"Mommy, ini nasi golengnya enak. Mommy bikin cendili?"
Si kembar tengah menikmati sarapan nasi goreng yang dihangatkan malam itu. Karena si kembar tak keburu bangun Devina memutuskan untuk membuat nasi goreng itu menjadi sarapan mereka.
"Nggak sayang, mommy nggak bikin sendiri. Sebenarnya ini nasi goreng tadi malam yang dibeliin sama Pak Bos. Pas mommy pulang, kalian masih tidur, mommy nggak bangunin. Jadi mommy hangatkan nasi gorengnya buat sarapan. Ini ada ayam goreng juga. Kalian mau makan ayam gorengnya sekarang atau buat makan siang nanti?" tanya Devina.
Mereka bersorak gembira. "Wow, dapat ayam goreng juga rupanya. Ini pasti enak banget. Mommy mana pernah beliin ayam goreng buat kita."
Devina merasa gagal menjadi seorang ibu yang tidak bisa memberikan kebahagiaan pada kedua buah hatinya. Padahal dia sejak dilahirkan di dunia sudah menjadi anak manja dan tidak pernah kekurangan apapun. Sekarang malah sebaliknya, anaknya kekurangan kasih sayang dan juga kekurangan kebutuhan pokok.
"Nanti ciang aja mom, kita kan nggak punya lauk. Bosnya mommy baik banget ya? Beliin kita naci goleng cama ayam goleng. Bosnya mommy itu cewek apa cowok?" tanya Azalea memuji kebaikan orang yang sudah memberinya nasi goreng.
"Bosnya Mommy itu cowok. Sama seperti Kak Kenzo," jawab Devina dengan mengulas senyuman tipis.
"Oh, bosnya cowok ya? Kilain cewek. Bosnya ganteng nggak mom?" Azalea agak kecewa karena ibunya memiliki Bos seorang laki-laki. Dia lebih senang kalau ibunya bekerja pada seorang perempuan yang lebih sabar dan pengertian.
Devina terkekeh. Anak sekecil itu sudah mengerti mana yang cantik dan mana yang tampan. "Ngapain kamu tanya bosnya ganteng apa enggak, yang jelas bosnya sama kayak Kak kenzo, ganteng. Udah ya, nggak usah mikirin Bos. Lebih baik sarapan dulu setelah itu minum susu. Nanti siang kalau ada waktu senggang, mommy akan pulang buat temuin kalian. Kalian janji nggak boleh keluar rumah ya? Jangan buat mommy panik."
"Iya mom, kami janji kok, nggak bakalan kelual lumah."
Setetes air bening meleleh di pipinya. Devina meratapi kehidupannya yang benar-benar 80% sudah berubah menjadi buruk, akibat ulah orang yang tidak bertanggung jawab.
'Ya Tuhan, kenapa harus anak-anakku yang menanggung penderitaan ini. Mereka dilahirkan ke dunia bukan untuk dijadikan korban dan keegoisan orang tuanya. Seharusnya mereka mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya, tapi mereka tidak mendapatkannya, Bahkan aku juga tidak bisa membahagiakannya. Untuk memberitahu Ayahnya aku tidak punya keberanian. Dia selalu bersikap semaunya sendiri. Bisa jadi dia juga tidak percaya kalau mereka itu adalah anak kandungnya."
Seakan-akan nafasnya tersendat di tenggorokan. Untuk menelan salvianya saja dia tidak sanggup.
"Semoga saja aku bisa melewati semua ini dengan baik dan aku penuh harap bisa membahagiakan mereka agar mereka kedepannya tidak menderita seperti saat ini.'
Harusnya diusia mereka yang masih menginjak usia dua tahun selalu dalam pantauan kedua orang tuanya. Tapi karena keadaan yang menghimpitnya, membuatnya tidak memiliki pilihan lain selain meninggalkannya untuk bekerja.
"Mommy kenapa menangis?" tanya kedua bocah kembar itu ketika melihat ibunya tengah meneteskan air mata.
Buru-buru Devina langsung menghapusnya dengan kasar. "Ah! Enggak kok sayang, Mommy nggak lagi menangis kok, Mommy hanya kelilipan. Nggak tau kenapa, terasa mengganjal banget di mata," jawab Devina berbohong.
Devina tidak ingin terlihat Sedih saat bersama dengan kedua anaknya. Mereka masih terlalu kecil dan masih belum mengerti apa yang tengah terjadi pada hidupnya.
"Oh! Kirain mommy sedang menangis. Jangan menangis, ya Mom. Kalau mommy menangis, Aku juga sedih."
