Bab 08. Perang Dingin

Sesuai dengan janjinya, Marcell mengantarkan Devina pulang setelah diminta untuk menemaninya makan malam di cafe.

Devina sendiri juga tidak nyaman diantar pulang oleh Marcell, tapi pria itu tetap ngotot dan melakukan banyak ancaman padanya.

"Di mana tempat tinggalmu? Kamu nggak pulang ke rumah orang tuamu?" tanya pria itu saat jalan menuju rumah orang tua Delina terlewati.

"Aku tidak lagi berkumpul bersama mereka. Aku tidak ingin menjadi beban hidup orang tuaku. Biarlah aku mencari jalan hidupku sendiri. Aku tidak ingin menyusahkan orang lain, walaupun itu orang tuaku sendiri," jawab Delina tanpa menoleh pada mantan suaminya yang kini fokus menyetir mobil.

"Dasar keras kepala! Kamu itu terlalu sombong. Kamu selalu bangga dengan apa yang kamu miliki sekarang. Bahkan kamu melupakan keluargamu sendiri hanya demi kesenangan."

"Kesenangan seperti apa yang kamu maksudkan? Kalau kamu nggak tahu dengan kehidupanku mendingan kamu diem, nggak usah banyak bicara. Kalau kamu masih marahin aku terus lebih baik turunkan Aku di sini. Biarkan aku pulang sendiri. Lagian siapa sih yang minta diantarkan? Aku nggak minta diantarkan, aku masih punya kaki, dan aku bisa jalan sendiri."

Devina kesal diantarkan oleh Marcell tapi tetap saja membuatnya tidak nyaman. Apalagi Marcell masih juga menyudutkannya, seakan-akan dirinya itu terlalu jahat, dianggap tidak memiliki perasaan.

"Ck! Dibilangin selalu aja ngambek duluan. Aku itu cuma nggak suka lihat kamu terlalu egois, masa orang tua sendiri dijauhi? Mereka itu udah kasih harapan sama kamu, udah besarin kamu, biayain sekolah, biaya kebutuhan kamu, dan kamu malah mengabaikan kebaikan mereka. Padahal mereka melakukan hal yang terbaik untuk anaknya. Jangan suka jadi kacang lupa kulitnya, durhaka kamu."

"Terserah anggapanmu. Sekarang turunkan aku di sini!"

Tak ingin berdebat yang hanya membuat kepalanya semakin pening, Devina memutuskan untuk segera keluar dari dalam mobil mantan suaminya. Apalagi jarak kontrakannya tidak terlalu jauh, dan lagi Marcell tidak boleh mengetahui di mana ia tinggal.

"Emangnya kamu tinggal di mana kok bisa diturunin di sini kalau terjadi sesuatu yang tidak diharapkan bagaimana kalau misalnya ada orang jahat meruda paksa kamu gimana? Aku mengantar kamu karena aku ingin kamu selamat sampai tujuan sampai rumahmu sudahlah enggak usah bawel di mana sekarang tempatmu tinggal aku akan mengantarmu sampai rumah."

"Aku bilang nggak perlu ya nggak perlu aku nggak mau tetanggaku tahu aku diantarkan sama laki-laki yang bukan muhrim aku bantah Devina.

"Oh iya, jadi sekarang bukan muhrim ya?" Pria itu tersenyum meledek. "Tapi sayangnya dulu kita pernah melakukan hal-hal yang di luar batas. Walaupun hubungan kita statusnya masih pacaran, kita udah tinggal satu atap dan sudah seperti suami istri. Dua tahun kita menikah, namun sebelum menikah kita sudah beberapa kali melakukan hal-hal yang kau anggap sebagai larangan."

Tubuh Devina menghangat ketika sang mantan mengingatkannya kembali pada waktu mereka masih bersama.

"Tapi dulu kau tidak pernah merasa takut walaupun sudah melakukan hubungan terlarang sebelum menikah. Kenapa sekarang beda,? Apa sekarang sudah ada orang lain yang sudah menjadi muhrim kamu?"

Marcell semakin gencar menjahilinya hingga Devina merasakan telinganya mulai panas.

"Oh, ayolah! Jangan pancing aku dengan ucapanmu itu. Jangan ingatkan aku dengan masa laluku. Semua sudah berlalu dan aku tidak ingin mengingatnya kembali. Dulu aku memang nakal. Dulu Aku begitu mencintaimu, bahkan aku rela mengorbankan harga diriku sendiri demi cinta, tapi sekarang aku sadar akan kebodohanku. Mengingat masa lalu hanya membuat kehancuran di hidupku. Aku dihancurkan oleh orang yang sangat aku cintai."

