Bab 10. Enyahlah dari Sini

"Mommy, ini nasi golengnya enak. Mommy bikin cendili?"

Si kembar tengah menikmati sarapan nasi goreng yang dihangatkan malam itu. Karena si kembar tak keburu bangun Devina memutuskan untuk membuat nasi goreng itu menjadi sarapan mereka.

"Nggak sayang, mommy nggak bikin sendiri. Sebenarnya ini nasi goreng tadi malam yang dibeliin sama Pak Bos. Pas mommy pulang, kalian masih tidur, mommy nggak bangunin. Jadi mommy hangatkan nasi gorengnya buat sarapan. Ini ada ayam goreng juga. Kalian mau makan ayam gorengnya sekarang atau buat makan siang nanti?" tanya Devina.

Mereka bersorak gembira. "Wow, dapat ayam goreng juga rupanya. Ini pasti enak banget. Mommy mana pernah beliin ayam goreng buat kita."

Devina merasa gagal menjadi seorang ibu yang tidak bisa memberikan kebahagiaan pada kedua buah hatinya. Padahal dia sejak dilahirkan di dunia sudah menjadi anak manja dan tidak pernah kekurangan apapun. Sekarang malah sebaliknya, anaknya kekurangan kasih sayang dan juga kekurangan kebutuhan pokok.

"Nanti ciang aja mom, kita kan nggak punya lauk. Bosnya mommy baik banget ya? Beliin kita naci goleng cama ayam goleng. Bosnya mommy itu cewek apa cowok?" tanya Azalea memuji kebaikan orang yang sudah memberinya nasi goreng.

"Bosnya Mommy itu cowok. Sama seperti Kak Kenzo," jawab Devina dengan mengulas senyuman tipis.

"Oh, bosnya cowok ya? Kilain cewek. Bosnya ganteng nggak mom?" Azalea agak kecewa karena ibunya memiliki Bos seorang laki-laki. Dia lebih senang kalau ibunya bekerja pada seorang perempuan yang lebih sabar dan pengertian.

Devina terkekeh. Anak sekecil itu sudah mengerti mana yang cantik dan mana yang tampan. "Ngapain kamu tanya bosnya ganteng apa enggak, yang jelas bosnya sama kayak Kak kenzo, ganteng. Udah ya, nggak usah mikirin Bos. Lebih baik sarapan dulu setelah itu minum susu. Nanti siang kalau ada waktu senggang, mommy akan pulang buat temuin kalian. Kalian janji nggak boleh keluar rumah ya? Jangan buat mommy panik."

"Iya mom, kami janji kok, nggak bakalan kelual lumah."

Setetes air bening meleleh di pipinya. Devina meratapi kehidupannya yang benar-benar 80% sudah berubah menjadi buruk, akibat ulah orang yang tidak bertanggung jawab.

'Ya Tuhan, kenapa harus anak-anakku yang menanggung penderitaan ini. Mereka dilahirkan ke dunia bukan untuk dijadikan korban dan keegoisan orang tuanya. Seharusnya mereka mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya, tapi mereka tidak mendapatkannya, Bahkan aku juga tidak bisa membahagiakannya. Untuk memberitahu Ayahnya aku tidak punya keberanian. Dia selalu bersikap semaunya sendiri. Bisa jadi dia juga tidak percaya kalau mereka itu adalah anak kandungnya."

Seakan-akan nafasnya tersendat di tenggorokan. Untuk menelan salvianya saja dia tidak sanggup.

"Semoga saja aku bisa melewati semua ini dengan baik dan aku penuh harap bisa membahagiakan mereka agar mereka kedepannya tidak menderita seperti saat ini.'

Harusnya diusia mereka yang masih menginjak usia dua tahun selalu dalam pantauan kedua orang tuanya. Tapi karena keadaan yang menghimpitnya, membuatnya tidak memiliki pilihan lain selain meninggalkannya untuk bekerja.

"Mommy kenapa menangis?" tanya kedua bocah kembar itu ketika melihat ibunya tengah meneteskan air mata.

Buru-buru Devina langsung menghapusnya dengan kasar. "Ah! Enggak kok sayang, Mommy nggak lagi menangis kok, Mommy hanya kelilipan. Nggak tau kenapa, terasa mengganjal banget di mata," jawab Devina berbohong.

