanya di saat menceraikanku? Aku bahkan tidak bisa memberikan penjelasan apapun, dan kau sendiri juga tidak memberiku kesempatan untuk mengetahui titik permasalahannya. Kau datang dari luar kota tiba-tiba mengajukan perceraian dan kau meminta aku untuk menandatangani surat perceraian tanpa aku tahu di mana letak kesalahanku!"

Devina marah, ada kesempatan untuk meluapkan emosinya yang selama ini masih terpendam, kini ia buka kembali luka lama yang tidak bisa disembuhkan.

"Selama ini aku diam, dan tidak pernah menuntut apapun padamu. Di saat dalam keadaan hamil, kau mentalakku dengan begitu jahatnya. Hatiku sakit, aku hancur kala itu. Aku bahkan frustasi, bagaimana aku bisa menjalani hari-hariku tanpa seorang suami. Bagaimana aku bisa melahirkan anak-anakku di saat suamiku sudah nggak ada di sampingku lagi. Walaupun orang tuaku memiliki kekayaan yang bisa mencukupiku, Aku tidak mau tinggal bersama mereka. Aku tidak mau menjadi beban di keluargaku. Ini semua sudah menjadi resiko yang harus ditanggung sendiri."

"Seharusnya kamu temui aku dan meminta pertanggungjawaban padaku, kamu pergi tanpa kabar. Kamu ninggalin aku dan semua kenangan."

"Bukan aku yang ninggalin kamu, tapi kamu yang ninggalin aku!"

Devina tak mau lagi mengalah. Selama ini ia cukup menderita bersama kedua bayinya. Diusianya yang masih dini, seharusnya si kembar tidak kekurangan kasih sayang, tapi karena keegoisan orang tuanya, mereka harus hidup terlunta-lunta.

"Sebenarnya selama ini aku sudah mencari keberadaanmu. Aku tanya sama keluargamu tapi mereka nggak ada yang kasih tahu. Mungkin mereka benci sama aku sampai mereka tidak ngasih tahu aku di mana keberadaan kamu."

"Mereka nggak ngasih tahu kamu karena mereka memang tidak tahu di mana aku keberadaanku. Dan lagi mereka juga sudah sangat kecewa dengan kamu yang tiba-tiba menceraikan aku tanpa tahu dimana letak kesalahanku. Padahal sebelumnya orang tuaku sangatlah respek sama kamu, mereka merelakan aku untuk memilih menikah muda, walaupun saudaraku yang lain masih mengejar cita-cita mereka!"

Marcell terdiam menelan salvianya. Rasa tercekat saat Devina menjelaskan tentang kondisinya bersama sang anak.

"Nggak masalah kalau kamu nggak mau mengakui mereka sebagai anak-anakmu, yang paling penting aku sudah mengatakan yang sebenarnya. Aku hanya tidak ingin disalahkan oleh siapapun karena sudah menyembunyikan identitas mereka, toh mereka punya Ayah, bukan anak haram seperti yang kau katakan."

Tak berkata apapun, Marcell langsung bergegas kembali memasuki rumah. Dia melihat kedua bocah kembar itu sedang menikmati makanannya.

"Enak ya? Kapan mommy bica buat yayam doleng buat kita."

Azalea menjilati tangannya yang masih beraroma gurih ayam goreng.

"Ya mana mommy bica buat yayam doleng, mommy kan nggak punya uang. Kita cukuli aja dek, apapun yang kita makan yang penting kita nggak lapel."

"Iya benal. Aku kulang yayamnya."

Marcell melihat kedua bocah kembar itu menitikkan air matanya. Dia tak bisa berucap apapun melihat kondisi anaknya yang begitu miris, jauh dari kecukupan.

"Kenapa? Kamu masih nggak percaya kalau mereka itu anak kamu? Nggak apa-apa kok, aku nggak memaksamu untuk mengakui mereka sebagai anak-anakmu. Aku masih bisa menghidupi mereka sendiri."

Cukup lega setelah menjelaskan semua apa yang tengah dirasakannya, walaupun iya tidak tahu bagaimana reaksi Marcell mengetahui semua itu.

"Kamu nggak usah sedih atau gimana? Mereka sudah terbiasa hidup serba kekurangan, tapi alhamdulillah sampai sekarang mereka masih bisa makan. Selama ini aku bekerja keras untuk mereka, aku bahkan sampai mengabaikan keselamatan mereka demi mencari sesuap nasi. Kalau aku standby di rumah menjaga mereka, apa yang bisa kukasih untuk mereka? Mereka butuh makan, mereka juga ingin jajan seperti anak yang lain."

Marcell menoleh pada Devina dengan air matanya berlinangan. Seorang laki-laki yang terkenal tegas kini jatuh luruh mendapati orang yang sangat dicintainya menderita hanya karena keegoisannya.