Devina menatap kesal dengan mengulas senyuman getir. "Tapi nggak papa, aku bisa terima. Aku minta, tolong jangan ingatkan aku pada masa laluku, karena aku sudah mencoba untuk memendamnya sedalam mungkin. Sekarang hentikan mobilnya turunkan aku di sini. Aku akan pulang sendiri nggak."

"Enggak! Aku nggak akan turunkan. Aku akan mengantarmu sampai rumah. Aku nggak peduli sama omongan tetangga. Lagian tetangga tsu apa dengan kita. Kalau kamu memang nggak sedang menyembunyikan sesuatu dariku kamu pasti akan mengizinkanku untuk berkunjung ke rumahmu."

Devina memijit keningnya yang berdenyut nyeri, ia bingung mau menjelaskan apa lagi pada mantan suaminya yang selalu ngeyel dan tidak pernah mau mengalah.

"Pak Marcell, kalau kamu masih menginginkan aku untuk menjadi pegawaimu, tolong jangan terlalu berlebihan terhadapku. Anggap saja hubungan kita ini hanya sebatas rekan kerja, tidak lebih dari itu. Kita tidak memiliki hubungan apa-apa lagi, jadi kamu jangan selalu mengikutiku dan jangan selalu menghubungiku. Sangatlah tidak pantas seorang bos selalu ingin ditemani oleh karyawan rendahkan sepertiku. Apalagi aku masih baru. Kalau sampai karyawanmu yang lain melihat kita bagaimana? Tolong jaga privasimu dengan baik agar kamu tidak buruk dipandang orang lain."

Devina masih peduli pada Marcell. Dia tidak ingin Marcell dipandang buruk oleh rekan bisnisnya karena kedekatannya.

"Memangnya aku peduli sama orang lain? Aku nggak peduli sama orang lain, orang lain aja nggak ada yang peduli sama aku," jawab Marcell.

Pria itu memelankan mobilnya menepi di pinggir jalan. Sebenarnya dia masih ingin berlama lama bersama dengan Devina, walaupun dalam hatinya ada kekecewaan yang tidak bisa dibendungnya.

"Hidupku sudah hancur, dan tidak ada orang yang peduli. Jangankan orang lain, keluargaku sendiri juga nggak peduli. Apa sih, kekuranganku, sampai semua orang tidak ada yang menganggap aku? Orang tuaku bahkan sangat egois dan tidak pernah mengerti perasaanku. Mama selalu mendesakku untuk segera menikah dengan orang yang tidak pernah aku cintai. Saat bertemu denganmu, kau juga menghindariku, dan seakan-akan kita ini tidak pernah memiliki hubungan apa-apa."

Devina hanya dia mendengarkan ocehan mantan suaminya. Dia sendiri sudah cukup kesal mengoceh, dan kini ia putuskan untuk diam menyimak keluhan dari mantan suaminya.

"Aku tuh benar-benar nggak tahu dosaku sejauh mana sampai semua orang menginginkan hal yang bertentangan denganku. Apakah aku ini tidak pantas untuk hidup? Bilang saja padaku Devina, kalau aku memang tidak pantas untuk hidup, aku akan mengakhiri hidupku saat ini juga. Aku memiliki kekayaan, memiliki jabatan, tapi hatiku sunyi. Aku tidak bisa hidup seperti ini terus. Dulu aku pernah bahagia saat masih memiliki wanita yang peduli sama aku, menerima aku dengan segala kekuranganku, tapi sekarang aku ditinggal, aku dibodohi dan aku tidak dianggap."

Mata Marcell memerah berkaca kaca ingin menangis, ia mengeluh, begitu rumitnya kehidupan yang ia jalani sampai-sampai semua orang tidak peduli akan perasaannya. Di sisi lain ia masih sangat penasaran dengan kehidupan Devina saat ini, dan juga masih penasaran dengan penjelasan orang tuanya mengenai perselingkuhan Devina. Apa benar-benar Devina berkhianat atau memang itu hanya rekayasa orang tuanya saja.

"Jangan pernah katakan tentang kematian, karena masih banyak orang yang ingin kau pedulikan, maksudnya orang tuamu masih ingin memberikan yang terbaik untukmu. Buktinya mereka sudah merencanakan hari kebahagiaanmu bersama wanita pilihannya, dan kamu nggak perlu mengingat masa lalumu denganku, semua itu sudah terkubur dan kurasa memang baiknya kita sama-sama menjauh dan tidak saling mengenal satu sama lain. Mungkin kamu akan bahagia dengan wanita pilihan orang tuamu. Kita berhenti di sini."