Devina tidak ingin terlihat Sedih saat bersama dengan kedua anaknya. Mereka masih terlalu kecil dan masih belum mengerti apa yang tengah terjadi pada hidupnya.

"Oh! Kirain mommy sedang menangis. Jangan menangis, ya Mom. Kalau mommy menangis, Aku juga sedih."

Azalea melingkarkan tangan mungilnya di leher Devina.

Seperti tercekik rasanya, ia harus menahan diri untuk tidak menangis.

"Iya, sayang, iya. Mommy nggak akan menangis. Mommy baik-baik saja."

"Yaudah, sekarang habiskan dulu makanannya, setelah ini Mommy tinggal dulu. Doain mommy pulang bawa uang agar bisa beliin mainan buat kalian.

"Iya mom, semoga nanti uangnya dapat banyak. Biar bisa beli mainan yang bagus.

Merekapun langsung menikmati sarapan paginya disuapi oleh Devina.

Tepat pukul setengah tujuh lebih dua belas menit, Devina selesai menyuapi kedua anaknya. Dia berharap mendapatkan angkot dengan cepat, agar tidak terlambat lagi tiba di kantor.

"Sayang, mommy berangkat dulu ya? Baik-baik kalian jaga diri, ingat tadi sama pesan mommy."

"Baik mom."

***

Tiba di kantor, Devina hampir terlambat kembali. Suasana di pagi hari terlalu ramai hingga menciptakan kemacetan.

"Kamu! Lagi dan lagi kamu terlambat. Ini sudah terlambat satu menit, besok bisa satu jam! Kamu itu bisa bekerja dengan baik apa enggak sih? Kalau nggak ada niatan buat bekerja ya nggak usah kerja! Alasan mulu tiap hari."

Pria gendut yang menjabat sebagai manajer di perusahaan itu kembali mengomelinya.

"Maaf Pak," jawab Devina dengan wajahnya tertunduk.

"Maaf, maaf! Tiap hari pekerjaanmu cuman minta maaf. Jangan mentang-mentang kamu sekarang bekerja menjadi asisten  Ceo kamu bisa seenaknya sendiri. Justru menjadi asisten Ceo itu harus stand by. Saya cuman heran aja kenapa Pak bos lebih percaya sama perempuan sepertimu dibandingkan dengan karyawannya yang lain. Padahal kamu baru menginjakkan kaki di kantor ini, tapi sudah mendapatkan perhatian dari Pak Bos, punya ilmu apa kamu untuk mengelabui Pak bos di sini?"

Devina menghafalkan tangannya dengan rahang mengeras. Wajahnya kembali bendungan menatapnya orang pada pria itu.

"Bapak boleh menjadi maki saya tapi jangan memfitnah saya yang bukan-bukan. Tujuan saya datang ke sini berniat untuk bekerja secara baik-baik, tapi saya mendapatkan fitnah jadi seperti ini. Bapak jangan berlebihan di sini, Bapak hanya menjabat sebagai manajer di sini, dan Bapak bisa ditendang kapan saja jika bos sudah  menginginkannya. Jangan bersikap arogan sama karyawan Pak. Anda bukan siapa-siapa di sini. Anda sama-sama buruh seperti saya!"

Tak peduli walaupun kedatangannya sudah menciptakan suasana panas, yang paling penting baginya adalah membela harga diri.

"Kau! Lancang sekali kau berani melawanku. Kau bahkan tidak memiliki kedudukan apapun di sini. Kau hanya babunya Pak Bos, masih mendingan saya sebagai manager yang terhormat. Saya bahkan bisa meminta pemecatan terhadap dirimu!"

Dengan lantang Devina melawan. "Silahkan! Silahkan anda pecat saya. Saya nggak takut walaupun anda pecat. Anda itu bukan apa-apa bagi saya, kesombongan anda akan membawa dampak buruk buat kehidupan anda sendiri.

"Dasar wanita!"

Tangan manager gendut itu terangkat untuk menamp*r Devina, namun Di waktu yang tepat, Marcell datang dan menangkap tangan yang hampir melayang di wajah mantan istrinya.