Azalea melingkarkan tangan mungilnya di leher Devina.
Seperti tercekik rasanya, ia harus menahan diri untuk tidak menangis.
"Iya, sayang, iya. Mommy nggak akan menangis. Mommy baik-baik saja."
"Yaudah, sekarang habiskan dulu makanannya, setelah ini Mommy tinggal dulu. Doain mommy pulang bawa uang agar bisa beliin mainan buat kalian.
"Iya mom, semoga nanti uangnya dapat banyak. Biar bisa beli mainan yang bagus.
Merekapun langsung menikmati sarapan paginya disuapi oleh Devina.
Tepat pukul setengah tujuh lebih dua belas menit, Devina selesai menyuapi kedua anaknya. Dia berharap mendapatkan angkot dengan cepat, agar tidak terlambat lagi tiba di kantor.
"Sayang, mommy berangkat dulu ya? Baik-baik kalian jaga diri, ingat tadi sama pesan mommy."
"Baik mom."
***
Tiba di kantor, Devina hampir terlambat kembali. Suasana di pagi hari terlalu ramai hingga menciptakan kemacetan.
"Kamu! Lagi dan lagi kamu terlambat. Ini sudah terlambat satu menit, besok bisa satu jam! Kamu itu bisa bekerja dengan baik apa enggak sih? Kalau nggak ada niatan buat bekerja ya nggak usah kerja! Alasan mulu tiap hari."
Pria gendut yang menjabat sebagai manajer di perusahaan itu kembali mengomelinya.
"Maaf Pak," jawab Devina dengan wajahnya tertunduk.
"Maaf, maaf! Tiap hari pekerjaanmu cuman minta maaf. Jangan mentang-mentang kamu sekarang bekerja menjadi asisten Ceo kamu bisa seenaknya sendiri. Justru menjadi asisten Ceo itu harus stand by. Saya cuman heran aja kenapa Pak bos lebih percaya sama perempuan sepertimu dibandingkan dengan karyawannya yang lain. Padahal kamu baru menginjakkan kaki di kantor ini, tapi sudah mendapatkan perhatian dari Pak Bos, punya ilmu apa kamu untuk mengelabui Pak bos di sini?"
Devina menghafalkan tangannya dengan rahang mengeras. Wajahnya kembali bendungan menatapnya orang pada pria itu.
"Bapak boleh menjadi maki saya tapi jangan memfitnah saya yang bukan-bukan. Tujuan saya datang ke sini berniat untuk bekerja secara baik-baik, tapi saya mendapatkan fitnah jadi seperti ini. Bapak jangan berlebihan di sini, Bapak hanya menjabat sebagai manajer di sini, dan Bapak bisa ditendang kapan saja jika bos sudah menginginkannya. Jangan bersikap arogan sama karyawan Pak. Anda bukan siapa-siapa di sini. Anda sama-sama buruh seperti saya!"
Tak peduli walaupun kedatangannya sudah menciptakan suasana panas, yang paling penting baginya adalah membela harga diri.
"Kau! Lancang sekali kau berani melawanku. Kau bahkan tidak memiliki kedudukan apapun di sini. Kau hanya babunya Pak Bos, masih mendingan saya sebagai manager yang terhormat. Saya bahkan bisa meminta pemecatan terhadap dirimu!"
Dengan lantang Devina melawan. "Silahkan! Silahkan anda pecat saya. Saya nggak takut walaupun anda pecat. Anda itu bukan apa-apa bagi saya, kesombongan anda akan membawa dampak buruk buat kehidupan anda sendiri.
"Dasar wanita!"
Tangan manager gendut itu terangkat untuk menamp*r Devina, namun Di waktu yang tepat, Marcell datang dan menangkap tangan yang hampir melayang di wajah mantan istrinya.
"Ada apa ini? Kenapa ada kekacauan di sini? Kenapa kamu melakukan pelanggaran di kantor saya?"
Tatapan bak iblis tertaut di wajah dinginnya.
"Jadi seperti ini kelakuanmu terhadap karyawanku? Jangan mentang-mentang kau kuangkat sebagai manager, jadi kau bisa seenak jidatmu sendiri. Aku bahkan tak sulit mencopot jabatanmu. Kemasi barang-barangmu dan enyahlah dari sini!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
C2nunik987
sok pecat aja manager mu yg sok kuasa itu....telat cm 1 menit aja hebohhhh😡😡😡
2024-06-03
0
Ika Dw
oke siap, terimakasih kak🤗
2024-05-05
0
Anita Jenius
Baca sampai di sini dulu.
5 like mendarat buatmu. semangat ya
2024-05-04
1