"Kenapa kamu nggak pernah cerita sama aku tentang kondisimu yang seperti ini. Harusnya kamu kemarin saat pertama kalinya ketemu sama aku, kamu bisa ceritakan semuanya. Aku tidak pernah tahu kondisimu seperti ini, Bahkan aku juga tidak pernah tahu kalau aku ternyata sudah memiliki dua anak. Aku benar-benar punya yang jahat, hanya karena emosi aku sampai tega menceraikan kamu dan menuduh buruk terhadap dirimu. Kenapa aku lebih percaya pada orang tuaku dibandingkan dengan kamu yang sudah berjuang mati-matian sendirian."

Terpopuler

Comments

Yatinah

Yatinah

mmm dassar egoiss kamu cell

2024-04-28

1

Hernawati Wati

Hernawati Wati

lanjut

2024-05-03

1

Ika Dw

Ika Dw

terimakasih 🤗

2024-04-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Kembali Bertemu
2 Bab 02. Jangan Kebaperan
3 Bab 03. Perempuan Murahan
4 Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5 Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6 Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7 Bab 07. Gagal Move on
8 Bab 08. Perang Dingin
9 Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10 Bab 10. Enyahlah dari Sini
11 Bab 11. Peduli
12 Bab 12. Insiden di Dapur
13 Bab 13. Siapa Mereka?
14 Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15 Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16 Bab 16. Mereka itu Anakmu
17 Bab 17. Kita Rujuk
18 Bab 18. Tolong Bantu Aku
19 Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20 Bab 20. Kalian Penjilat!
21 Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22 Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23 Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24 Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25 Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26 Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27 Bab 27. Akhirnya Mengaku
28 Bab 28. Daddy Pembohong
29 Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30 Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31 Bab 31. Azalea Kritis
32 Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33 Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34 Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35 Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36 Bab 36. Selalu Salah Paham
37 Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38 Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39 Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40 Bab 40. Mengalah Demi Anak
41 Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42 Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43 Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44 Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45 Bab 45. Restu dari Orang tua
46 Bab 46. Tinggal Satu Atap
47 Bab 47. Akhirnya Rujuk
48 Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49 Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50 Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51 Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52 Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53 Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54 Bab 54. Pilihan Tersulit
55 Bab 55. Produk Unggul
56 Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57 Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58 Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59 Bab 59. Orang Tua Serakah
60 Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61 Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62 Bab 62. Tabur Tuai
63 Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64 Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65 Bab 65. Ceraikan Aku
66 Bab 66. Hati yang Luka
67 Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68 Bab 68. Tumbal Pesugihan
69 Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70 Bab 70. Nadia Maharani
71 Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72 Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73 Bab 73. Pengakuan Nadia
74 Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75 Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
76 Bab 76. Sang Pendosa
77 Bab 77. Panik
78 78. Kejahatan Apa yang dilakukan Mama?
79 Bab 79. Kedok Erna Mulai Terbongkar
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 01. Kembali Bertemu
2
Bab 02. Jangan Kebaperan
3
Bab 03. Perempuan Murahan
4
Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5
Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6
Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7
Bab 07. Gagal Move on
8
Bab 08. Perang Dingin
9
Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10
Bab 10. Enyahlah dari Sini
11
Bab 11. Peduli
12
Bab 12. Insiden di Dapur
13
Bab 13. Siapa Mereka?
14
Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15
Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16
Bab 16. Mereka itu Anakmu
17
Bab 17. Kita Rujuk
18
Bab 18. Tolong Bantu Aku
19
Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20
Bab 20. Kalian Penjilat!
21
Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22
Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23
Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24
Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25
Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26
Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27
Bab 27. Akhirnya Mengaku
28
Bab 28. Daddy Pembohong
29
Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30
Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31
Bab 31. Azalea Kritis
32
Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33
Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34
Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35
Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36
Bab 36. Selalu Salah Paham
37
Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38
Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39
Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40
Bab 40. Mengalah Demi Anak
41
Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42
Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43
Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44
Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45
Bab 45. Restu dari Orang tua
46
Bab 46. Tinggal Satu Atap
47
Bab 47. Akhirnya Rujuk
48
Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49
Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50
Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51
Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52
Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53
Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54
Bab 54. Pilihan Tersulit
55
Bab 55. Produk Unggul
56
Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57
Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58
Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59
Bab 59. Orang Tua Serakah
60
Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61
Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62
Bab 62. Tabur Tuai
63
Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64
Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65
Bab 65. Ceraikan Aku
66
Bab 66. Hati yang Luka
67
Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68
Bab 68. Tumbal Pesugihan
69
Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70
Bab 70. Nadia Maharani
71
Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72
Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73
Bab 73. Pengakuan Nadia
74
Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75
Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
76
Bab 76. Sang Pendosa
77
Bab 77. Panik
78
78. Kejahatan Apa yang dilakukan Mama?
79
Bab 79. Kedok Erna Mulai Terbongkar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!