"Ada apa ini? Kenapa ada kekacauan di sini? Kenapa kamu melakukan pelanggaran di kantor saya?"

Tatapan bak iblis tertaut di wajah dinginnya.

"Jadi seperti ini kelakuanmu terhadap karyawanku? Jangan mentang-mentang kau kuangkat sebagai manager, jadi kau bisa seenak jidatmu sendiri. Aku bahkan tak sulit mencopot jabatanmu. Kemasi barang-barangmu dan enyahlah dari sini!"

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

Baca sampai di sini dulu.
5 like mendarat buatmu. semangat ya

2024-05-04

1

Ika Dw

Ika Dw

oke siap, terimakasih kak🤗

2024-05-05

0

Yatinah

Yatinah

mampus lhoi pak manager

2024-04-28

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Kembali Bertemu
2 Bab 02. Jangan Kebaperan
3 Bab 03. Perempuan Murahan
4 Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5 Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6 Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7 Bab 07. Gagal Move on
8 Bab 08. Perang Dingin
9 Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10 Bab 10. Enyahlah dari Sini
11 Bab 11. Peduli
12 Bab 12. Insiden di Dapur
13 Bab 13. Siapa Mereka?
14 Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15 Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16 Bab 16. Mereka itu Anakmu
17 Bab 17. Kita Rujuk
18 Bab 18. Tolong Bantu Aku
19 Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20 Bab 20. Kalian Penjilat!
21 Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22 Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23 Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24 Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25 Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26 Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27 Bab 27. Akhirnya Mengaku
28 Bab 28. Daddy Pembohong
29 Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30 Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31 Bab 31. Azalea Kritis
32 Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33 Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34 Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35 Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36 Bab 36. Selalu Salah Paham
37 Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38 Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39 Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40 Bab 40. Mengalah Demi Anak
41 Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42 Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43 Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44 Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45 Bab 45. Restu dari Orang tua
46 Bab 46. Tinggal Satu Atap
47 Bab 47. Akhirnya Rujuk
48 Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49 Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50 Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51 Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52 Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53 Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54 Bab 54. Pilihan Tersulit
55 Bab 55. Produk Unggul
56 Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57 Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58 Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59 Bab 59. Orang Tua Serakah
60 Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61 Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62 Bab 62. Tabur Tuai
63 Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64 Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65 Bab 65. Ceraikan Aku
66 Bab 66. Hati yang Luka
67 Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68 Bab 68. Tumbal Pesugihan
69 Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70 Bab 70. Nadia Maharani
71 Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72 Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73 Bab 73. Pengakuan Nadia
74 Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75 Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
76 Bab 76. Sang Pendosa
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Bab 01. Kembali Bertemu
2
Bab 02. Jangan Kebaperan
3
Bab 03. Perempuan Murahan
4
Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5
Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6
Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7
Bab 07. Gagal Move on
8
Bab 08. Perang Dingin
9
Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10
Bab 10. Enyahlah dari Sini
11
Bab 11. Peduli
12
Bab 12. Insiden di Dapur
13
Bab 13. Siapa Mereka?
14
Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15
Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16
Bab 16. Mereka itu Anakmu
17
Bab 17. Kita Rujuk
18
Bab 18. Tolong Bantu Aku
19
Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20
Bab 20. Kalian Penjilat!
21
Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22
Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23
Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24
Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25
Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26
Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27
Bab 27. Akhirnya Mengaku
28
Bab 28. Daddy Pembohong
29
Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30
Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31
Bab 31. Azalea Kritis
32
Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33
Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34
Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35
Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36
Bab 36. Selalu Salah Paham
37
Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38
Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39
Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40
Bab 40. Mengalah Demi Anak
41
Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42
Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43
Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44
Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45
Bab 45. Restu dari Orang tua
46
Bab 46. Tinggal Satu Atap
47
Bab 47. Akhirnya Rujuk
48
Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49
Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50
Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51
Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52
Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53
Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54
Bab 54. Pilihan Tersulit
55
Bab 55. Produk Unggul
56
Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57
Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58
Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59
Bab 59. Orang Tua Serakah
60
Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61
Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62
Bab 62. Tabur Tuai
63
Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64
Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65
Bab 65. Ceraikan Aku
66
Bab 66. Hati yang Luka
67
Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68
Bab 68. Tumbal Pesugihan
69
Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70
Bab 70. Nadia Maharani
71
Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72
Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73
Bab 73. Pengakuan Nadia
74
Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75
Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
76
Bab 76. Sang Pendosa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!