Tanpa banyak bicara Devina meminta izin keluar dari mobil Marcell. Dia langsung berlari menuju kediamannya dengan tangis yang tidak bisa dibendung.

Terpopuler

Comments

Yatinah

Yatinah

sabar devina cobaanmu kemang besar tapi suatu saat kebahagiaan mu datang akan lebih besar dari cobaanmu

2024-04-28

1

Mazree Gati

Mazree Gati

ini pasti ujungnya balikan,,,kabur kek kaya ga ada tempat lain,,,end...

2024-05-17

0

Ma Em

Ma Em

Marcell kalau kamu sdh ga cinta sama Devina janganlah suka menghina terus lebih baik selidiki saja sendiri apakah benar Devina selingkuh atau itu cuma hasutan dari orangtuamu saja agar kamu berpisah sama Devina.

2024-03-18

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Kembali Bertemu
2 Bab 02. Jangan Kebaperan
3 Bab 03. Perempuan Murahan
4 Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5 Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6 Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7 Bab 07. Gagal Move on
8 Bab 08. Perang Dingin
9 Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10 Bab 10. Enyahlah dari Sini
11 Bab 11. Peduli
12 Bab 12. Insiden di Dapur
13 Bab 13. Siapa Mereka?
14 Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15 Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16 Bab 16. Mereka itu Anakmu
17 Bab 17. Kita Rujuk
18 Bab 18. Tolong Bantu Aku
19 Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20 Bab 20. Kalian Penjilat!
21 Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22 Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23 Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24 Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25 Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26 Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27 Bab 27. Akhirnya Mengaku
28 Bab 28. Daddy Pembohong
29 Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30 Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31 Bab 31. Azalea Kritis
32 Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33 Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34 Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35 Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36 Bab 36. Selalu Salah Paham
37 Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38 Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39 Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40 Bab 40. Mengalah Demi Anak
41 Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42 Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43 Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44 Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45 Bab 45. Restu dari Orang tua
46 Bab 46. Tinggal Satu Atap
47 Bab 47. Akhirnya Rujuk
48 Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49 Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50 Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51 Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52 Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53 Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54 Bab 54. Pilihan Tersulit
55 Bab 55. Produk Unggul
56 Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57 Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58 Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59 Bab 59. Orang Tua Serakah
60 Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61 Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62 Bab 62. Tabur Tuai
63 Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64 Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65 Bab 65. Ceraikan Aku
66 Bab 66. Hati yang Luka
67 Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68 Bab 68. Tumbal Pesugihan
69 Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70 Bab 70. Nadia Maharani
71 Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72 Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73 Bab 73. Pengakuan Nadia
74 Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75 Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
76 Bab 76. Sang Pendosa
77 Bab 77. Panik
78 78. Kejahatan Apa yang dilakukan Mama?
79 Bab 79. Kedok Erna Mulai Terbongkar
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 01. Kembali Bertemu
2
Bab 02. Jangan Kebaperan
3
Bab 03. Perempuan Murahan
4
Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5
Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6
Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7
Bab 07. Gagal Move on
8
Bab 08. Perang Dingin
9
Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10
Bab 10. Enyahlah dari Sini
11
Bab 11. Peduli
12
Bab 12. Insiden di Dapur
13
Bab 13. Siapa Mereka?
14
Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15
Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16
Bab 16. Mereka itu Anakmu
17
Bab 17. Kita Rujuk
18
Bab 18. Tolong Bantu Aku
19
Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20
Bab 20. Kalian Penjilat!
21
Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22
Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23
Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24
Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25
Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26
Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27
Bab 27. Akhirnya Mengaku
28
Bab 28. Daddy Pembohong
29
Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30
Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31
Bab 31. Azalea Kritis
32
Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33
Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34
Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35
Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36
Bab 36. Selalu Salah Paham
37
Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38
Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39
Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40
Bab 40. Mengalah Demi Anak
41
Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42
Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43
Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44
Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45
Bab 45. Restu dari Orang tua
46
Bab 46. Tinggal Satu Atap
47
Bab 47. Akhirnya Rujuk
48
Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49
Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50
Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51
Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52
Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53
Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54
Bab 54. Pilihan Tersulit
55
Bab 55. Produk Unggul
56
Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57
Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58
Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59
Bab 59. Orang Tua Serakah
60
Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61
Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62
Bab 62. Tabur Tuai
63
Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64
Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65
Bab 65. Ceraikan Aku
66
Bab 66. Hati yang Luka
67
Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68
Bab 68. Tumbal Pesugihan
69
Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70
Bab 70. Nadia Maharani
71
Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72
Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73
Bab 73. Pengakuan Nadia
74
Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75
Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
76
Bab 76. Sang Pendosa
77
Bab 77. Panik
78
78. Kejahatan Apa yang dilakukan Mama?
79
Bab 79. Kedok Erna Mulai Terbongkar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!